Part 13. Hukuman Untuk Ji Ya Dan Kemenangan Rain

51.6K 4.4K 80
                                    

"Sudah di putuskan. Kau akan di hukum di asingkan selama 1 minggu di kamarmu sendiri agar kau bisa merenungkan semua perlakuan burukmu." ucap Tuan Qu final.

"Tidak ayah! Aku tidak salah apapun tapi kenapa ayah malah menghukumku? Apa luka di tubuhku tidak dapat membuktikan padamu bahwa aku tidak bersalah?" protes Ji Ya sejak tadi.

"Yi Na sudah menjelaskan semuanya tadi bahwa kau sendiri lah yang melukai tubuhmu karena Yi Na berhasil menghindarimu dan serangan itu mengenai dirimu sendiri." ujar Tuan Qu lalu ia pun segera pergi dari dalam ruangan khusus.

Seperginya Tuan Qu, Rain melemparkan senyum mengejeknya ke arah Ji Ya. "Hahaha.. Memang enak mendapat hukuman? Makanya jangan mencoba untuk memprovokasiku, gadis bodoh." katanya penuh dengan cemoohan.

"Aku akan membuat kau menyesal, Qu Yi Na. Aku akan membunuhmu." desis Ji Ya penuh amarah.

"Oh ya? Baiklah aku tunggu. Dimana kau akan membunuhku? Di kediamanku? Di kebun? Di gudang? Di hutan? Atau di ruangan ini?" tanya Rain santai. "Tapi sebelum kau membunuhku, aku yang akan membunuhmu terlebih dahulu." sambungnya lalu berlalu begitu saja.

Ji Ya mengumpat kesal sambil meringis kesakitan karena lukanya belum juga di obati. Sedangkan Rain, ia sudah selesai mandi dan mengobati lukanya. Ia sudah seperti dewa dewi khayangan sedangkan Ji Ya malah terlihat seperti seorang pembunuh.

Poor Ji Ya!

Rain berjalan dengan ringannya tanpa merasa bersalah. Dirinya malah terlihat sangat bergembira karena berhasil membuat Ji Ya menjadi pelaku utama kejahatan.

Brakk~

Ne Ra terjungkal kaget mendengarkan bantingan pintu yang sangat keras itu. Matanya menyelidik sang tuan putri yang kelihatan sangat senang.

"Ada apa, tuan putri?" tanya Ne Ra berhati-hati.

"Tidak apa-apa. Oh ya, maukah kau menemaniku untuk pergi mencari angin di luar kediaman?" tanya Rain penuh harap. Dia ingin sekali keluar tapi dia malas berjalan sendirian di antara orang-orang yang menatapnya dengan tatapan penuh memuja dan penasaran.

"Hm, baiklah tuan putri. Tapi apakah kita di perbolehkan keluar dari kediaman, tuan putri?"

"Boleh atau tidak, aku tidak peduli. Ini hidupku, jadi aku yang menentukan."

"Tapi tuan putri...."

"Tidak ada tapi-tapian. Dan mulai sekarang anggap saja aku temanmu. Jadi tidak perlu memanggilku dengan tuan putri." potong Rain.

"Tapi.."

"No comment!" potong Rain lagi yang membuat Ne Ra melongo.

"Ehm, maksudku tidak boleh protes karena ini perintah." koreksi Rain.

"Baiklah Yi Na."

"Panggil saja aku Rain." ucap Rain memberitahukan nama aslinya.

"Dari mana datangnya panggilan itu, Yi Na?" tanya Ne Ra bingung.

"Itu adalah panggilan spesialku. Hanya orang-orang tertentu yang boleh memanggilku seperti itu." alibi Rain.

"Baiklah, Rain. Lagipula itu nama yang sangat cantik." puji Ne Ra.

"Tapi kau hanya boleh memanggilku seperti itu disaat kita hanya berdua karena aku tidak suka ada orang lain yang mengetahui nama Rain."

"Iya, Rain."

"Oh ya! Aku akan memanggilmu Rara? Apa boleh?" tanya  Rain penuh harap sambil memasang puppy eyesnya.

"Boleh kok Rain. Bagaimana aku bisa menolak nama panggilan secantik itu." kata Ne Ra senang.

Rain rasa tidak ada salahnya mencoba mempercayai Ne Ra seutuhnya karena menurutnya Ne Ra adalah orang yang tulus, tidak penghianat seperti orang masa lalunya.

****

Di dalam sebuah kamar yang sangat berantakan terduduklah seorang gadis yang sedang meraung seperti orang gila.

Ia adalah Ji Ya. Ia sangat tidak terima dengan kenyataan yang di terimanya sekarang ini. Biasanya sang ayah selalu menomor satukannya tapi sekarang gadis hina itu yang menjadi nomor satu.

"Yi Na!!! Aku akan membunuhmu nanti!! Aku benci sekali padamu, Yi Na." ucapnya histeris sambil membuang bantalnya sembarangan arah.

"Kau mengambil semua yang kumiliki dalam sekejap. Aku tidak rela." desisnya lagi. Kali ini ia membuang selimutnya asal.

"Sekarang semua usahaku untuk menjelekkanmu di belakang tidak akan berhasil. Semua sia-sia." raungnya lagi.

"Aku tidak yakin itu kau. Jangan-jangan kau orang yang memiliki ilmu sihir."

"Seharusnya aku sudah membunuhmu sejak dulu biar semuanya selesai dengan sangat cepat. Aku menyesal karena aku hanya menaruh racun perusak saraf tubuh di dalam makananmu."

Yah. Dia lah selama ini yang telah meracuni tubuh Yi Na lewat makanan. Racunnya tidak langsung mematikan seseorang tapi racun itu akan menggerogoti tubuh orang tersebut secara perlahan-lahan.

"Ah, tidak! Aku tidak boleh gegabah untuk membunuhnya. Pertama aku akan mengirim beberapa penjahat untuk menyiksanya secara fisik dan batin. Hahahha...." suara tawanya terdengar sangat menyeramkan.

Setelah puas meracau seperti orang gila. Ia pun tertidur di atas ranjang yang sudah acak-acakan itu.

Bersambung.......

Rebirth🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang