part 54. Hukuman Mati (2)

27.3K 1.9K 65
                                    

Saat ini Rain menyaksikan hukuman mati yang di jatuhkan kepada pelayan yang mencelakainya kemarin.

"Kalau kau tidak sanggup melihatnya. Jangan dilihat." celetuk Xu Zee yang berdiri di samping kiri Rain.

"Iya. Aku tidak mau kau menyaksikan adegan ini karena aku takut kau akan trauma." sambung Xu Feng yang berdiri di samping Xu Zee.

Yu Han yang berada di samping kanan Rain memeluk pinggang ramping istrinya itu. Ia kesal mendengar ucapan Xu Zee dan Xu Feng yang terdengar sangat perhatian.

"Kalian tenang saja. Ia tidak akan trauma hanya dengan melihat pelayan tidak tahu diri itu di hukum." celetuk Xu Hoo.

Celetukan Xu Hoo langsung membuat Rain menoleh dan menatap Xu Hoo tajam yang ternyata juga tengah menatapnya. Tatapan Rain mengisyaratkan kepada Xu Hoo untuk tutup mulut.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Xu Zee tak habis pikir dengan ucapan Xu Hoo.

"Hanya ucapan asal-asalan saja." ketus Xu Hoo yang membuat Xu Zee ingin menjitak kepala Xu Hoo.

"Jangan dengarkan mereka. Kalau kamu takut, kau bisa menyembunyikan wajahmu di dada bidangku." bisik Yu Han tepat di telinga Rain.

Rain hanya bisa mendelik kesal ke arah Yu Han. Dasar pencari kesempatan dalam kesempitan, umpat Rain di dalam hati.

Bunyi gong di pukul berbunyi dengan nyaring. Pertanda hukuman akan segera di laksanakan.

(benar gak sih? Pokoknya alat itu di pukul dan mengeluarkan suara yang nyaring. Kalau kalian pernah menonton film tentang kerajaan kalian pasti tau. Entah namanya gong atau tidak, aku tak tahu.)

"Apa ada pesan terakhirmu?" tanya sang kaisar.

"Ampuni saya, kaisar. Saya tidak bermaksud untuk mencelakai Nyonya Yi Na." kata La Wu mengiba.

Matanya mengeluarkan air mata yang menggenangi pipinya. Ia takut. Ia tidak ingin mati dengan cara di penggal kepalanya. Padahal kalau ia tahu cara Rain membunuh orang, pasti ia akan lebih memilih hukuman yang sekarang.

"Sepertinya gadis pelayan itu tidak memiliki pesan terakhir lagi. Langsung laksanakan hukuman ini." perintah Kaisar Huang Li lantang.

Sang algojo menutup kepala La Wu dengan karung. Lalu sang algojo itu pun mengayunkan pedangnya dan...... Kepala La Wu pun terpisah dari badannya.

Semua orang yang ada disana bergidik ngeri melihat hal itu. Para pelayan yang awalnya ingin memusuhi Rain menjadi berpikir dua kali. Mereka tak ingin bernasib sama seperti La Wu.

Rain menatap pemandangan itu dengan datar. Kenapa tidak disiksa dulu sebelum mati? Misalnya di cambuk, di congkel bola matanya, di potong tangannya, atau apalah itu.

Setelah hukuman itu selesai, Yu Han menggendong Rain lagi. Rain malu sekali karena Yu Han menggendongnya di depan penghuni istana. Ia hanya bisa menyembunyikan kepalanya di dada bidang Yu Han.

"Kami permisi dulu, semuanya. Aku rasa istriku masih membutuhkan istirahat agar lukanya sembuh total." ujar Yu Han dengan raut wajah datar dan nada dinginnya.

"Pergilah. Semoga istrimu cepat pulih." kata Kaisar Huang Li.

Yu Han segera pergi dari sana dengan Rain yang berada di dalam gendongannya.

Para pelayan perempuan yang belum menikah hanya bisa melayangkan tatapan irinya melihat Yu Han yang begitu menyayangi istri cantiknya.

Lagi-lagi Xu Zee hanya bisa mengepalkan tangannya untuk menahan rasa kesal dan marahnya.

Kenapa tidak aku saja yang menjadi suaminya? Kalau ia menikah denganku, akan aku pastikan ia akan selalu ku perlakukan dengan sangat baik dan romantis. Ucapnya dalam hati.

Bersambung...

Rebirth🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang