" Mari kita lihat apa yang akan terjadi seharian ini." gumam Rain sembari melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamarnya.
"Pagi, Rain." sapa Ne Ra ceria.
"Pagi juga, Ne Ra. Aku pergi ke ruang makan dulu. Kalau kau lapar masak saja di dapur kediaman kita. Kau bisa memasak, bukan?"
"Tentu saja aku bisa, Rain. Sejak kecil aku sudah hidup mandiri. Memasak bukanlah hal yang sulit bagiku."
"Oh ya? Kalau bagiku memasak adalah hal yang mengerikan di dunia ini. Aku takut terkena percikan minyak panas. Biasanya aku selalu delivery makanan kalau para pembantuku tidak ada di rumah."
Yah, Rain memang gadis yang tidak bisa memasak karena takut terkena percikan minyak panas. Dengan alat-alat tajam saja dia berani tapi dengan minyak goreng panas malah takut. Aneh bukan? Ckckck. Tapi itulah Rain.
Ne Ra cengo mendengar kata delivery. Dia tidak tahu apa arti yang diucapan Rain, bahkan mendengar kata itu saja belum pernah. "Delivery itu apa?" tanyanya bingung dan juga penasaran.
"Oh my. Disini tidak ada delivery makanan? Eh, pasti gak ada yah yang namanya delivery. Ini kan masih zaman kuno. Oke. Aku pergi dulu yah, bye."
Setelah selesai mencerocos, Rain langsung pergi meninggalkan Ne Ra yang masih kebingungan.
Selama di perjalanan menuju meja makan. Ia selalu mendapatkan sapaan-sapaan ramah dari para pelayan. Tapi ia hanya diam karena ia tahu para pelayan itu hanya takut menjadi korbannya. Haha.
"Pagi semuanya!" sapa Rain setibanya di ruang makan. Ia duduk di kursi yang berada tepat di samping Ne Ro.
"Pagi juga, sayang." sahut Tuan Qu.
"Pagi juga, Adik." sahut Ne Ro.
"Ekhm, kau tidak mau membalas sapaan selamat pagiku?" tanya Rain langsung kepada Ji Ra sambil mengangkat sebelah alisnya.
Ji Ra terkesiap mendengar pertanyaan Rain yang secara terang-terangan kepadanya. Karena tidak ingin di cap buruk oleh Tuan Qu, ia langsung menjawab. "Ah, maaf Yi Na. Ibu sedang memikirkan nasib Ji Ya." alibi Ji Ra.
"Oh."
"Kau mau makan apa, adik? Biar aku ambilkan."
"Terserah. Yang penting enak." jawab Rain cuek. Jujur saja, dia tidak tahu nama-nama makanan yang terhidang di atas meja. Biasanya dia mengambil makanan yang terlihat lezat saja.
Ne Ro mengambilkan makanan untuk Rain dengan senang hati. "Makan yang banyak."
"Perutku tidak muat makan sebanyak ini." kata Rain datar. Piringnya di penuhi oleh banyak macam makanan.
Tuan Qu dan Ne Ro terbahak mendengarnya.
"Makan saja, sayang. Kau harus makan yang banyak agar tubuhmu tidak kecil lagi."
Salah siapa yang membuat tubuhku kecil? Rain membatin. Dia tidak mengungkapkan isi hatinya karena tidak ingin membuat keributan.
"Ah, tidak apa-apa. Walau tubuhku kecil, kurasa orang-orang tetap akan jatuh cinta karena kecantikanku hehe." Rain terkekeh akibat memuji dirinya sendiri.
"Ya, kau memang cantik, adik. Aku takut nanti mereka memperebutkanmu."
"Biarkan saja."
"Makan yang banyak, sayang. Habiskan satu piring itu."
Rain menatap Tuan Qu dengan tatapan protes. "Yang benar saja!" gerutu Rain dengan memanyunkan bibirnya.
Ayah dan kakak laki-lakinya hanya terkekeh. Ji Ra yang sedari tadi ada disana hanya bisa mengepalkan tangannya akibat di cuekin. "Ekhem. Alangkah baiknya kalau kita segera makan. Makanan sudah hampir dingin." Ji Ra tersenyum lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth🍁
Fantasy{Follow sebelum membaca & Jangan memplagiat cerita ini} ----------------------- Seorang gadis modern yang bernama Rain bertransmigrasi ke tubuh nona muda di masa lalu. Ia mati dibunuh oleh orang-orang terdekatnya dengan kejam. Sejak saat itu ia tid...