Reliy bersyukur ketika Tyler pergi untuk memesan makanan, sekaligus cemas karena dalam beberapa menit ke depan mom pasti akan melakukan interogasi darurat. Akan tetapi, di lain sisi Reliy juga menganggap bahwa hal itu terlihat lebih baik, daripada mom mengamuk di hadapan Tyler.
Yeah, mengamuk—seperti singa yang sumber makanannya telah habis kemudian menyerang pemukiman di sekitarnya.
Reliy pikir seperti itu. Jadi anggap saja kepergian Tyler setidaknya membantu mom, agar tidak mempermalukan Reliy karena jika Tyler bersama mereka, bisa jadi Tyler menganggap Reliy sebagai gadis usia sepuluh tahun, bertubuh dewasa yang hidupnya masih saja diatur oleh mom.
Menyedihkan. Dan Reliy menolak jika Tyler terpaksa harus menyaksikannya.
Jadi setelah beberapa detik berlalu, mom mulai berdeham—berkali-kali—membuat Reliy ingin sekali menumpahkan segelas soda di gelas mom.
Beruntung, Reliy tidak sejahat itu. Reliy menoleh, menatap mom secara langsung sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Kau ingin mengatakan sebuah pengakuan?" tawar mom, sembari melipat tangan di bawah dada—dalam posisi duduk bersandar. "Akan kudengarkan sebelum semua yang ada di kepalaku tumpah di meja ini."
"Well, jika kau ingin tahu siapa lelaki itu,"—Reliy menunjuk ke arah Tyler yang tampak sedang menggoda seorang gadis, membuat Reliy mendesah pelan—"Tyler Kavinsky, apa pun yang dikatakannya kau tidak harus memercayainya, mom."
"Pertanda kau bergaul dengan orang yang salah."
"Kau mengatakannya seperti manusia suci saja, mom."
"Setidaknya aku merawatmu sesuai dengan nilai-nilai agama." Mom mendekatkan wajahnya, menatap Reliy tajam lalu menghela napas panjang. "Kau masih perawan?"
Mendengar pertanyaan terakhir tersebut, tiba-tiba saja Reliy memukul meja. Bukan. Reliy bukannya terkejut atau tersinggung dengan pertanyaan mom, tapi Reliy merasa ....
Ya Tuhan, dia bahkan sudah memasukkan jarinya ke dalam vagina. Jadi apakah itu termasuk dalam pelanggaran agama? Lagi pula lelaki terakhir yang menyentuhnya hanya sekadar melakukan—
"Ofcourse mom!" seru Reliy penuh tekanan dan tanpa sadar membuat beberapa pasang mata beralih ke arahnya. "Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk melakukannya. Maksudku ....
... lebih baik tidak melakukan seks, daripada kau terbujur kaku di peti mati karena mendapatkanku bercinta sebelum menikah."
Lagi-lagi mom menghela napas panjang. Ia menghirup kopi panasnya—sebagai pengalihan karena saat ini emosi mom sedang tidak stabil. "Hanya anak usia lima tahun yang akan memercayai ucapanmu, Reliy."
"What?" Nada frustrasi Reliy mulai terdengar. "W-why, mom?"
"Jika kalian bukan sepasang kekasih, tidak mungkin dia akan memasuki apartemenmu dengan cara seperti itu," jelas mom, "jadi sebelum aku memaksa, kau harus memutuskannya sekarang."
Mata Reliy refleks membulat. Well, mom tidak pernah menuduh seperti ini—maksudnya, tanpa bukti—seolah mom menolak memercayai Reliy. "Mom! Aku bahkan—"
"Satu burger tanpa irisan bawang dan dua porsi burger ukuran besar," kata Tyler tiba-tiba yang menurut Reliy sengaja ia lakukan untuk mengacaukan perbincangan ibu dan anak ini. "Apa kalian ingin menambah sesuatu? Aku membelikan kalian kentang. Itu bonus jadi bukan masalah."
"Dan kau akan menjadi masalah jika tetap berada di sini," bisik Reliy ketika Tyler duduk di sampingnya lalu menyikut pelan lengan Reliy.
Mom mengamati mereka dengan tatapan sengit.
"Sejak kapan kalian berkencan?" tanya mom dengan nada paling dingin yang pernah Reliy dengar.
"Kami tidak—"
"Kurang lebih dua bulan yang lalu, Mrs. Dawson."
"Just Sara," ralat mom, ketika Tyler kembali memanggil mom dengan panggilan resmi.
"Well, yeah ... Sara." Memiringkan sedikit kepalanya, Tyler mulai memainkan kaki di balik meja—menendang pelan, sambil sesekali melilit kaki Reliy. "Aku menyukai kepribadian Reliy. Jadi aku ingin meminta res—"
"Aku tidak merestui hubungan kalian," sela mom secepat kecepatan cahaya dan dengan pundak yang tampak naik-turun.
"Aku bisa menjaga Reliy. Jika kau meragukan itu, akan kubuktikan."
"Dan maaf harus mengatakan ini, kami lebih mengedepankan sopan santun."
Tyler mengerutkan keningnya, sedangkan Reliy memilih diam sembari meremas rambutnya.
"Sopan santun tanpa bisa menjaga, hanyalah omong kosong, Sara." Nada suara Tyler masih terdengar santai. Bahkan siapa pun yang mendengar pasti tidak akan tahu, bahwa lelaki itu tengah berbincang dengan ibu dari sang gadis.
"Keluarga kami tidak menyetujui kencan, tanpa menikah. Jadi sebelum burger ini pindah ke wajahmu, bisa kau jauhi Reliy, Tuan Kavinsky?"
"It's Tyler, Sara." Tyler tersenyum tipis, membuat beberapa gadis menjerit dan Reliy semakin stress. "Sayangnya ... aku pernah—"
"Just shut up your fucking mouth, Tyler!!!" seru Reliy, setelah memberikan tamparan keras di wajah Tyler—sebelum lelaki itu mulai berbesar mulut. "Aku bahkan tidak pernah berharap atau memimpikanmu."
Akhirnya untuk pertama kali, Reliy tidak bisa lagi membendung air matanya. Demi Tuhan, tidak ada alasan untuk menyembunyikan hal tersebut sebab sekarang, yang Reliy tahu ia sedang dalam keadaan kalut.
Kalut akibat ulahnya sendiri, kalut akibat keegoisan mom, dan kalut karena Tyler selalu mengklaim dirinya secara sepihak.
Andai Tyler tahu bahwa segala hal yang dia ucapkan selalu berefek kuat pada Reliy.
Namun, sepertinya tidak dan Reliy menganggap itu sebagai kutukan.
Kutukan yang selalu membuatnya menangis.
"Good bye, Tyler," bisik Reliy kemudian berlari, memilih untuk meninggalkan mereka mom dan Tyler.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...