Part 14. Keluar Dari Kediaman

50.1K 4.1K 79
                                    

Sekarang Rain dan Ne Ra sudah berada di luar kediaman Qu. Mereka pergi secara sembunyi-sembunyi karena Rain malas berurusan dengan Tuan Qu dan Para penjaga.

Dari mana mereka keluar? Tentu saja mereka keluar lewat gerbang belakang Kediaman Qu sewaktu penjaganya lengah. Kediaman Tuan Qu di kelilingi oleh dinding-dinding yang menjulang tinggi. Dinding tersebut berdiri dengan begitu tinggi dan kokohnya. Tujuan dinding tersebut di bangun dengan kokoh dan tinggi adalah jika sewaktu-waktu ada penyerangan maka mereka akan bisa bertahan di dalam kediaman. Dengan kata lain, itu bisa disebut benteng pertahanan kediaman tersebut. Walaupun bentengnya tidak sekokoh benteng pertahanan istana kekaisaran.

"Apakah tidak apa-apa kalau kita ketahuan tidak berada di dalam kediaman, Rain?" tanya Ne Ra cemas dengan jari yang saling meremas satu sama lain.

"Tenang saja. Kita tidak akan ketahuan karena Tuan Qu maupun Ne Ro sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Walaupun kita ketahuan itu kan bukan urusan mereka. Memangnya kita burung yang di kurung dalam sangkar apa? Oh ayolah. Kita manusia bukan burung." cerocos Rain.

"Tapi aku hanyalah seorang pelayan, Rain. Aku takut nanti aku di hukum mati karena tidak patuh pada aturan." lirih Ne Ra.

Rain menepuk bahu Ne Ra. "Tidak apa-apa. Kalau mereka menghukum kau, aku yang akan pertama kali maju dan membelamu. Kalau perlu aku yang membunuh mereka terlebih dahulu sebelum mereka membunuhmu." ucap Rain tegas.

Ne Ra yang mendapat perlakuan seperti itu menangis terharu karena baru kali ini ada orang yang bersedia membantunya dan membelanya. Dulu ia hanya rakyat hina karena tidak mempunyai apapun selain mahkotanya yang dia jaga selama ini.

Orang-orang miskin di sekitarnya rela menjual diri mereka ke rumah bordil agar mereka mendapatkan uang dengan mudah. Tapi ia lebih memilih hidup dalam kesengsaraan daripada menjual dirinya sendiri. Dunia memang kejam kepadanya tapi ia akan bertahan dalam dunia yang kejam ini.

"Ehh?! Kenapa malah menangis?" tanya Rain kaget.

"Aku hanya terharu, Rain. Selama ini tidak ada yang memperlakukanku dengan baik. Dunia sangat kejam kepadaku.. Huhuhu..." ucap Ne Ra dengan terbata-bata karena tangisannya.

"Yah, dunia memang kejam. Sekarang jangan bersedih lagi. Kita kesini kan untuk bersenang-senang, bukan untuk bersedih-sedihan." canda Rain.

"Huhuhu.... Sampai mati pun aku tidak akan melupakan jasamu, Rain. Kalau kau punya suami nanti, aku juga ikut yah? Aku tidak mau jauh darimu." kata Ne Ra penuh harap dengan deraian air matanya.

"Hahaha... Umurku masih 20 tahun, eh, 16 tahun maksudnya, aku tidak mau menikah sedini itu. Lagian calonnya juga tidak ada." kekeh Rain.

"Yah, siapa tahu nanti kau di jodohkan dengan anak bangsawan. Umurmu kan sudah lebih dari 15 tahun dan itu berarti kau sudah memasuki usia menikah." tutur Ne Ra yang membuat Rain tercengang.

Masa umur 15 tahun sudah memasuki usia menikah? Di dunia modern, usia 15 tahun masih menginjak kelas 3 SMP atau kelas 1 SMA. Tapi disini, sepertinya mereka dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.

Sudahlah... Rain juga tidak peduli. Kalau saja dia di jodohkan seperti ucapan Ne Ra maka ia akan menolak. Simple kan?

Mereka terus berjalan sambil berbincang-bincang sehingga Rain tanpa sadar menabrak orang hingga ia terhuyung ke belakang beberapa langkah.

Bersambung.....

Rebirth🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang