Kata Tyler, Reliy dalam bahaya dan demi menghindari hal itu, maka ia harus mau tinggal bersama—merawat Tyler, bersih-bersih, memasak—lalu mendapatkan upah empat ribu dollar.
Dan seperti terkena hipnotis akibat ciuman panas di belakang kampus, Reliy menurut—tanpa mengatakan apa pun—hanya mengangguk. Namun, percayalah bukan itu yang Reliy inginkan.
Reliy menganggap bahwa itu sangat tidak masuk akal. Lebih tepatnya ketika ia berakhir di mobil bersama Tyler—membolos—dan di waktu bersamaan mulai menyerapi seluruh perkataan Tyler barusan. Well, jika Reliy melakukan flashback, selama ini semua memang terlihat baik-baik saja—terutama ketika Tyler belum memasuki kehidupan Reliy dan Reliy masih aktif dengan identitasnya sebagai phone girl.
Benar-benar aman. Bahkan, mengenai stalker sekalipun atau hal paling dasar yang memang Reliy butuhkan—uang—semua tidak ada masalah. Namun, ketika Tyler memaksa hadir dengan memasuki kamarnya, melalui jendela lalu memergoki pekerjaan rahasia itu ....
... masalah pun mulai bermunculan.
Jadi Reliy bisa saja beranggapan, bahwa Tyler adalah penyebab masalah.
Akan tetapi, jika Reliy semakin berpikir maka ia juga akan mendapatkan hasil lain, yaitu; Tyler penyebab masalah, tetapi Tyler pulalah yang menjadi penyelamat dalam kungkungan masalah tersebut.
Dengan kata lain, Tuhan mengirimkan masalah dengan penyelesaian dalam waktu bersamaan.
Dan itu dalam wujud Tyler Kavinsky yang mana Reliy tidak bisa berbohong, bahwa Tyler telah memberikan warna dalam hidupnya. Sekaligus semakin lama juga semakin meningkatkan libido alaminya.
Reliy memerah, tetapi segera mendecak ketika pemikiran tersebut hinggap di dalam otak mesumnya. Dan ketika ia melirik kea rah Tyler, Reliy bisa melihat betapa seksi otot bisep lelaki itu. Jadi demi mengalihkan perhatian, Reliy berkata asal, "Kupikir itu hanya sekadar kedok karena kau tidak ingin mengeluar biaya untuk menyewa jasa house keeping."
That's right. Akal sehat Reliy masih berusaha menyangkal semua kebaikan Tyler dan mengangga bahwa semua perkataan Tyler hanyalah akal-akalannya saja, agar Reliy bersedia tinggal bersama, seperti Bianca-Jason atau pasangan lainnya yang dengan terburu-buru memutuskan untuk tinggal bersama.
Meski kenyataannya mereka berkencan baru beberapa hari.
Tyler menoleh, setelah mendengar apa yang dikatakan Reliy meski perkataan tersebut bukanlah hal yang diinginkan Tyler.
Okay, Tyler ingin Reliy mengatakan sesuatu yang lebih panas. Sepeti 'Cuaca terlalu panas, ingin bersenang-senang dengan es krim?' atau 'Lidahku terasa pahit. Apa kau punya permen, Babe?'
Sayangnya hal itu hanya akan menjadi harapan jika Tyler menginginkan Reliy mengatakan hal demikian. Oh, well ... dia tidak pernah lupa bahwa gadis itu menolak hal-hal berbau seks sebelum pernikahan, tetapi seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.
Tyler yakin itu. Dan Tyler hanya perlu sering menggoda Reliy agar gadis itu benar-benar luluh hingga mereka akhirnya menjadi pasangan normal.
"Empat ribu dollar perminggu dan kau anggap itu kedok?" Tyler menampilkan senyum asimetris paling seksinya. "Kau tidak percaya padaku." Masih sibuk dengan kemudi dan fokus menyetir, tanpa sadar sesuatu terlintas di pirkiran Tyler hingga sedikit demi sedikit ia mulai menaikkan kecepatan demi mendapat perhatian Reliy. "Then, I'll stay in your place."
"Tyler!!!"
"Yes."
"Apa yang kau lakukan?!" Reliy mencengkram sabuk pengamannya ketika sadar bahwa kecepatan mobil telah melebihi batas normal dan membelah kepadatan kota, seperti adegan pada film Fast And Furious. "Tidak bisakah sedikit lebih—"
"I can't," kata Tyler, sambil tertawa menikmati ketegangan lalu menoleh ke arah Reliy. "Because I want your focus." Dan seperti tidak takut dengan apa pun, Tyler mendekati Reliy—memangkas jarak yang sebelumnya terjalin—kemudian mencium kepala Reliy, hingga ....
... suara klakson berbunyi dari segala arah.
Reliy memucat dengan tubuh gemetar karena tahu bahwa ia hampir saja mati.
Sedangkan Tyler, well ... kau tidak perlu khawatir karena lelaki itu memang gila dan tidak takut dengan kematian.
"Sorry, Dude. My girlfriend looking so fucking hot," tukas Tyler dengan nada seratus persen bangga karena di sisinya adalah Reliy dan sambil mengedipkan sebelah mata, ia kembali berkata, "You know what I mean. So go away, Dick." Itulah yang dikatakan Tyler, sambil mengangkat tangan kanannya—seolah menyapa—ke arah supir bus yang sedari tadi mengumpat akibat hampir membahayakan penumpangnya.
Dan sebenarnya, Tyler melakukan hal tersebut karena suatu hal.
Katakan saja Tyler cemburu, sebab diam-diam Tyler menyadari bahwa si supir bus beberapa kali melirik Reliy ketika mereka berhenti di lampu merah. Dan itu mengganggu bagi Tyler.
Tyler menyeringai lalu mencium pipi Reliy dengan gerakan cepat dan segera kembali melanjutkan perjalanan.
***
"Tidak bisa seperti ini?!" Reliy berusaha keras—sebisa mungkin mencengkram pagar taman kuat-kuat—saat Tyler secara tiba-tiba mengajaknya ke wahana keluarga.
Well, bukan wahana keluarga bagi Reliy. Karena Tyler tidak terlihat ingin menikmati komedi putar, tetapi justru memilih roler coaster dan apa pun itu permainan ekstrim.
"Kau ingin aku mati, ya?!" Reliy masih mengomel, sambil terus-terusan mengelak dengan semua usaha Tyler. "Cukup kau menyetir dengan kecepatan tinggi, hampir menabrak bus, dan—"
"Just have fun," sela Tyler, "aku tidak pernah berkencan seperti ini. Kau tahu, menolak seks pertanda kau harus mau bersenang-senang dengan cara lain."
"—tapi bukan itu. Maksudku ... tamasya, makan malam. Is it a date, right?"
"Who said? Itsn't a date but this is the another way to have sex. C'mon, Babe."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...