"Just find me if you got something goes wrong."
Itu yang dikatakan Tyler semalam, sebelum ia benar-benar pergi dan meninggalkan Reliy dalam kecemasan. Pasalnya, Reliy tahu bahwa Tyler selalu memiliki arti lain dalam setiap perkataannya.
Apa yang dikatakan Tyler, Reliy tahu itu bukan berarti bahwa ia menunggu. Tapi Tyler bisa saja melakukan hal yang diluar harapan seseorang. Dan demi Tuhan, Reliy menyesal telah mengeraskan suara demi mengucapkan kalimat perpisahan dalam kondisi seperti sekarang.
Reliy tidak ingin jika seseorang yang ia sayang--Bianca--yang menurut Tyler telah melakukan kesalahan--akan hancur di tangan lelaki itu.
Jadi semalaman itu pula, Reliy senantiasa berpikir keras--sekadar mencari cara--untuk melindungi Bianca.
Namun, na'as, sejak kejadian pemukulan di taman bermain, Bianca juga jadi tidak bisa dihubungi dan tidak pula pulang ke apartemen.
Entah ke mana gadis itu pergi, yang jelas Reliy telah berusaha menghubungi seluruh teman-teman Bianca. Termasuk Jason, tetapi sama saja--tidak ada respon kecuali pesan suara paling menjijikan sepanjang sejarah.
Dan buruknya hal tersebut terjadi hingga Reliy memutuskan untuk menginjakkan kaki di kampus, dengan mengabaikan apa yang dia hindari--bertemu para gossipers--mendengar serta merasakan tatapan jijik tertuju ke arah Reliy--Bianca masih saja tidak terlihat.
Begitu pula dengan Tyler. Meski Reliy tak berharap bisa bertemu dengan lelaki itu hari ini.
"Hi, girl. Umm ... Jennie, I see your video and seriously, you look so fucking hot." Langkah Reliy terhenti ketika segerombol lelaki--sekitar delapan orang--menghalangi akses jalannya. "Tidak kusangka kau akan berpenampilan seperti ini," kata lelaki berambut pirang, sambil memperlihatkan video strip tease yang sebelumnya sudah diperlihatkan oleh Bianca.
Reliy tidak menjawab. Hanya mencengkram lengannya kuat-kuat, seolah satu buku tebal di tangannya akan jatuh berantakan jika ia tidak menjaganya dengan baik.
"Daripada mengenakan pakaian yang membungkus kulit indahmu, mengapa tidak kau perlihatkan saja pada kami?" Lelaki itu semakin berani--sadar bahwa suasana di kawasan gedung perpustakaan sedang sepi--hanya menyisakan mereka bersembilan (Mengabaikan beberapa mahasiswa kutu buku yang tampaknya mengacuhkan Reliy, karena sadar posisi mereka masing-masing).
Mundur selangkah, Reliy sadar bahwa jarak mereka semakin dekat dan semakin sadar bahwa tidak ada seorang pun yang peduli dengannya. "Shit, don't ever dare to touch me," lirih Reliy, nyaris terdengar serak. Namun, cukup menggairahkan para lelaki brengsek tersebut.
"C'mon, J ... show us your boobs and your sexy ass." Lelaki lainnya yang berambut ikal sebahu menyentuh pundak Reliy, hampir memeluk, jika Reliy tidak segera menjauh. "Don't be shy, Babe. Let's play with us and be naughty."
"No! I said no!" Reliy mulai berteriak dan hampir menangis, jika tidak mengingat bahwa air mata hanya akan membuat para lelaki brengsek itu menertawakannya. "Don't touch ... argh!"
Suara Reliy terputus dan hanya menyisakan erangan kecil di antara tawa yang bergema di lorong tersebut. Sayangnya sisi kemanusiaan ternyata tidak berlaku jika seseorang lebih memikirkan kemanan diri sendiri, dan itu berlaku pada beberapa kutu buku yang hanya diam menyaksikan bagaimana Reliy berusaha untuk membebaskan diri.
Jangan tanya ke mana para pemegang otoritas tertinggi kampus, karena pada dasarnya kawasan perpustakaan memang dalam jam sepi dan itu adalah kesialan bagi Reliy sebab harus bertemu dengan mereka. Jadi meski telah bersusah payah membela diri, delapan banding satu hanyalah sebuah perbuatan sia-sia.
Hingga ketika salah seorang hampir ingin merobek pakaian Reliy, sebuah pukulan kuat yang menghantam si rambut pirang sukses menghentikan perbuatan tak bermoral tersebut.
"Sial! Kau memukulku?!" serunya, dengan tatapan penuh amarah--menatap Clay yang mengusap tangan kanannya.
Clay tersenyum miring, cenderung mengejek atas apa yang mereka lakukan terhadap Reliy. "Siapa kalian yang berani menyentuh gadisku, eh?"
"What?" si pirang terkekeh tak percaya. "Gadisku, eh? Haha ... so funny, Dude. Kau bahkan habis berteriak kencang karena ... ahh! Fuck!"
"Tch, kau yang berteriak kencang hanya karena pukulan kecil, Dude," ejek Clay setelah kembali memukul wajah si Pirang kemudian mengulurkan tangannya ke arah Reliy.
Namun, belum sempat disambut Reliy sebuah pukulan ternyata sukses mendarat di pipi kiri Clay. Dan itu berasal dari si rambut ikal sebahu.
Clay meringis sesaat dan di lain kesempatan, Reliy segera beranjak--menjaga jarak agar tidak terlibat dalam pertengkarang para lelaki.
"Tetap di sana, Reliy. Kau berhutang padaku," pesan Clay sebelum akhirnya melayani pukulan para pecundang tersebut, hingga menyisakan tetesan darah membasahi ubin.
... dan tidak akan berakhir, jika Mr. Charlie--petugas perpustakaan--tidak meneriakan sumpah serapah, sambil menengahi mereka.
***
"Kau baik-baik saja?" Satu kalimat pertama yang akhirnya meluncur dari bibir Reliy saat berada di bangku penonton lapangan basket, demi mengobati luka di wajah Clay. "Terima kasih karena percaya dan menolongku, meski banyak dari mereka tengah memandangku rendah karena video itu," tukas Reliy lagi.
Clay membuka matanya, tampak enggan untuk mengubah posisi yang sejak awal sedang berbaring di bangku, dengan Reliy yang duduk bersila berhadapan dengan kepalanya. "Apa kau tulus peduli denganku?"
"Terus terang, kau menolongku."
"Meskipun jika aku ikut memandangmu rendah?"
"Well, I know you don't." Reliy menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinga, agar Clay tidak merasa terganggu dengan rambut panjangnya. "Meskipun kau pernah memaksaku untuk menciummu. Kupikir itu untuk membuat Tyler cemburu."
Clay tersenyum, tampak tulus dan itu cukup menenangkan Reliy di saat seisi kampus sedang mencibirnya. "Kau melukai harga diriku. Asal kau tahu saja."
"What?" Reliy mengernyit.
Lalu dalam hitungan detik ketika Reliy selesai mengobati luka-luka di wajah Clay, menggunakan tangan kanan lelaki itu mendorong tengkuk Reliy, sekaligus menggunakan kekuatan otot perut untuk mengangkat kepala, dan mencium bibir Reliy.
Clay melumatnya, memaksa untuk masuk ke dalam mulut Reliy, dan sengaja mempertahankan posisi tersebut meski Reliy berusaha menolaknya. Hingga di detik berikutnya, tangan kiri Clay berhasil meremas bagian menonjol di dada Reliy.
Dan erangan memberontak pun akhirnya terdengar, bersamaan dengan tawa bernada kejam yang ternyata berasal dari bibir Clay. "Seharusnya kau tidak menggigit, jika berniat untuk menggoda, Jalang." Clay menyeringai, menatap nafsu ke arah Reliy lalu kembali berkata, "Dan seharusnya kau juga tidak menyimpulkan orang lain dengan sekali lihat, Bitch."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy & My Secret Job
Romance[END] Reliy Dawson tahu, bahwa pekerjaan ini sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya. Namun, itu bukan masalah besar karena selama dua tahun, ia berhasil menjalankan pekerjaan rahasianya tanpa diketahui oleh siapa pun. Akan tetapi, Reliy tidak...