Seharusnya Reliy berteriak. Menumpahkan seluruh kosakata terburuknya sekarang juga, seolah Reliy dilahirkan dan dididik oleh mom sebagai pengoleksi kalimat sumpah serapah paling lengkap di planet bumi.
Atau yang terburuk-jika Reliy mau (kehilangan kewarasan)-Reliy juga bisa melakukan hal paling dramatis, yaitu meludah penuh amarah kemudian kabur sejauh mungkin seperti seorang pecundang professional yang tidak ingin terlibat masalah.
Namun, beruntung kedua hal tersebut tidak terjadi karena beberapa alasan;
Pertama, Reliy tidak sebodoh dan segegabah demikian.
Kedua, Reliy sadar sekali di mana ia sekarang-di tempat umum, di taman kampus-mustahil melakukan hal buruk, di saat image-nya sejak awal adalah gadis baik-baik, tak terlihat, dan mahasiswa kesayangan professor.
Ketiga, Reliy tidak akan terpancing dengan ucapan Clay yang terkesan ambigu lalu menjerumuskannya ke dalam masalah baru.
Dan keempat, Reliy juga tidak akan menampilkan kekhawatirannya tentang tawaran yang diberikan Clay-menjawab 'Yes or No'-dengan kalimat belum selesai akibat June menyapanya.
Sial! Sebenarnya Reliy tidak pernah berharap June akan menegur Clay karena ia pun sedang penasaran setengah mati tentang apa yang akan dikatakan Clay.
'Yes or No? Biarkan ...' Biarkan apa? Kau harus melanjutkannya dan beritahu aku apa yang terjadi?! Dewi batin Reliy menjerit-menuntut kelanjutannya-bertentangan dengan akal sehat Reliy yang memilih tidak peduli.
Alright, akal sehat Reliy mengansumsikan bahwa, tidak akan ada masalah jika Reliy mengabaikan pertanyaan Clay? Lagipula, Clay juga telah mengalihkan pembicaraan yang awalnya mengenai keperawanan Reliy menjadi kemenangan tim basket Monarch University, untuk pertandingan musim ini.
Hal itu terjadi setelah June menyapanya, lalu Clay dengan penuh semangat menceritakan bagaiamana June menciumnya di akhir pertandingan dan bagaimana Tyler merasa kesal luar biasa karena bukan dia yang mencetak skor terakhir.
Reliy ingat benar, bahwa dua lelaki ini adalah saingan tak tersirat. Dan Reliy menganggap mereka kekanakan.
"Kupikir, saat Annie mencumbu Tyler di lapangan ... itu karena ia mengikuti June. Shit! She's a suck kisser!" ucap Clay, sembari menarik dagu Reliy dan kembali memangkas jarak di antara mereka berdua.
Ini yang kedua kalinya, jika dihitung sebelum June mengapa Clay dan demi Tuhan, Reliy mulai merasa was-was.
Terutama saat sepasang mata cokelat dan dingin itu sedang mengamatinya.
Mengamati dari jauh, tetapi secara tidak langsung mampu melubangi kepalamu.
Reliy meneguk salivanya. Nyaris kesulitan bernapas, hingga telinganya diterpa oleh hembusan udara hangat.
Clay berbisik, tepat di telinga Reliy dan sukses menarik perhatian siapa pun di sekitar mereka. "Seharusnya ... yang ada di lapangan itu adalah kau, bukan Annie. Benar, 'kan?" Clay menyeringai, sedangkan atensi Reliy malah berpusat pada objek yang diam-diam terus mengamatinya.
"Truth or dare?" tanya Clay, terus memancing agar Reliy segera buka suara. "Or you wanna be a looser?"
"Truth," bisik Reliy, sambil terus menatap ke arah pasangan yang sedang pamer kemesraan.
Err ... tidak sepenuhnya pamer kemesraan sebab dilihat dari sudut mana pun, semua orang akan tahu bahwa hanya sang gadis yang sedang dilanda birahi.
Di sisi lain, Clay menyeringai lagi. Ia tahu betul apa yang sedang menjadi pusat perhatian Reliy. Dan ... itu menarik bagi Clay.
Alright, dia Tyler Kavinsky. Lelaki yang terus mengamati Reliy—hingga sukses menarik perhatian gadis itu. Namun, tampak sibuk memainkan libido Annie.
Ini sesuatu yang salah bagi Reliy. Namun, mungkin sesuatu yang benar bagi Tyler dan bisa juga sesuatu yang menguntungkan bagi Clay.
Jelasnya, Reliy ingin sekali mencabut sepasang netra cokelat itu agar tidak lagi mengintainya.
"Well you choose 'Truth'. Then ... have you make out with Tyler?" Clay semakin lancang, hingga Reliy mengalihkan perhatiannya dan mendorong tubuh Clay.
Napasnya naik-turun, hingga tampak cairan sebesar biji jagung membasahi keningnya. "Then I'll choose 'Dare'."
"Dare?"
"Yes, kau tidak perlu mengetahui jawabannya."
"Fine. Let's kiss each other," ucap Clay dengan sangat cepat kemudian segera menubrukkan bibirnya di bibir Reliy.
Clay menahan tubuh Reliy, terlampau kuat hingga Reliy tidak bisa lagi melawannya. Dan hal itu menarik perhatian para mahasiswa lain—secara kompak mengambil kamera—melakukan live streaming, merekam video atau sekadar mengambil foto lalu diunggah di media sosial mereka.
Ini skandal. Rela menyebutnya dengan pelecehan seksual. Namun, rontaan Reliy justru membuat Clay membabi buta—terus memasuki rongga mulut Reliy—sambil meremas tonjolan di dada Reliy.
It's crazy cray! Mereka yang melihat bahkan tidak tertarik untuk menolong Reliy. Mereka hanya tertawa, berseru beberapa kali, menganggap bahwa hal itu adalah suatu hiburan.
Hingga keriuhan itu terhenti ketika seseorang jatuh tersungkur menghantam tanah—meninggalkan jejak darah di hidung, akibat terbentur kerikil kecil.
"I dare you, let's make out with me. Reliy Dawson," ucapnya dengan nada dingin dan penuh tekanan saat menyebutkan nama Reliy. "Or you want this to really happen."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...