Hari ini ada kajian yang diadakan di kampus ku, ya aku datang entah terlalu awal atau emang jamnya ngaret sepi asli, baru beberapa orang aja padahal aku dan teman temanku udah jam telat banget, ah bomat soal mereka aku ga peduli juga.
Aku sedang mengobrol dengan temanku Nesi namanya, sebenarnya Nesi itu juga pengagum ka Adit sama sepertiku. Bukannya aku sudah bilang banyak yang suka sama ka Adit, aku sedang mengobrol sambil memandang ke arah pintu, disana aku melihat ka Adit sedang bercengkrama dengan panitia acara di luar, aku yang sedang memandang ke luar lalu aku lihat Nesi yang sedang berbicara padaku sejenak aku menatap keluar lagi dan mata kami bertemu, tatapannya nampak terkaget saat itu seketika suara gaduh dan curhatan Nesi tidak terdengar untuk beberapa saat, hingga kami memutuskan kontak mata.
"Astagfirullah" ucapku dalam hati.
Aku berfikir mungkin ka Adit bukan melihatku mungkin melihat orang di belakangku.
Aku palingkan tatapanku ke arah depan aku syok saat aku melihat ternyata ka Adit duduk sejajar denganku, ku kira begitu, dan aku minta geser ke Nesi tapi malah jadi sejajar betulan T_T.
Aku bilang pada Ai yang kebetulan duduk di depanku agar tidak menunduk soalnya entar ka Aditnya keliatan, entar akunya malah baper (T_T), dari melihat punggungnya aja baper gimana kalau tatapan langsung.Setelah itu aku hanya melihat dari kejauhan, sebuah dorongan menyuruhku menjauh, dorongan dari hatiku kerena dirasa tidak mungkin dan dorongan dari temanku agar aku tidak terlalu jauh jatuh pada hati yang salah, juga trauma akan patah hati masih saja menghinggapi, selain itu logika selalu berucap "Mau bagaimanapun tidak mungkin di tergapai bukan begitu?".
Hari-hari berlalu dan aku masih sering melihatnya, pasti melihat dari jauh karena jika dari dekat itu mustahil, aku bisa apa? Tak mengapa hanya dari jauh pun aku senang, setidaknya menatapnya begini ada sedikit rasa yang terkikis dan perih.
"Woy" teriak seseorang di samping telingaku dan membuatku terlonjak kaget.
"Astagfirullah, kamu tau ga kalau jantung aku copot gimana, kaget tau" ucapku pada Nesi.
"Hehehe ya maaf, lagi ngeliatin apaan sih?" ucapnya sambil mengedarkan pandangan hingga dia menemukan titik poros.
"Oh pantesan dipanggil-panggil ga nyaut, gara-gara ini toh haha" lanjutnya, aku hanya mengulas senyum tipis"Tapi sayangnya dia jauh, amat sangat jauh" ucapku
"Jauh darimana kamu itu ada di depan mata kok" jawabnya, aku menatapnya memegang pundaknya.
"Smart girl, ya di depan mata, depan banget yayaya" lalu kulepaskan tanganku dengan senyum devil yang aku berikan lalu pergi begitu saja.
"Bukannya bener ya di depan mata, ah dia mah pemalu aja" Nesi tanpa salah dan berdosa menyusulku dan menautkan tangannya ke tanganku.
"Ayo Makan laper" ucapnya sambil memberikana puppy eyes.
"Untung temen" ucapku lalu berjalan ke arah kantin kampus.
Kami makan bersama di sebuah warung yang tidak jauh dari kampus Nesi membeo tentang perasaan ku yang sudah lah tidak mungkin tapi dia selalu berucap
"Walaupun bukan dia pasti bakalan ada yang lebih baik buat kamu Farah" ucapnya dan aku tersenyum simpul.
"Terimakasih Nes, aku sedang berusaha melupakan dan aku yakin aku bisa" ucapku meyakini diri sendiri bahwa mengikhlaskan itu hal yang mudah dan melupakan itu suatu hal yang biasa dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Dan Diaku
Non-FictionCerita ini mungkin sama dengan beberapa cerita soal penampilan luar, tapi cerita ini bukan cerita mereka ini ceritaku, tentang aku, dia dan Allah, tentang cinta diam ku, tentang mengagumi seseorang yang begitu saja. Tentang seorang pengagum rahasia...