Pagi ini aku ada kelas sebentar, setelah kelas aku akan pergi menemui Jev untuk membawanya bersenang-senang bertemu pantai. Mungkin hatinya juga hatiku perlu menemui pantai agar membaik.
"Jev, kamu siap-siap ya, sebentar lagi aku jemput kamu," ucapku setelah selesai kelas. Aku tidak langsung menjemputnya. Pergi ke toko bunga adalah yang terbaik! Seperti biasa. Aku membeli buket Matahari untuk Jev. Ini entah buket yang keberapa, tapi setiap membelinya aku selalu berharap bahwa Jev akan tetap kuat seperti bunga ini.
"Udah siap?" tanyaku.
"Udah."
"Ma, Sara izin bawa Jev dulu ya, nanti dibalikin lagi hehe,"
Mama tertawa, "kamu ini, nggak dibalikin juga nggak apa-apa."
"Wah, Jev malah senang kalau gitu ma HAHA,"
Jev juga ikut tertawa.Di dalam mobil, ku berikan buket yang tadi aku beli.
"Ini buat kamu,"
"Kamu mau aku tidur sama buket setiap hari? Kamar aku udah ga muat buat yang ini, Sar."
"Nggak apa-apa, nanti kalau kita uda benar-benar di persatukan oleh Tuhan, kamar kamu jadi penuh dengan barang-barang aku, haha."
"Kamu ngode ke aku?" tanya Jev.
"Ih apaan,"Sekitar lima belas menit perjalanan, aku memberhentikan mobilku tepat di depan Cafe Mas Kevin. Aku ingin mampir dulu untuk memperkenalkan Jev kepadanya, juga bernostalgia di Cafe ini.
"Katanya mau ke pantai?"
"Iya, selesai dari sini ya. Kamu inget Cafe ini, kan?"
"Inget," ucap Jev.
"Jadi, dulu aku pernah cari Cafe yang jual Matcha di sekitaran Kampus, dan aku nemuin Cafe ini."
...
"Kamu tau, Jev? Betapa hancurnya hati aku melangkahkan kaki ke tempat dimana dulu kamu bawa aku secara paksa."
"Semenjak itu, Cafe ini jadi teman aku. Aku selalu datang buat pesan Matcha dan nostalgia sama kenangan kita di hari kedua waktu itu. Aku nggak pernah benar-benar bisa ngelupain kamu Jev."
Jev memelukku, "Maafin aku, Sar."
"Its ok. Sekarang kita turun ya, aku mau kenalin kamu sama Mas Kevin. Pemilik Cafe ini. Dia penasaran sama kamu." Jev mengangguk.Setelah turun dari mobil, aku melihat Mas Kevin sedang membereskan meja. "Mas!" sapaku dan Mas Kevin mendekat.
"Hai! Dari mana?"
"Dari rumah, Mas. Ohiya, ini Jev, yang selama ini aku ceritain ke Mas."
Mas Kevin tampak kaget, "akhirnya kamu bawa dia kesini, Kevin." ucap Mas Kevin sambil mengulurkan tangannya.
"Jev, Mas."
"Kok ikutan manggil Mas, sih?"
ucapku.
"Biar samaan,""Tempat biasa kosong nggak, Mas?"
"Kamu mau nostalgia, ya?"
"Hehe,"
"Yauda, yuk."Akhirnya kami kembali duduk di meja yang dulu pernah menjadi sejarah perjalanan cintaku bersama Jev.
"Kamu mau pesan apa Jev?" tanya Mas Kevin.
"Espresso aja Mas."
"Eitts kamu nggak boleh minum yang aneh-aneh dulu. Nanti kalau sudah sembuh baru boleh." tangkas ku.
"Sar, kali ini aja..." pintanya dengan wajah memelas. Siapa yang bisa tahan dengan wajah seperti itu? Menyebalkan!
"Yauda deh, kali ini aja."
Seketika wajah memelasnya berubah menjadi senyuman favorite ku.
"Ada-ada aja kalian haha," sindir Mas Kevin, "jadi Espresso sama Matchanya satu ya?" sambungnya.
"Iya Mas, tapi kalo gue yang buatin Matcha punya Sara, boleh ga Mas?"
"Boleh dong, yuk!" ajak Mas Kevin.
"Apaan sih Jev, udah biar Mas Kevin aja yang buat,"
"Nggak apa-apa, kamu tunggu disini."Setelah beberapa saat, Jev kembali dan menyajikan segelas Matcha dengan gambar hati di dalamnya, ternyata Jev jago Latte Art juga.
"Khusus buat kamu, Tuan Putrinya Jev." ucapnya.
"Bisa romantis juga kamu," sindiku.Setelah selesai menyantap hidangan yang disajikan. Aku dan Jev bercerita tentang rasa.
"Kamu inget nggak, kamu pernah bilang gini ke aku, 'gue yakin nanti lo bakalan suka ke gue', dan omongan kamu benar Jev, aku jatuh cinta sama kamu sampai detik ini. Bahkan aku selalu minta sama Tuhan untuk tetap ngejaga kamu buat aku."
"aku nggak tau, apa jadinya hidup aku tanpa kamu."
"mungkin, aku bakal kayak orang gila lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)
Ficțiune adolescențiImpianmu mungkin boleh hancur karena seseorang. Tapi hidupmu harus tetap berjalan ada atau tidaknya peran pendukung lagi. Berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain adalah pilihan yang paling baik. Boleh juga bergantung pada mereka. Tapi sejat...