38. Try To Find You Again

773 83 3
                                    

Keputusan Reliy untuk kembali ke kampus saat Tyler menyuruhnya untuk tetap berada di kamar hotel, memang sepenuhnya salah. Faktanya, keputusan itu hanya menimbulkan rasa sakit sekaligus perasaan bingung, antara harus memercayai siapa.

Memercayai apa yang dilihat ataukah masa lalu. Reliy tidak bisa memilihnya karena terlalu kalut dengan pemandangan di kafetaria.

Seriously! Bianca mengabaikannya, sekaligus berprilaku seolah mereka tak saling kenal ketika Annie dengan sengaja menumpahkan sisa makan siangnya ke arah Reliy.

Akan tetapi, entah Jason mendapat perintah dari Tyler atau memang inisiatif lelaki itu sendiri, dia yang telah melindungi Reliy dari tindak pem-bully-an tersebut kemudian kembali mengantarkan Reliy ke kamar hotel dan menghilang ketika Reliy berada di toilet.

Sisanya, Reliy ditinggal seorang diri. Dalam perasaan kalut dan perasaan bersalah.

"Jesus, what's wrong with me?" rintih Reliy cukup frustrasi dengan permasalahan yang tak kunjung selesai, akibat pekerjaan yang dulunya sempat membantu perekonomiannya di Las Vegas. "Aku bahkan tidak melacur dan murni menggunakan uang itu agar tidak menyusahkan mom.

"I can't belive that it's will happen in my life. Bianca, Tyler, what's wrong with you guys?"

Menghantamkan setengah tubuhnya di atas kasur, Reliy meletakkan tangan kanannya sekadar menutup mata. Reliy butuh petunjuk, bukan tempat persembunyian seperti yang ia dapatkan sekarang.

"Well, I'm so sorry, Ty. Aku bukanlah gadis penurut seperti yang kau pikirkan." Reliy menjauhkan tangannya, segera melirik ke arah arloji di dekat kepala kemudian mengembuskan napas berat. "Let's try to find you like you did to me before."

***

Dan semua tidak berjalan lancar seperti yang dipikirkan Reliy.

Reliy tersesat di rumah besar. Tempat yang beberapa kali ia kunjungi sejak bergaul dengan Tyler, tempat yang menjadi lokasi perkumpulan teman-teman Tyler.

Percayalah, pikiran Reliy terlalu sederhana yaitu mengira bahwa mereka pasti mengenal Tyler dan memberitahu di mana lelaki itu berada. Namun, harapan itu berakhir nol.

Tidak ada jawaban.

Dan Reliy anggap mereka berbohong. Ia pernah mendengar, kesetiaan setiap geng itu sangatlah tinggi, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka sengaja tutup mulut mengikuti perintah Tyler.

"Kau serius tidak tahu di mana Tyler?" Reliy sekali lagi bertanya, pada seorang gadis berambut merah yang seingat Reliy pernah menggoda Tyler di saat mereka sedang dalam masa berkencan.

Gadis itu menggeleng, sambil tersenyum simpul seolah tidak tahu apa pun. Padahal Reliy yakin bahwa dia pasti mengetahui sesuatu karena mereka satu kampus dan berita tentang Reliy adalah berita terpanas akhir-akhir ini.

"No idea sweet heart, but ... kenapa kau mau repot-repot mencarinya dan bukan bersenang-senang sekarang?"

"Aku di sini untuk mencari Tyler."

"--tapi Tyler tidak ada di sini dan kau berada di sini.  Jadi kau harus bersenang-senang dengan menikmati pestanya." Si rambut merah itu menarik tangan Reliy, membuat gadis itu semakin merapat padanya dan beberapa saat kemudian mengambil segelas beer di atas meja. "Segelas akan baik untukmu, sweet heart."

"Aku tidak minum beer."

"Dan aku tidak bertanya," sela Si rambut merah lalu memaksa Reliy untuk minum segelas beer di tangannya dan setelahnya ia berteriak, sambil meliuk-liukkan tubuh indahnya mengikuti alunan musik.

Demi Tuhan, Reliy tidak tahan dengan suasana ini dan ia memilih untuk pergi sebelum alkohol menghancurkan akal sehatnya. Ia harus cepat-cepat menemukan toilet kemudian memuntahkan isi perutnya.

Melewati dapur yang disibukkan dengan permainan gelas kertas, Reliy harus berdesak-desakan demi menemukan toilet. Namun, ketika ia membuka ....

... suara itu mengganggu Reliy. Dan ia sadar, bahwa kehadirannya akan sama sekali tidak diinginkan.

"Fuck off! Di mana toiletnya," keluh Ashley hingga ia memutuskan untuk naik ke lantai dua, mencoba membuka semua pintu dan kemudian, salah satu ruangan sukses menarik perhatiannya.

Kamar yang paling besar--lebih mirip perpustakaan karena memiliki rak-rak tinggi penuh buku--bercat dominan merah maroon dan ....

... ada beberapa pajangan foto keluarga.

Demi Jesus yang maha baik, percayalah. Reliy tercengang melihatnya. Bukan karena banyaknya deretan buku di sana, tapi karena salah satu anggota keluarga di foto itu.

Tanpa sadar, Reliy meneteskan air matanya. Reliy tidak menangis, hanya cukup merasa sedih karena saat ini tersadar bahwa ia membutuhkan Tyler.

Bukan sebagai super hero, tapi sebagai seseorang yang memeluknya tanpa bicara hingga air matanya mengering.

Lalu ketika suara pintu terbuka terdengar di belakang Reliy, bukannya menoleh, Reliy hanya berkata dengan nada lemah, "Seriously, I try to find you again. Will you come back to me again?"

Dan tidak lama kemudian sebuah pelukan menghampiri Reliy.

Berbau alkohol dengan napas berat yang menerpa seluruh kulit di tengkuk Reliy.

"I really sorry, Babe."

The Bad Boy & My Secret JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang