12. Like A First Time

2K 132 8
                                    

"Shit! Seriously?!"

"Yes, what the hell are you doing, Kavinsky?!" Kedua manis Reliy melebar. Napasnya naik-turun dengan tubuh gemetar setelah melayangkan tamparan manis di pipi Tyler. "Apa kau mencoba untuk memerkosaku, heh?!"

Suara Reliy jelas terdengar goyah dan bisa dikatakan, beberapa detik lagi jika Tyler memaksanya mungkin Reliy akan lari terbirit-birit akibat kesalahpahaman ini—sambil menangis.

Atau mungkin tidak.

Reliy bisa saja langsung menghancurkan kepala Tyler—menggunakan salah satu batu di pinggir jalan—jika ia benar-benar gila—ketakutan akibat pengalaman buruk bersama Robin.

Sial! Seharusnya Tyler mengetahui hal tersebut. Namun, ini juga bukan salah Tyler jika ia mengira bahwa Reliy ingin melakukan itu. Pasalnya lelaki mana yang tidak memikirkan hal lain, jika seorang gadis berjongkok di hadapannya sembari berusaha membuka sabuk?

Tidak ada, meski lelaki itu adalah seorang gay.

Jadi setelah melihat reaksi Reliy barusan, refleks kedua alis Tyler saling bertautan. Garis wajah lelaki itu pun turut mengeras, seolah tidak terima karena mendapat perlakuan barusan.

"Kau ingin menghisap milikku. Lalu?" Tyler menunjuk sabuk yang hampir terbuka, membuat Reliy seketika bergidik.

"What? You're insane, Kavinsky!" cerca Reliy kemudian memeluk kedua lengannya, sekadar menahan diri agar tidak menggelatuk. "Aku hanya ... kehilangan akal sehat."

Tyler mencebik. Merasa tak masuk akal ketika mendengar penjelasan Reliy barusan. Ia melangkah mendekat, sembari mengusap dagu mengabaikan Reliy yang turut melangkah mundur.

"Apa akal sehatmu sekarang telah kembali?" tanya Tyler.

Reliy mengangguk.

"Kalau begitu kau harus membayar hutang saat aku menyelamatkanmu."

"A-apa?"

"Kau pura-pura amnesia lagi."

"Well ... I no idea."

"Alright." Tyler melipat kedua tangannya di atas dada ketika bokong seksi itu menabrak bumper car-nya. "Lupakan tentang blow job, karena kau berhutang padaku saat seorang stalker mengikutiku."

"Kau mau apa?"

Tyler tersenyum miring. "Kau ingin mengatakan bahwa aku pecundang pamrih, bukan?"

Meneguk saliva-nya, Reliy mengangguk. "Pecundang, brengsek, dan sok memiliki daya tarik!" seru Reliy tanpa memikirkan apa pun kemudian memutuskan berlari.

Akan tetapi seperti sebelumnya, Tyler jauh lebih lincah dari Reliy.

Lelaki itu menahan lengan Reliy, menariknya cukup kuat hingga mampu mengubah posisi mereka. Tyler duduk di atas mobilnya, sedangkan Reliy berusaha melepaskan tangan Tyler.

"Apa kau feminis garis keras yang membenci laki-laki?" tanya Tyler.

"Pikiranmu dangkal."

"Kenapa selalu menjauhiku?"

"Kau brengsek."

"Apa itu alasan?"

"Apa aku bisa pergi, Tuan Kavinsky?"

Tyler menggeleng pelan. "Kau akan tersesat, tapi aku bisa mengantarmu jika kau bersedia memberikan satu ciuman dan makan malam bersamaku."

Reliy menaikkan sebelah alisnya. Ajakan seperti itu ... mustahil jika dilontarkan dari bibir Tyler. "Aku tidak tidur dengan sembarang orang."

The Bad Boy & My Secret JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang