27. I'm Not Your Sexy Doll

1.1K 107 22
                                    

"Kau baik-baik saja?" Reliy mengerjapkan mata, ketika Bianca menanyakan hal paling tidak kreatif di saat, akhirnya Reliy sadar dari pingsan akibat keributan di taman kampus. "Aku sungguh khawatir saat tahu kau pingsan."

"I no idea, B. Aku hanya tahu, pipiku nyeri luar biasa. Trims untuk kompresan dinginnya," kata Reliy yang memang tidak tahu apa pun, karena ia hanya mengetahui beberapa hal—sebelum semuanya berubah gelap gulita;

Satu, pipinya membengkak akibat terkena pukulan keras (yang mana Reliy bahkan belum mengetahui siapa pelakunya).

Dua ia berakhir di ruang kesehatan, bersama Bianca yang berbaik hati menempelkan kompresan di pipi Reliy, dan Jason yang baru saja datang dengan sebotol cairan istonik untuk diminum. Reliy menduga, jika benda tersebut memang untuknya maka dia akan menganggap, bahwa itu adalah sogokan—andaikan Tyler merupkan pelaku dari nasib buruk Reliy saat ini.

Dan tiga, diam-diam Reliy juga mengingat bahwa sebelumnya—di taman kampus—Tyler telah membuat masalah—berkelahi dengan Clay, hingga ia turut menjadi korban.

Jadi kesimpulannya, Reliy hanya tahu bahwa Tyler dan Clay berkelahi di taman kampus. Namun, tidak mengetahui pukulan siapa yang sukses membuat pipinya lebam.

Oh, Fuck! Pukulan itu bahkan masih terasa luar biasa nyeri dan tersangkanya pun belum menampakkan batang hidungnya.

Setidaknya meminta maaf lalu membiarkan Reliy meminta biaya ganti rugi, sekadar untuk menutupi lebam dengan menggunakan kosmetik mahal.

"Kau bisa melihat ini, Babe?" tanya Bianca, sambil mengacungkan jari telunjuknya seolah Reliy membutuhkan tes penglihatan.

Reliy mengernyit. Bukan karena kesulitan melihat, tetapi karena heran dengan sikap Bianca yang menurut Reliy terlalu berlebihan. "Oh, yeah, jika kau bertanya 'Itu apa?', maka semua orang akan menjawabnya jari telunjuk dengan kuku bercat pink shock. Tapi jika kau bertanya 'Ini berapa?' kami akan menjawab 'satu'."

"Baiklah, aku mengambil jawaban yang kedua. Bagaimana dengan ini, beritahu aku siapa namanya?"

"Jason Beukes."

"Dan ini?"

"Oh, c'mon, B ... aku tidak sedang gegar otak." Reliy mulai kesal lalu mengambil alih tugas Bianca dan mengompres pipi bengkaknya seorang diri. "Dan daripada kau membuang waktu hanya dengan menanyakan hal-hal konyol seperti tadi, bisa kau beritahu aku siapa yang membuat pipiku seperti ini."

"Ty—"

"Clay," sela Jason, sambil melempar botol isotonic ke arah Reliy—membuat Reliy melotot karena sikap tidak sopan tersebut. "Kau tidak suka ucapannya, 'kan? Dia sudah menerima ganjarannya dan sekarang, kau tidak perlu tahu siapa pembuat tanda lebam di pipimu itu."

Kedua alis Reliy mengerut. Bertaruh mendapatkan tiket liburan musim panas, Reliy tahu bahwa Jason sedang menyembunyikan sesuatu. "Dengan kata lain, kau menyiratkan bahwa Tyler yang membuat wajahku berakhir seperti ini."

"Fuck, dan berarti kau tidak keberatan dengan mulut kotoran babi itu?!"

"Well ... aku tidak meminta bantuannya dan aku tidak memintanya untuk membuat masalah."

"He knows better than you!"

"But he don't know about me!" Reliy mendecak keras lalu buru-buru menuruni tempat tidur pasien dan berdiri tegap di hadapan Jason. "Jika yang kau maksud adalah Tyler Kavinsky," kata Reliy kemudian pergi begitu saja, mengabaikan panggilan Bianca saat gadis itu ingin menjelaskan semuanya.

Namun, belum sempat melangkah lebih jauh, Reliy terpaksa harus melihat sosok itu lagi.

Sosok yang menjungkirbalikkan kehidupannya.

Sosok yang membuatnya harus membuang berliter-liter air matanya.

Dan sosok yang selalu hadir dalam mimpi liarnya.

Persetan dengan mimpi liar pengundang birahi tersebut! Karena saat melihat sosok tersebut, satu-satunya yang Reliy inginkan hanyalah memukul lelaki tersebut berulang kali, hingga kedua tangannya berdarah.

Dia Tyler Kavinsky, dengan beberapa lebam di wajah dan sisa-sisa darah di area bagian mata, hidung, dan bibir. Percayalah, Reliy bukan wanita lemah lembut yang akan mengedepankan sisi kemanusiaannya kali ini. Terutama jika hanya karena melihat lukisan buruk di hadapannya—justru, kedua tangannya kini terlalu gatal untuk segera dilayangkan.

Jadi sambil mengepalkan kedua tangan, Reliy segera melangkah lebar menghampiri Tyler, mengarahkan tinjuan paling tidak professional, dan ....

... Reliy berharap tubuhnya bisa lebih besar, daripada yang semestnya hingga ia bisa membanting Tyler dalam satu gerakan.

Atau mungkin tidak. Mungkin Reliy bisa berharap yang lebih masuk akal, yaitu menendang buah zakar Tyler hingga membuat lelaki itu memekik kesakitan.

Sayangnya, hukum alam selalu berada pada posisinya, di mana Tyler dengan mudahnya menangkap tangan Reliy lalu memutar tubuh gadis itu hingga membuat mereka berpelukan.

Berpelukan secara tidak langsung (mengunci seluruh anggota gerak Reliy), dan membuat para gadis cemburu. Termasuk Annie yang mengamati mereka dari sisi yang cukup jauh.

"Kau pengecut jika mencoba untuk melawanku."

Tersenyum miring, Tyler menekankan tangan kanannya di lengan Reliy kemudian merapatkan tubuhnya hingga Reliy kesulitan bernapas. Lalu seolah mengabaikan bisikan para gossipers, Tyler mendekatkan bibirnya di telinga Reliy. "Apa kau ingin melukai majikanmu yang sedang terluka, Babe?" bisik Tyler, "Don't ever dare to do it."

"I'll choose dare," ucap Reliy kemudian menghantamkan kepalanya di dagu Tyler kuat-kuat, hingga pada waktu bersamaan perasaan pusing turut menyerang gadis itu.

Tyler berteriak cukup keras, sampai-sampai semua jenis hewan di kebun binatang ia sebutkan satu per satu.

Di lain sisi, Reliy yang sempat berlari beberapa langkah segera memutar tubuhnya dan kembali berkata. "Stop using master and slave, because I'm not your slave and I'm not your toy, D!ck!" seru Reliy lalu pergi begitu saja, tanpa sadar bahwa ia baru saja menabrak kaki Annie, hingga kesialan paling memalukan pun terjadi.

Reliy terjatuh, dengan sangat tidak kerennya, dan beberapa mahasiswa yang melihat kejadian itu tidak sanggup menahan tawa lalu segera menggambil gambar atau video.

Demi Tuhan, Reliy benci suasana ini sehingga hal itu pun terjadi lagi.

Suara gemelatuk terdengar nyaring, tubuh Reliy berubah dingin, dengan warna putih pucat menghiasi wajahnya, dan di waktu bersamaan otak Reliy terasa lumpuh. "Please, stop! No camera. No camera. No, no, no!!!!" jerit Reliy sambil menutupi kedua telinganya dan menendang-nendang lantai, seolah tendingan tersebut bisa menghancurkan ubin di lorong kampus.

Di lain sisi, Bianca yang baru saja keluar dari ruang kesehatan segera memanggil nama Reliy—berulang kali, sambil meminta pertolongan. Namun, siapa peduli dengan teriakan Bianca, karena menurut orang sinting—pemuja popularitas media social di Monarch University—kegilaan Reliy jauh lebih menyenangkan untuk diabadikan, daripada harus repot memberikan pertolongan.

Hingga ketika Reliy mulai kelelahan oleh rasa takutnya terhadap flash kamera, Tyler yang sebelumnya hanya mengamati tingkah Reliy akhirnya mendekat—mengangkat tubuh gadis itu—dan mendaratkan tamparan di wajah Annie.

Bukan tanpa alasan dan bukan karena Tyler adalah pecundang yang melawan perempuan, tapi karena Tyler membenci siapa saja yang mengganggu miliknya.

So ... kali ini Tyler sungguhan telah menampilkan sisi kerennya, hingga semua pecundang di sekitar mereka pun terdiam.

"Your dirty hands don't deserve to touch her and I'm sure you don't want to end up like him," ucap Tyler, sambil membawa Reliy di kedua lengannya dan berdiri tegap di hadapan Annie. "Don't expect more. You are only a sexy doll for me."

"No, Tyler. I'm not your sexy doll."

Dan setelah mendengar bisikan tersebut, senyum tipis terlihat di wajah Tyler.

****

Halo! What do u think about this chap?

Can't wait when Tyler and Reliy become a couple 😍😍😍

The Bad Boy & My Secret JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang