06. Yes Or Yes

2.2K 163 44
                                    

Atention!!! Chapter ini panjang, mencapai 2k word jadi silakan baca di waktu senggang. ^^

Ig: augustin.rh

*****

"Kita lanjutkan lagi nanti."

Itulah yang dikatakan Tyler, di antara para mahasiswa, sebelum meninggalkan Reliy yang masih mempertahankan tampang terkejutnya.

Tampang terkejut yang menggambarkan ekspresi naif, seperti baru menyadari telah melakukan dosa. Padahal sebelumnya sangat menikmati hal tersebut.

Dan Tyler pun tahu, alasan mengapa Reliy harus memperlihatkan ekspresi demikian. Itu sangat mudah ditebak—menurutnya.

Alright, katakan saja bahwa yang barusan itu adalah ciuman pertama Reliy. Namun, Tyler tidak semudah demikian untuk memercayai hal tersebut. Pasalnya—di zaman milenial ini—gadis mana yang belum pernah berciuman bahkan di usia dua puluh tahun?

Nothing.

Terkecuali jika mereka dilahirkan, dibesarkan, dan ditakdirkan sebagai biarawati.

Oh, c'mon! This is Las Vegas bung! Kota berdosa yang mana anak berusia sepuluh tahun saja sudah berciuman.

Lalu Reliy ... bagi Tyler adalah pemain ulung.

She has poker face.

At night she looks like a sexiest girl and in the morning she looks like a nerd.

Menarik.

Atau mungkin tidak.

Tyler pikir Reliy belum cukup jika hanya dianggap menarik. Dia amazeballs dan itu lebih terdengar luar biasa.

"Bokong squishable dan bibir yang ... well, dia tidak membutuhkan perawatan semacam suntikan atau apa pun itu," gumam Tyler pada diri sendiri, saat (pura-pura) menonton TV sembari mengamati Reliy yang sibuk membersihkan bagian dapur apartemen Tyler.

Bagian dapur yang hanya sekali lihat sudah membuat Reliy memijat kening, akibat kondisinya telah mengalahkan suasana kapal pasca dihantam badai.

"Apa kau tidak punya uang untuk menyewa house keeping, eh?!" seru Reliy dari arah dapur dan suara air mengucur pun terdengar tidak lama setelahnya. "Peralatan memasak, sendok, piring dan ... ah, kau benar-benar ... menjijikan."

Tyler tidak menjawab—hanya tersenyum, sembari mengganti saluran TV berulang kali. Apa pun itu keluhan Reliy, ini adalah yang kesebelas kali—Tyler menghitungnya dan itu merupakan hiburan sesungguhnya.

"Aku sungguh tidak habis pikir bagaimana para gadis itu bisa sangat memuja dan bahkan rela menjadi kanibal hanya demi tidur denganmu," kata Reliy lagi yang mana sebenarnya ia tidak sadar, bahwa Tyler hanya senyum-senyum seperti orang sinting setiap kali mendengar omelannya.

"Kau juga begitu," ucap Tyler yang entah sejak kapan ternyata sudah berdiri beberapa langkah di belakang Reliy, sambil menampilkan senyum kemenangan seolah baru saja memenangkan lotre seharga satu juta dollar.

Reliy lantas terkejut lalu berbalik meyakinkan diri bahwa suara itu hanyalah halusinasi.

Percayalah, Reliy pikir Tyler sedang tertidur karena semua orang tahu bahwa Tyler adalah pangeran tidur, serta suara TV pun juga tidak terdengar sampai ke dapur akibat air keran yang mengalir. Sehingga ketika penampakan sixpack sempurna tersebut tersaji di hadapan Reliy, gadis itu hampir menjatuhkan piring penuh sabun.

Beruntung hal itu tidak terjadi. Pasalnya Reliy menolak kehadiran drama lanjutan terutama setelah adegan menjilat ludah sendiri yang terjadi beberapa jam lalu—di lorong kampus dan di muka umum.

The Bad Boy & My Secret JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang