Part 19. Rain Kejam

43.4K 3.8K 90
                                    

"Ahhh... Luffy, jangan nakal. Aku masih menngantuk." pekik Rain geli dengan mata yang masih terpejam.

Jambakan pelayan itu membuatnya merasa geli, bukan merasa kesakitan.

Dasar Rain! Hahaha...

Sementara, si pelaku membulatkan matanya. Dia tadi berharap akan mendengar pekikan kesakitan, tapi apa yang dia dapat? Dia malah mendapatkan pekikan geli. Sungguh diluar dugaannya.

Pelayan tersebut menampar pipi Rain dengan kasar.

"Kok kucing bisa nampar orang sih? Perih lagi."

Rain bergumam seraya membuka matanya dengan penasaran.

Siapa tahu kan kucing itu berubah menjadi manusia? Apa sih yang enggak mungkin di dunia ini. Dia saja bisa terlempar ke zaman kuno.

"Siapa kau?! Kenapa kau lancang sekali memasuki kamarku dan menamparku? Kau pikir, kau siapa hah?" tanya Rain menggebu-gebu disaat melihat orang yang menamparnya hanyalah seorang pelayan rendahan. Udah pelayan, jelek, pendek, hitam lagi. Malah belagu jadi orang.

"Aku? Aku adalah Ca Ca." sahut gadis pelayan yang bernama Ca Ca itu.

"Aku bukan bertanya namamu, bodoh. Kau tidak bisa mengerti maksud pertanyaanku, hah?! Jadi orang itu jangan bego. Orang nanya masalah ini, kau menjawab masalah lain. Dasar goblok!" hina Rain sambil mendorong-dorong dahi Ca Ca hingga pelayan itu terhuyung kebelakang.

Rain turun dari ranjangnya. Ia hendak mengambil sebuah cambuk, pisau, gunting, dan peniti dari bawah kolong tempat tidurnya.

"Dasar gadis hina! Kau takut padaku heh?! Sampai-sampai kau memilih untuk bersembunyi di kolong tempat tidur." Ca Ca salah mengartikan tingkah Rain.

Setelah selesai mengambil barang-barang yang diinginkannya, Rain pun kembali menegakkan punggungnya.

"Mimpi saja kau sana. Kau salah memilih lawan, gadis pelayan belagu."

Rain kembali mendorong bahu Ca Ca hingga Ca Ca pun terjatuh menyedihkan ke atas lantai.

"Belum seberapa saja. Kau sudah terjatuh duluan. Bagaimana kalau aku bermain lebih jauh denganmu?" tanya Rain dengan nada dinginnya sambil berjongkok. Ia membelai pipi Ca Ca dengan pisau kesayangannya. Perilaku Rain berhasil membuat nyali Ca Ca ciut. Bahkan wajahnya langsung menjadi pucat seketika.

Rain menutup mulut Ca Ca dengan kain agar teriakan Ca Ca tidak akan terdengar oleh siapa pun. Ca Ca meronta ingin di lepaskan tapi Rain mencengkramnya lebih erat hingga dia tidak bisa melawan.

Ca Ca benar-benar takut kepada Rain. Sekujur tubuhnya langsung mendingin dan merinding. Dulu mungkin ia dengan bangganya mencaci maki Yi Na dan menceritakan ke teman-temannya. Tapi sekarang? Jangan di tanya. Sosok Yi Na yang mudah tertindas digantikan oleh Rain, sosok yang suka menindas orang yang melawannya.

"NE RA!! KEMARILAH!!!" teriak Rain.

"Iya, tuan putri?" tanya Ne Ra kembali formal dan sangat sopan karena adanya kehadiran orang lain di antara mereka.

"Katakan pada semua orang yang berada di ruang makan kalau aku sedang tidur karena merasa tidak enak badan. Kalau mereka hendak ke sini, tahan mereka. Katakan kalau aku baru saja istirahat dan tidak ingin di ganggu." perintah Rain.

"Baik, tuan putri."

Setelah Ne Ra pergi, Rain menyeret Ca Ca dengan kasar ke sebuah ruangan. Yaitu, ruangan yang sudah Rain rencanakan untuk menyiksa orang yang tidak menghormatinya. Ruangan itu sangat minim penerangan karena hanya dibantu oleh 2 batang lilin.

Rain mendudukkan Ca Ca dengan paksa di atas sebuah kursi. Lalu ia pun mengikat Ca Ca dengan kuat hingga Ca Ca merasa peredaran darahnya terhenti akibat ikatan Rain yang terlalu kencang.

"Kau tahu apa salahmu? Aku sudah mengatakan dan memperingatkan kepada kalian, tapi kalian mengacuhkan ucapanku. Sekarang kau akan menerima hukumannya."

Rain menyeringai kejam. Ca Ca yang melihat hal itu langsung pucat.

"Pertama, aku akan memotong rambut jelekmu ini." sinis Rain dengan seringaian yang terpampang di bibir seksinya.

Ca Ca meronta-ronta karena dia tidak ingin rambut yang di rawatnya selama bertahun-tahun rusak di tangan Rain. Ia terus bergumam tidak jelas karena mulutnya disumpal dengan kain.

"Jangan bergerak! Ini baru permainan awal." bentak Rain karena kesal melihat gadis itu menangis dan meronta-ronta untuk di lepaskan. Langsung saja dia memotong rambut pelayan itu dengan tidak beraturan.

"Mmmmmmmmm..."

"Apa? Kalau bicara itu ngomong yang jelas dong." kekeh Rain.

Dengan tidak berperasaannya dia menggunting kalung yang di pakai Ca Ca. Kalung itu adalah kalung yang di dapatkan Ca Ca dari seorang pengawal dalam Kediaman Qu yang berstatus sebagai kekasihnya. Kalung itu adalah hadiah dari sang kekasih.

"Mmmmmmm...."

"Aku tidak mengerti bahasa alienmu, pelayan hina." ejek Rain.

"Kedua, membuat jejak titik-titik di tanganmu." kekeh Rain lalu ia pun sedikit menunduk untuk membuat ukiran indah di sana.

"Mmmmmmm!!!" (T:Arghh... Sakit!!)

"Diam bodoh! Aku akan mengukir tulisan pelayan hina di tanganmu. Baru aku akan melepaskanmu." tutur Rain sambil memutar bola matanya malas. Lalu ia kembali menekuni kegiatannya sedangkan Ca Ca kembali berteriak-teriak tidak jelas dan menggerak-gerakkan badannya tak karuan seperti cacing kepanasan, walaupun usahanya sia-sia karena dia terikat dengan sangat kuat.

Setelah selesai, Rain kembali melanjutkan kegiatannya. Kali ini ia menggoreskan pisau tajamnya ke bahu Ca Ca dan membentuk tanda silang. Pertanda jika dia adalah korban Rain.

"Ketiga, aku ingin mendengar jeritan kesakitanmu." Rain pun membuka kain yang menutup mulut Ca Ca.

"Kalau kau berani berteriak. Aku dapat memastikan kau akan kehilangan nyawamu, oh tidak, bukan hanya kehilangan nyawa tapi jasadmu juga akan aku hancurkan." ancam Rain disaat melihat hendak Ca Ca berteriak.

Gadis malang itu menangis tersedu-sedu sedangkan Rain menatanya dengan tatapan datar. "Makanya jangan pernah berani menentangku!" katanya dingin dan penuh penekanan.

"Ma--maafkan aku, tuan putri." lirih Ca Ca dengan terbata-bata.

"Bagaimana yah? Oke. Aku akan memaafkanmu tapi setelah menerima hukuman terakhir dariku."

Rain membuka ikatan tali yang digunakan untuk mengikat Ca Ca di kursi dengan cara memotongnya dengan pisau, karena tidak berhati-hati Rain tak sengaja mengiris tangan Ca Ca hingga Ca Ca memekik kesakitan. Tapi Rain tidak mengucapkan apapun, misalnya minta maaf. Uhm, lupakan! Rain tidak akan meminta maaf pada orang yang menghinanya.

Bersambung....

Rebirth🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang