"Ini adalah hari ketiga di zaman kuno ini. Mari kita lihat apa yang akan terjadi seharian ini." gumam Rain sambil melangkahkan kakinya ke keluar kamarnya dengan mengenakkan hanfu hijau.
"Pagi, Rain." sapa Ne Ra ceria.
"Pagi juga, Ra." balasnya. "Aku pergi ke ruang makan dulu. Kalau kau lapar masak saja di dapur kediaman kita. Kau pandai memasak bukan?"
Ne Ra terkekeh. "Tentu saja bisa, Rain. Sejak kecil aku sudah mandiri. Jadi, memasak bukan lah hal yang sulit bagiku."
"Oh ya? Kalau bagiku memasak adalah hal yang mengerikan di dunia ini. Aku takut terkena percikan minyak panas. Biasanya aku selalu delivery makanan kalau para pembantuku tidak ada di rumah."
Yah, Rain memang gadis yang tidak bisa memasak karena takut terkena percikan minyak panas. Dengan alat-alat tajam saja dia berani tapi dengan minyak panas malah takut. Aneh bukan? Ckckck.. Tapi itu lah Rain.
Mendengar kata delivery, Ne Ra malah cengo karena dia tidak tahu apa arti ucapan Rain, bahkan mendengar kata itu saja belum pernah. "Delivery itu apa?" tanyanya bingung dan juga penasaran.
"Oh my... Di sini tidak ada delivery makanan? Eh, pasti gak ada yah yang namanya delivery. Ini kan masih zaman kuno. Oke. Aku pergi dulu yah, bye."
Setelah selesai mencerocos, Rain pun langsung pergi meninggalkan Ne Ra yang masih terbengong di tempat.
Selama di perjalanan menuju ruang makan. Ia selalu mendapatkan sapaan-sapaan ramah dari para pelayan. Tapi, ia hanya diam karena ia tahu para pelayan itu hanya takut menjadi korbannya. Hahaha.
"Pagi semuanya!" sapa Rain setibanya di ruang makan, lalu ia pun segera duduk di kursi yang berada di samping Ne Ro.
"Pagi juga, sayang." "Pagi juga, Adik." ayah dan kakaknya menyahut secara bersamaan.
"Ekhm, kau tidak mau membalas sapaan selamat pagiku?" tanya Rain langsung kepada Ji Ra sambil mengangkat sebelah alisnya.
Ji Ra pun terkesiap mendengar pertanyaan Rain yang secara terang-terangan kepadanya. Karena tidak ingin di cap buruk oleh Tuan Qu, ia langsung menjawab. "Ah, maaf Yi Na. Ibu sedikit melamun karena memikirkan Ji Ya." alibi Ji Ra.
"Oh." kata Rain cuek.
***
Setelah selesai makan, Rain langsung menghampiri Tuan Qu. Hati Rain sudah memutuskan untuk memaafkan Tuan Qu. Lagipula dia sudah berhasil membuat semua orang bertekuk lutut padanya. Rain juga yakin di alam sana Qu Yi Na sudah tenang.
"Aku ingin pergi jalan-jalan ke pusat kota. Boleh kan, Ayah?"
"Boleh. Tapi kamu harus dikawal oleh 2 orang pengawal. Ayah takut kamu di celakai orang lain." kata Tuan Qu lembut sambil membelai rambut Rain.
"Tidak! Aku ingin pergi berdua saja dengan Ne Ra." tolak Rain langsung.
"Tapi sayang---"
"Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya aku harus diperbolehkan pergi dengan Ne Ra tanpa pengawalan. Kalau ayah tetap saja menolak keinginanku, aku tidak mau bicara dengan ayah lagi." ancam Rain.
Tuan Qu langsung menegang mendengar ancaman Rain, lalu dengan sangat terpaksa ia pun menyetujui permintaan Rain.
"Makasih, ayah. Aku pergi dulu." Rain kembali ke kediamannya seraya tersenyum senang.
Tuan Qu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya.
"Astaga!" Rain terkaget ketika membuka pintu kediamannya. Ia langsung disuguhkan dengan wajah polos Ne Ra.
"Ada apa, Rain?" tanya Ne Ra dengan polosnya. Semakin membuat Rain kesal.
"Lain kali jangan muncul tiba-tiba di depan pintu!"
"Maaf." cicit Ne Ra takut.
"Ish, lupakan! Bersiap-siap lah. Kita akan pergi ke luar kediaman untuk bersenang-senang."
Rain melenggang pergi ke kamarnya, bersiap-siap untuk pergi berjalan-jalan melihat suasana di zaman kuno ini.
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth🍁
Fantasy{Follow sebelum membaca & Jangan memplagiat cerita ini} ----------------------- Seorang gadis modern yang bernama Rain bertransmigrasi ke tubuh nona muda di masa lalu. Ia mati dibunuh oleh orang-orang terdekatnya dengan kejam. Sejak saat itu ia tid...