Part 8. Tuan Qu menyesal

53.2K 5K 131
                                    

Melihat anaknya yang makan dengan lahap hati Tuan Qu menjadi menghangat.

Ia baru merasakan sensasi itu. Selama ini dia belum pernah memperhatikan anaknya dengan baik.

Dia tidak pernah mengunjungi anak perempuan sahnya itu sejak kematian sang istri.

Dia menganggap kelahiran Yi Na membuat nyawa istri tercintanya melayang. Dia sedih, marah, kesal, terpuruk, dan kecewa sehingga dia melampiaskan emosinya kepada anak perempuannya yang tidak bersalah itu.

Seharusnya dia membesarkan Yi Na dengan baik-baik karena istrinya telah bertaruh nyawa untuk melahirkan Yi Na. Tapi dia malah melakukan sebaliknya.

Tuan Qu menatap anaknya dengan sedih. Apakah anaknya itu mau memaafkan kesalahannya selama ini?

Tanpa sadar tangan Tuan Qu mengelus puncak kepala anaknya yang berada tepat di sampingnya.

Rain yang sudah selesai makan itu pun mengangkat kepalanya saat merasakan sentuhan di kepalanya itu.

Setelah tersadar, Rain cepat-cepat menepis tangan itu dari kepalanya. Lalu ia segera berdiri. "Aku sudah selesai. Permisi." ucap Rain dingin dan berlalu begitu saja.

Tuan Qu menatap punggung kecil anaknya itu dengan tatapan yang sendu. Sepertinya dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar.

Jujur saja, di saat pemakaman anaknya itu. Dia merasa sangat sedih. Tapi disaat anaknya itu bangun, ia malah memasang wajah datarnya. Ia memasang wajah datarnya cuma karena ia bingung harus bersikap seperti apa.

Apa dia harus menangis? Apa dia harus bersyukur? Apa dia harus memeluk anaknya itu? Atau harus pergi begitu saja. Rasanya dia terlalu gengsi untuk melakukan apapun kepada anaknya itu, selain cuek.

Selama ini dia belum pernah melihat anaknya tumbuh. Selama 16 tahun anak perempuannya itu hidup, dia tidak pernah melihat anaknya itu tersenyum, menangis, dan kesal. Bahkan dia baru mengunjungi anaknya itu di hari pemakaman anaknya tersebut. Ia juga baru menyentuh anaknya beberapa detik yang lalu.

Huft! Dia benar-benar ayah yang buruk.

Ji Ra dan Ji Ya yang melihat Tuan Qu sedih hanya bisa mengepalkan tangannya kesal.

Sekarang mereka benar-benar ingin membunuh Yi Na karena gadis itu secara perlahan-lahan dapat mengambil perhatian Tuan Qu.

Di lain sisi. Rain terus berjalan dengan wajah datarnya.

Sekali lihat saja, Rain dapat melihat penyesalan di mata Tuan Qu. Rasanya ia ingin tertawa mengejek. Kemana saja tua bangka itu dulu? Kalau saja jiwa anaknya belum meninggal, mungkin saja ia akan menerimanya dengan senang hati. Tapi, maaf saja. Sekarang jiwa Rain yang menempati tubuh ini. Maka jangan harap ia akan mengharapkan kehangatan keluarga seperti Yi Na yang hanya bisa meraung di malam yang sepi.

Rain menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya.

Dia memejamkan matanya, berharap ia segera masuk ke alam mimpinya.

Tapi, ia tidak bisa tertidur karena memikirkan dunia asalnya.

Apakah sekarang semua penghianat itu sedang berfoya-foya dengan kekayaannya?

Apakah tidak ada penyesalan sedikit pun pada diri mereka?

Apa jasadnya sudah di makamkan atau malah di biarkan begitu saja dan diberikan ke hewan buas.

Apakah pacar dan sepupunya sudah menikah?

Apakah mereka hidup bahagia?

Apakah akan ada yang mengetahui perlakuan busuk mereka? Mengingat mereka menyembunyikannya dengan sangat baik.

Ataukah ada yang merasa kehilangannya?

Tolong, siapa pun jawab pertanyaannya.

Ia ingin kembali mengulang waktunya di era modern. Kalau saja bisa, maka dia akan lebih dulu menghancurkan orang-orang yang telah membunuhnya itu. Dia tidak ingin terjebak di zaman kuno ini. Berikan dia kesempatan, sekali saja.

Bersambung.....

Rebirth🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang