"Gimme a blow job."
Reliy terdiam. Mendengar perintah Tyler barusan cukup membuatnya syok. Dalam artian Reliy ingin mengatakan bahwa, hello, Mr. Kavinsky! Kau tidak sedang bicara dengan seorang pelacur, jadi perhatikan cara bicaramu.
Itu yang sempat Reliy pikirkan dan kini ia hanya pura-pura tidak mendengar, sembari merapatkan jaketnya.
Reliy mulai menggeletuk. Terlalu takut jika Tyler akan memaksa atau yang terparah adalah memperkosa. Sebenarnya ia bisa saja kabur dari sini, tetapi Reliy buta arah dan itu akan membuatnya tersesat.
Jadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekhawatiran, hanyalah dengan berpura-pura tidak mendengar lalu ....
... mengalihkan topik pembicaraan. Yeah, that's right!
"B-beri tahu aku mengapa harus ke tempat ini?" tanya Reliy dengan suara nyaris gagap. "Kau berjanji kita hanya akan mengunjungi tempat publik," tuntut Reliy yang mana kali ini, ia yakin akan kabur ke mana saja kemudian menelepon Bianca—jika Tyler mencoba menyentuhnya lagi.
Tyler menoleh, menatap Reliy sejenak kemudian mendekat. "Kupikir tidak ada janji dan ... terkadang seseorang harus melanggar untuk mendapatkan sesuatu."
Reliy terbelalak. Ia jelas tahu apa yang ingin dilakukan Tyler—di dalam open car-nya—di antara suara jangkrik musim panas.
Ia harus pergi sekarang. Namun, belum sempat Reliy melepas sabuk pengaman dan kabur, Tyler terlebih dahulu melepaskan miliknya lalu menahan lengan Reliy dan ....
... napas Reliy tercekat begitu saja. Jarak mereka begitu dekat, seperti hendak berciuman dan fokus Reliy teralihkan pada bibir seksi itu.
Menurut Reliy, bibir Tyler adalah yang paling lezat. Namun, jangan lagi! Jika ia kalah maka itu akan menjadi kemenangan kesekian untuk Tyler.
"J-jangan—"
"Kau terlalu tegang," kata Tyler—sengaja memotong ucapan Reliy kemudian mengarahkan bibirnya pada telinga Reliy.
Demi Tuhan, Reliy ingin sekali menendang lelaki itu. Namun, tidak karena sengatan belut listrik seketika menyerang seluruh kulit Reliy.
Well, hadiah kecil di malam yang sunyi—Tyler memberikan gigitan kecil kemudian memundurkan sandaran Reliy, hingga menjadi posisi setengah berbaring.
"Kupikir kau harus mencuci otakmu dari hal-hal porno." Tyler terkekeh saat melihat Reliy yang memerah karena sempat memikirkan hal lain. "Aku lebih suka jika kau yang memulai, daripada aku yang memulai. Kau tahu, lelaki brengsek lebih suka diserang." Lalu Tyler ikut merendahkan sandaran jok mobilnya dan berbaring di sebelah Reliy.
Diam-diam mengamati gagasan bintang musim panas yang jika dilihat dari sini tampak lebih indah, daripada gemerlap lampu kota Las Vegas.
Di lain sisi, Reliy cenderung merasa aneh. Sengatan belut listrik itu masih terasa di seluruh kulitnya bahkan seolah memberi racun hingga bernapas pun terasa sulit.
Oh, tidak, Reliy! Kau dilarang merasakan hal itu dan kau tahu bagaimana reaksi ibumu nanti. Batin Reliy, sambil sesekali melirik ke arah Tyler.
Geez! Kata sesekali sepertinya kurang tepat karena faktanya Reliy sedang mengamati. Yep, mengamati setiap inchi wajah Tyler kemudian memberikan pujian-pujian, seolah Tuhan menciptakan lelaki itu dalam keadaan mood yang teramat baik.
Menyebalkan! Batin Reliy lagi saat menyadari bahwa tidak ada makian yang terlontar untuk Tyler.
"Mau sampai kapan kau melihatku?" tanya Tyler tiba-tiba, tanpa menoleh ke arah Reliy. "Jika kau ingin menciumku, lakukan saja. Lagipula kau sudah menjadi milikku."
Reliy mengerjap. Sejak kapan? Dia bahkan tidak pernah mengatakan bahwa ia setuju.
"Dalam mimpimu, Kavinsky!" ujar Reliy dengan nada sengit dan buru-buru memalingkan wajah, mengikuti Tyler menatap bintang.
Lelaki itu tidak menjawab, membuat Reliy bertanya-tanya dan lagi melirik ke arah Tyler.
Bagi Reliy sangat aneh rasanya jika Tyler tiba-tiba menjadi sosok yang tidak banyak bicara. Sebab sejak pertemuan paling memalukan itu, dia adalah sosok yang hobi mendebat Reliy. Bahkan tentang hal-hal sepele.
"Kau tidak punya hak atas diriku dan aku bukan milikmu. Kita hanya sebatas—"
"Tuan dan budak." Tyler memotong ucapan Reliy kemudian memalingkan wajahnya, menoleh ke arah gadis yang sebenarnya sedang berdebar-debar. "Aku tidak pernah meninggalkan kiss mark secara cuma-cuma, tidak pernah menikmati gadis setengah teler, dan tidak pernah setia pada perjanjian."
Manik hijau Reliy melebar. "Jadi kau ingin menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebanggaan?"
"Nope."
Decakan pelan lolos dari bibir Reliy. Baginya Tyler itu lelaki yang membingungkan, tidak pernah menyelesaikan kalimatnya dan berbicara dengan bahasa yang berputar-putar. Pasalnya, jika Tyler bermaksud membanggakan hal tersebut, maka oke, fine! Reliy tidak akan memikirkannya dan tidak akan melibatkan hatinya.
... karena jujur saja, perlakuan Tyler beberapa hari ini sukses membuatnya sakit kepala.
"I gonna go," ujar Reliy akhirnya, kemudian segera membuka pintu mobil dan tanpa menunggu reaksi Tyler, ia pergi begitu saja.
Namun, beberapa saat kemudian Tyler menyusul—berdiri di hadapan Reliy lalu menyalakan rokoknya.
Reliy mencebik.
Tyler tak peduli dan hanya melirik dari balik api kecil pemantik.
"Kau belum melakukan apa yang kuinginkan, Jennie," kata Tyler dengan nada terendah hingga terdengar begitu seksi di telinga Reliy.
"It's Reliy, Mr. Kavinsky," ralat Reliy sembari melipat tangan di bawah dada, menatap Tyler dengan tatapan menantang.
"Then it's Tyler, Miss Reliy."
Memutar mata, Reliy mendengkus kesal. "Okay, Tyler," kata Reliy, sambil mendorong Tyler. "I have to go now."
"Go with me."
"What? No!"
Tyler menaikkan sebelah alisnya. "You have no choice, Babe."
Reliy mendecak lagi lalu seperti sedang kerasukan setan, ia segera berlutut di hadapan Tyler, mengarahkan tangannya ke celana jins lelaki itu, dan mulai membuka sabuknya.
Demi Tuhan, jantung Tyler berdebar dengan mata terbelalak ia mengamati jemari Reliy yang sedang bertugas. Gadis itu gemetar hebat dan Tyler mengetahui hal tersebut—menghasilkan rasa penasaran—hingga beberapa saat kemudian ....
... Tyler benar-benar merasa kehilangan akal.
"Let's make it out," ucap Tyler, "im my car."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...