'Yang di nanti'

7 1 0
                                    

Hari ini, aku akan bertemu kembali dengan Jev, setelah hampir 2 tahun, aku bisa melihatnya lagi. Kenapa kamu sembunyiin ini Jev? Aku terima kamu bagaimana-pun kondisinya. Aku akan tetap menjadi Sara yang kamu sayang. Aku kecewa Jev. Kamu nggak jujur sama aku.
Dulu, aku lihat kamu bahagia, tanpa beban dalam hidupmu. Aku nggak percaya kamu bisa kena kanker ini. Se-sehat itu, kamu pintar ber-akting Jev.

Sekarang aku berada di rumah Jev. Ternyata, Jev masih tinggal di Jakarta. Tapi kenapa sesulit itu menemukan dia?
"Yuk masuk, Sar."
Aku mengganguk.
Sampai di dalam, aku bertemu dengan seorang perempuan, yang tak lain adalah Mamanya Jev yang belum pernah ku temui sebelumnya.
"Tante.." ucapku.
Mama Jev langsung memeluk ku.
"Sara.. mama nggak kuat liat kondisi Jev sekarang.." ucapnya dengan tangis.
Aku juga menangis, suasana haru yang aku hadapi sekarang, membuatku ingin segera bertemu dengan Jev.

"Sara boleh ketemu Jev?"
"Iya, boleh sayang,"

Aku masuk ke kamar Jev. Ku lihat dia sedang duduk di kursi roda menghadap jendela.
"Jev.."
Dia menoleh. Aku berjalan ke arahnya dan mendaratkan lututku di lantai, tepat di hadapannya.
Tidak sempat berkata-kata, aku langsung menunduk dan menangis sejadinya.

Aku benar-benar hancur melihat Jev seperti ini, setiap hari aku merindukannya, setiap hari pula aku berharap bisa bertemu dengannya. Yang aku fikir, Jev yang sekarang adalah Jev yang lebih bahagia dari yang dulu. Tapi nyatanya, dia lebih menderita dibandingkan aku. Aku berharap ini hanyalah mimpi. Mimpi yang sering datang bersama Jev di dalamnya.

"Jangan nangis.." ucapnya sambil menyeka air mataku.
Aku menatapnya, cukup lama.

Jev tersenyum, "Hei.. kamu apa kabar? nggak berubah, masih cantik kayak dulu.."
"Jev kenapa?" tanyaku.
"Nggak kenapa-kenapa."
"Sara rindu Jev.."

Jev berdiri dari kursi rodanya, walau sedikit susah, tapi dia berusaha. Aku juga ikut berdiri, dan Jev memelukku.
"Sudah lama sekali tidak merasakan pelukan ini."batinku.

"Kamu masih punyaku, kan?" tanya Jev.
Aku menatapnya kembali, "Jev kenapa menghilang? Kenapa nggak pernah temui Sara?"
...
"Sara.. Jev-mu ini butuh istirahat dulu, sampai pulih, baru bisa temui kamu."
"Kamu lupa?"
"Apa?"
"Walaupun raga aku nggak ada di samping kamu, tapi hati aku selalu ada sama kamu."
"Sara inget."
"Jadi, kenapa kamu nangis?"
"Sara cuma rindu.."

Jev memberiku minum, "kamu minum dulu, biar tenang."
...
"Sar, aku nggak ada niat ninggalin kamu. Aku cuma butuh waktu."
"Butuh waktu berapa lama lagi Jev? Kamu nggak tau aku selalu cari kamu."
"Aku mulai hancur sejak kamu hilang setahun lalu.."
"Aku nggak bisa, aku belum siap buat kehilangan kamu Jev, aku nggak pernah siap buat itu.." ucapku terisak-isak.

"Kamu nggak pernah mengingat kata-kata yang aku ucapin ya?"
"Aku ingat semua tentang kamu."
"Tapi kamu lupa, ucapan ku waktu di alun-alun kota."
Aku mencoba mengingat kembali,

'ini pertama dan terakhir kalinya kamu nangis di depan aku.'

"Sara nggak bisa nggak nangis Jev."
"Bisa."

Kamu tahu bagaimana perasaan ku? Bahagia sekali! Karena sekarang sudah bertemu dengan Jev. Tapi juga hancur, selama ini aku berfikir buruk tentang Jev. Aku tidak tahu bahwa kenyataannya Jev seperti ini. Aku benar-benar minta maaf Jev. Sara-mu ini memang jahat. Seharusnya aku percaya dengan Jev. Mimpi-mimpi yang selama ini datang adalah isyarat bahwa Jev memang tidak kemana-mana. Dia memang akan kembali.

"Kamu nggak akan pernah kehilangan aku," ucap Jev sambil memeluk ku.
Aku hanya bisa menangis. Aku tidak mengerti apa yang terjadi sekarang. Rasanya seperti mimpi bisa bertemu kembali dengan Jev. Dada ku sesak melihat kondisinya, bisa tidak beban untuk Jev dibagikan kepadaku juga?

"Sar, sekarang kamu udah tau semuanya, walaupun aku yakin kamu bakal terima, yang nggak bisa aku hadapi adalah kehancuran kamu melihat aku yang sekarang. Aku mohon untuk nggak nangis lagi. Aku nggak bisa lihat kamu begini."
...
"Jev, Sara nangis karena rindu, bukan karena lihat Jev begini. Sara memang hancur dan nggak bisa terima kenyataan pahit ini. Tapi ini semua dari Tuhan, ada hikmah di balik ini. Sara juga yakin Jev bakalan sembuh! Sara selalu ada sama Jev, kita hadapi ini sama-sama ya sayang,"

Pelukan Jev kali ini tidak akan ku lepas sampai semua yang sudah ku lewati selama ini terbayarkan. "Sara nggak mau lepas pelukan kamu."
"Kenapa?"
"Hampir dua tahun Sara kehilangan ini,"
Jev tertawa kecil, "iya, kamu peluk sepuasnya deh,"

"Sara bahagia, senang bisa bertemu Jev lagi,"
"Aku juga, sayang."

Hari ini, aku bercerita banyak sekali kepada Jev. Mulai dari aku yang mencarinya di hari kelima, sampai Jafra yang menyebalkan.
Aku bercerita dengan penuh semangat kepadanya, seakan diriku yang dulu kembali lagi dengan utuh. Aku mendapatkan jawabannya tanpa harus merelakan apapun.

"Oh jadi Jafra namanya, Arga kenal, kan?" ucap Jev setelah aku menceritakan kelakuan Jafra kepadaku.
"Iya kenal, terus mau apa?"
"Aku mau suruh Arga bawa dia ke hadapan aku,"
"Buat apa Jev!?"
"Mau kasih pelajaran lah, siapa suruh dia ganggu kamu terus."
"Jeev.." ucapku dengan tatapan tajam.
"Iya iya aku nggak apa-apain dia,"

Lalu, aku dan Jev saling tatap dengan senyuman khas masing-masing. Mungkin sekarang waktunya bersyukur untuk hari ini.
...
"Hai, lo Sara anak IPA, kan?"
"Jev... Apasih, mau nostalgia?"

J E V (TAMAT) (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang