Seperti yang aku bilang sebelumnya, jika bisa aku ingin selalu di dekatnya, tapi mau bagaimanapun aku tahu kini tidak mungkin, kini aku mengetahui bahwa ka Adit memang sedang menjalin hubungan dengan teh Gadis. Dadaku sesak mendengarnya, itu membuatku syok aku sakit amat dalam, walau awalnya aku tahu bahwa memang ka Adit itu sedang menjalani hubungan yang aku kira itu hoax, ternyata itu nyata, aku terlalu terluka atas kenyataan itu, walau bagaimana pun hati ini terlalu aku berikan utuh padanya, aku terlalu berharap pada dia, yang jelas jelas sudah memiliki kekasih.
Kita flashback sebentar, saat itu Sofia mendatangiku yang sedang duduk menghadap ke ruang BEM, yang di dalamnya ada ka Adit dari pintu juga sudah terlihat jelas bahwa ada ka Adit di dalamnya.
"Hei Naf"
"Kenapa?"
"Aku mau ngasih tau suatu hal"
"Ah elah tinggal ngomong aja, kenapa?"
"Ka Adit udah jadian"
"Ah paling hoax"
"Naf, aku serius"
"Emang siapa cewenya?"
"Tuh" ucap Sofia sambil menunjuk kearah cewek yang memang sedang ada di samping ka Adit.
Awalnya aku tidak percaya, namun akhirnya aku percaya bahwa, dia kekasihnya ka Adit, aku sering melihat mereka bersama, berboncengan, duduk pinggiran, bercanda, hingga untuk jajan pun rasanya aku sering melihat mereka bersama, jujur makin sering melihat mereka bersama, hatiku semakin terluka, pohon cintaku seolah olah tertiup oleh badai yang sangat besar, hingga akarnya tidak mampu menompang dan roboh.
Air mataku terjatuh begitu saja, aku teralu banyak mencari tahu hingga aku terluka sendiri, mau bagaimana lagi, aku penasaran padanya, aku yang kini sadar, aku terlalu terobsesi padanya hingga aku kecewa begitu sangat, dan saat ini pun aku masih berfikir, seandainya aku bisa lebih dekat dengannya, seandainya dulu aku sering menghubunginya, seandainya aku bisa menggantikan teh Gadis, aku ingin tapi bagaimana, hanya luka, luka dan luka yang aku rasa kini, aku tidak mengerti, tapi ini sangat memilukan, mataku sebam gara-gara menangis, aku tidak nafsu makan, aku tidak peduli pada diriku sendiri, patah hati itu pembuat luka yang paling dalam menurutku.
Kini aku menyadari satu hal, jika kamu memilih untuk menyukai bahkan mencintai seseorang, kamu harus mengambil sepaket dengan luka yang akan tertorehkan, seperti aku yang kini terluka, aku yang tidak sanggup menatap kenyataan, ah...ingin sekali aku lari dari kenyataan, membuat sebuah dunia yang hanya ada aku dan dia, yang tidak ada orang lain yang mengganggu kami, dan aku pun tidak akan terluka seperti ini, sungguh perasaan yang seperti ini aku sangat tidak menyukainya, terluka seperti ini, membuatku tidak nyaman, mana ada orang yang nyaman dengan luka.
Seandainya aku menemukan sebuah keajaiban dimana itu semua bohong, aku terlalu sering menyangkal. Setelah beberapa hari terpuruk aku bertemu dengan Farah, dia terlihat seperti biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi dengan ka Adit yang kini sudah memiliki kekasih itu, lalu aku menemuinya.
"Farah, Assalammu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, eh Naf, kayfa haluki?"
"Not fine"
"Kenapa?"
"Ko kamu baik-baik saja Fa?"
"Memang seharusnya aku bagaimana?"
"Apa kamu tidak tahu bahwa ka Adit itu sudah memiliki kekasih?"
"Tahu ko, bahkan sebelum kamu tahu"
"Tidak tidak, aku pasti yang duluan tahu"
Farah tersenyum
"Lalu mengapa kamu tidak terluka?"
"Apa aku harus terluka mendengar berita itu?"
"Ya, kamu menyukainya bukan?"
"Hatiku, aku tidak tahu"
"Aku sangat terluka, karena berita itu"
"Ayolah, sebelum janur kuning melengkung, masih bisa di tikung ko" ucapnya menyemangatiku
"Aku amat menyukainya Fa, sangat lebih dari aku menyukai diriku sendiri"
"Memiliki perasaan itu tidak apa-apa, tapi jangan sampai kamu mendzalimi tubuh kamu sendiri hanya untuk perasaan semu"
"Aku sangat terluka, dia yang begitu aku inginkan Fa dia duniaku, dia segalanya"
"Perasaan ya, kamu tahu tidak? Hati itu terbolak-balik"
"Hatiku akan tetap menyukainya"
"Sadarlah Naf, rasa sakitmu mungkin karena kamu terlalu berharap, juga Allah cemburu tuh haha, dia ingin hambanya hanya berharap padanya, bukan pada makhluknya. Ingat kisah nabi Yusuf as dan Zulaika, saat Zulaika mengejar cinta Yusuf, Allah jauhkan Yusuf darinya, dan saat dia mengejar cinta Allah, Allah datangkan Yusuf untuknya, Naf aku duluan ya, ada jadwal lagi soalnya" dia menepuk pundakku dan berdiri. "Oh ya, aku juga menyukainya, aku juga terluka, tapi aku menikmati luka itu, karena luka juga merupakan sebuah rasa yang di berikan Allah sebagai pengingat dia cemburu, juga sebagai sarana agar aku selalu mendekat padanya, inget ya jangan mendzalimi diri kamu, dan rasa luka itu, semangat" ucapnya lagi dengan senyuman manisnya. Aku tidak habis fikir soal pemikiran Farah, dia menikmati luka? Sungguh dia orang yang berbeda, tatapan tulus itu, aku sampai tidak percaya jika dia terluka, aku melihat sedikit cahaya yang meredup dimatanya, mungkin hanya perasaanku tapi, karena kata-kata yang dia berikan membuat aku berfikir. Sebenarnya aku yang salah, aku harus kembali pada Tuhanku yang mencintaiku lebih dari siapapun,
Aku memakai mukenaku aku shalat, aku adukan semua maslahku padanya, tangisku pecah seketika, beban luka itu akhirnya aku luapkan, hatiku terasa tenang Dia seakan-akan memelukku, dalam isakku, aku yang awalnya jauh, dan kini mendapat ketenangan itu.
"Terima kasih Farah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Dan Diaku
Non-FictionCerita ini mungkin sama dengan beberapa cerita soal penampilan luar, tapi cerita ini bukan cerita mereka ini ceritaku, tentang aku, dia dan Allah, tentang cinta diam ku, tentang mengagumi seseorang yang begitu saja. Tentang seorang pengagum rahasia...