Reliy tersadar dan terlebih dahulu menyebarkan pandangan, daripada berteriak sekadar meminta tolong. Pasalnya jika Reliy memilih opsi yang kedua, maka hal tersebut akan terdengar sia-sia—dengan kata lain, sekarang bukan waktunya—atau ruangan ini benar-benar kosong dan Reliy benar-benar sendirian—dalam keadaan terikat—menggantung dengan posisi terbalik.
Demi Tuhan, Reliy merasa seluruh darahnya sukses memenuhi otaknya dan demi Tuhan lagi, Reliy berharap dia memiliki kemampuan sirkus atau badan yang lentur agar bisa membebaskan diri dari tali sialan ini.
Akan tetapi, alih-alih berharap hal yang hanya bisa Reliy lihat di film action, Reliy malah baru menyadari bahwa kondisinya benar-benar buruk.
Mengetahui keberadaan kamera CCTV di sudut ruangan, lampu pijar yang mengelilingi Reliy seolah dia adalah bintang utama, ribuan foto candide dirinya di seluruh dinding, dan tidak jauh dengan pintu tertutup Reliy juga melihat keberadaan sex doll berwajah Reliy.
Well, this is the crazy cray!
Jadi siapa pun yang membawa Reliy ke tempat menyeramkan ini, pastilah seseorang tersebut adalah penguntit penuh ambisi tentang dirinya. Dan terus terang Reliy pun menolak untuk berpikir berlebihan, tetapi demi apa pun ia juga tidak bisa berbohong bahwa bayangan dari beberapa potongan film Girl House mulai menghantuinya.
Tentang penggemar fanatik yang sakit hati lalu menerobos masuk ke kediaman artis idolanya, kemudian mencoba membunuh mereka satu per satu. God dammit! Rasa takut sukses menggerayangi tubuh Reliy dan itu terasa sungguh luar biasa karena sekarang pun, bayangan tentang perlakuan buruk di masa lalu oleh sang mantan—si Brengsek Robert—juga ikut menghantui pikiran Reliy.
Demi Tuhan Yang Maha Baik, mendapati diri sendiri dalam keadaan telanjang, mulut tersumpal kain, dan di depan kamera sebenarnya adalah hal yang paling dijauhi Reliy.
Kondisi tersebut terlalu menakutkan karena dulu—bersama si Brengsek Robert—Reliy nyaris membuat mom terbujur kaku dan Peter menginap di Rumah Sakit Jiwa. Ia hampir diperkosa—dijadikan bintang film porno dengan Robert lawan mainnya.
Dan bayangan itu terus-menerus berseliweran di kepala Reliy, hingga membuat dewi batinya senantiasa meronta agar gadis itu berteriak meminta tolong. Namun, tidak—Reliy tidak melakukannya—sesuatu telah mengalihkan Reliy.
Sebuah ketukan di michrophone sebanyak tiga kali lalu setelahnya Reliy juga mendengar suara seorang lelaki—perpaduan antara serak dan berat—dari speaker. Lebih tepatnya lelaki itu mengatakan, 'jika kau mencoba untuk berteriak, maka hal tersebut adalah tindakan yang sia-sia, Jennie.'
Dan demi Tuhan Jesus yang menyayangi hambanya, setelah mendengar nama siapa yang disebut lelaki asing barusan, refleks Reliy jadi sangat ingin pergi dari sini.
Lelaki itu jelas mengenalnya dari situs Very Fun Girl dan kemungkinan besar, alasan Reliy berada di sini adalah—
Tidak! Berhenti berpikiran negatif dan fokus berteriak meminta tolong, Reliy. Pikir Reliy sebelum benar-benar mengeraskan suara demi mendapatkan pertolongan. Namun, satu hal ketidakberuntungan Reliy dari semua ketidakberuntungannya yaitu, ketika sadar bahwa tindakannya adalah suatu kesia-sian. Mulut Reliy tersumpal kain, hingga membuat teriakan Reliy terdengar begitu samar.
"Kubilang jangan buang-buang tenagamu, Honey. Ini hanya akan sia-sia karena sekarang ...." Ucapan lelaki itu menggantung, seiring dengan pintu yang secara perlahan mulai terbuka, memperlihatkan punggung tangan yang akhir-akhir ini bukanlah hal asing bagi Reliy. Bahkan di waktu bersamaan jantung Reliy seolah menyusut—tattoo bintang itu—salah satu mimpi buruk Reliy beberapa hari terakhir.
Reliy meronta lagi, berusaha menggerakkan tubuhnya, memberikan isyarat pemberontakan terhadap lelaki yang berada di hadapannya.
"Kukira ... aku harus menyirammu terlebih dahulu agar kau terbangun," kata lelaki bertubuh kurus tinggi, setelah melepas topi baseball lusuh dan melemparkannya ke sembarang arah. "Hi, Jennie, kau ternyata tidak suka basah kuyup, tapi ...."—Ia melangkah mendekati Reliy, mengusap dagu gadis itu kemudian berbisik, "Aku menyukai sesuatu yang basah, terutama jika berkaitan tentangmu."
Lelaki itu tertawa, tampak cenderung menikmati bahasa tubuh Reliy yang luar biasa ketakutan hingga tanpa sadar meneteskan air mata.
Dan seketika itu pula, ruangan yang awalnya sepi mulai dihiasi dengan jeritan Reliy serta tawa lelaki kurus tersebut.
"Nobody can hear you, Babe," tukas lelaki itu lagi, sambil mencoba menciumi dagu Reliy dan meraba-raba tonjolan di dada Reliy. "And you have broken my heart. Now ... you were owned by Keenan and you can't meet your boyfriend again. Ne-ver, Jennie," bisiknya sembari kembali menciumi Reliy dan memutar tuas, hingga tubuh Reliy seutuhnya menyentuh lantai dan ....
... percayalah, Reliy tidak bisa menggerakan anggota geraknya, meski dewi batinnya tengah meronta-ronta untuk melakukan sesuatu.
Di lain sisi, lelaki itu—Keenan kembali mengikati tubuh Reliy, memberikan beberapa simpul dan membentuknya sedemikian rupa. Melihatnya sekilas, semua orang bisa menebak bahwa Keenan memiliki ambisi untuk melakukan kinky fuckery dan dalam diam, Reliy juga mengetahui itu.
"Seharusnya kau hanya mencintaiku, Jennie," ujar Keenan lembut—tidak ada kemarahan di sana. Namun, siapa pun yang berada di posisi Reliy pasti akan merasakan takut luar biasa. "Seharusnya kau memikirkan berapa banyak uang dan waktu yang kuberikan untukmu."
Menggeleng kuat, Reliy kembali berusaha untuk memberontak. Ia berusaha menjatuhkan dirinya ke lantai, meski sia-sia karena nyatanya lantai adalah alas tidur Reliy dan kaki serta tangannya telah terikat saling menyatu—membiarkan dada membusung ke depan, seolah Reliy sengaja memamerkannya.
"Kau harus mencintaiku, Jennie atau ... fuck! What's wrong, Dude!!!" Ucapan Keenan terputus, tergantikan dengan makian seiring ketika pengeras suara mulai menimbulkan bunyi memekakkan telinga di ruang tanpa jendela.
Keenan menutup telinganya rapat-rapat, sedangkan Reliy memanfaatkan kekacauan kecil tersebut dengan berusaha melakukan gerakan ulat bulu, hanya demi kabur dari tempat ini.
Ke mana saja, asalkan tidak bersama lelaki psikopat itu. Pikir Reliy dengan susah payah menggerakan tubuh terikatnya.
Akan tetapi belum sempat bergerak jauh, sebuah tangan menarik rambut Reliy—terlalu kuat—membuat Reliy refleks menjerit dan memaksa gadis itu mengangkat kepalanya.
"No," bisik Reliy, setengah menangis dan dengan pelafalan yang tidak jelas. Ia menatap sepasang mata hitam milik Keenan—dari sudut mana pun, Reliy bahkan tahu seberapa berbahayanya lelaki itu jika ia tetap berada di sini.
Mata itu adalah mata yang dipenuhi kemarahan. Dan Reliy tidak pernah tahu bahwa aktivitasnya di situ Very Fun Girl akan membuatnya bertemu dengan lelaki seperti Keenan.
Lelaki psycho yang ingin memiliki Reliy.
... atau jika hal buruk memang benar-benar terjadi ia akan menjadikan Reliy sebagai budak.
"You are mine Jennie! Don't try to run away!" bisik Keenan penuh tekanan kemudian menarik rambut Reliy hingga Reliy harus kembali menjerit, sambil berusaha menggerakan tubuh mengikuti ke mana Keenan membawanya. "Enough, Jennie and I will do it gently."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...