rasa?

2.6K 79 0
                                    

Aku mengunjungi Sofia, ini masih terlalu pagi sebenarnya, namun aku rela demi bertemu ka Adit, karena aku tidak mau tertinggal soal ka adit apalagi kegiatannya di pagi hari haha. Kalian bisa menyimpulkan sendiri aku terobsesi atau hanya sekedar suka pada ka Adit, yang pasti aku adalah orang yang memang ingin selalu ada di samping ka Adit, dan ingin jadi orang pertama yang menenangkan saat dia ada masalah.

Hari ini aku ada jadwal perkuliahan, seperti biasa aku akan ke kostan Sofia untuk berangkat bareng, eh lebih tepatnya untuk liat ka Adit hehe, terkadang aku menyuruhnya buru-buru karena itu sudah waktu ka Adit pergi ke kampus atau pulang dari kampus.

"Eh Naf, kamu tahu tidak ka Adit punya pacar?" ucap Sofia.

"Wah massa?" tanyaku terkaget-kaget.

"Iya, menurutku kamu jangan terlalu berharap gitu" usulnya.

"Gapapa lah toh aku cuman mengagumi aja, lagian dia ga akan tahu, dan perasaan aku ini hanya tentang mencintai dalam diam" ucapku.

Sofia hanya menghela nafas beratnya, memang pada dasarnya aku hanya menyukai dalam diam, hingga aku ketahuan oleh Sofia soal memasang foto ka Adit menjadi wallpaper, dan akhirnya akupun bercerita dan dia pun tahu. Sehingga jika ka Adit berkunjung ke kostan Sofia, aku suka menyuruhnya untuk memfoto ka Adit. Itu adalah asal usul mengapa aku bisa menyuruh Sofia untuk menjadi paparazi.

"Ada ka Adit di kosan" itu pesan singkat dari Sofia padaku.

"Wah fotoin" aku sangat antusias jika menyangkut masalah ka Adit.

"Kamu membuat image aku turun, aku sudah jadi seperti paparazi" keluhnya.

"Tak apa demi temanmu wqwq" jawabku dengan enteng, tanpa mengetahui bagaimana perasaannya, demi memuaskan keinginanku dan apa yang aku rasakan.

Aku juga ikut kepanitiaan agar aku sering melihat ka Adit. karena dengan begitu aku jadi lebih sering menatapnya, papasan dengannya, dan banyak hal yang lainnya juga, aku tidak pernah membayangkan jika ka Adit pergi bersama yang lain, jujur saat mengetahui ka Adit berpacaran aku terluka, tapi mau bagaimana lagi aku hanya pengagum rahasia yang memang bukan siapa-siapa.

Aku punya hati, aku juga punya perasaan, jadi apa aku salah aku terluka? Apa aku salah bila aku cemburu? Tidak kan! Yang salah itu kami yang bukan siapa-siapa. Aku yakin jika terus berusaha aku akan mendapatkannya, aku ingin dia mengetahui aku, mengenalku, tapi walaupun dia sudah memiliki kekasih dan dia sudah menyimpan satu nama dihatinya, seandainya ada keajaiban aku ingin menggantikan posisi orang yang mananya di hati ka Adit menjadi namaku, ingin sekali... Aku akan bahagia sekali jika itu benar terjadi.

Lagi-lagi aku ingin egois soal memilikinya, aku ingin mencintainya dan dicintai olehnya, mungkin memang ini salah, namun mau bagaimana lagi, hatiku telah tertuliskan namanya, akar dari pohon cintaku sudah terlalu dalam dan kuat. Aku tidak bisa berhenti begitu saja seperti seorang Farah, dia terlalu pesimis dan dia hanya menyerahkan semua pada tuhannya.

Dia dan aku sangat berbeda, dia tidak benar-benar menyukai ka Adit melebihi aku, tak mengapa sainganku jadi berkurang, banyak yang dia tidak ketahui soal ka Adit.

"Ya aku sudah menyerah, lebih tepatnya aku sudah tidak ingin berharap pada seseorang yang nantinya bukan di takdirkan untukku" ucap Farah padaku saat kami papasan bertemu di sisi kampus.

"Aku hanya tahu takdir itu soal perjuangan dan usaha" kataku Naf, dan farah hanya tersenyum kearahku

"Kamu tidak akan mengerti aku Farah" ucapku pada Farah

"Ya... Aku tidak akan mengerti dan merasakan apa yang kamu rasakan karena aku bukan kamu, kamu pun tidak akan mengerti aku karena kamu bukanlah aku" Farah

"Kamu benar, tapi aku hanya ingin rasa ini, rasa yang begitu sangat ini, jika berbicara soal jodoh, masih terlalu lama dan aku hanya ingin dia" terangku.

"Ya boleh kamu berharap, tak mengapa, jika itu membuat kamu senang dan bahagia, namun kamu tidak akan pernah tahu soal siapa yang memang benar-benar untukmu, seseorang yang hatinya memang untukmu, ah sudahlah ga ada gunanya menasehti orang yang sedang kasmaran" ucap Farah

"Farah, aku tidak akan menyerah sampai kapanpun, aku sangat menyukainya, rasa suka yang aku miliki melebihi rasa suka yang kamu miliki" Farah tersenyum.

"Naf, kamu bahkan tidak tahu aku, kamu bukan aku, dan soal perasaaanku aku serahkan semua pada Allah bukan karena aku tidak menyukainya lagi, malah itu adalah caraku untuk mneyukai Ka Adit"

"Kita beda Farah"

"Ya memang" balas Farah

"Jangan hasut aku untuk melupakannya" lanjutku

"Aku tidak menghasutmu, hanya prinsip hidupku itu 'jika kamu sudah berusaha serahkan semuanya pada Allah' " ucap Farah padaku.

Naf terdiam, Farah menepuk pundakku dan menatapku, mataku menyiratkan kegalauan dan sorot matanya menyiratkan dukungan mungkin iba, masih lekat, tajam dan menusuk. "Yang terbaik akan datang dengan izin Allah, kamu boleh mengaguminya, bahkan jika memang dia untukmu aku mendukungnya, semangat...tetaplah menjadi kamu, jangan sampai mudah terhasut gara-gara apa yang aku bicarakan, karena seperti katamu, kita beda :)"

Naf memeluk Farah "Terima kasih" ucapnya dengan isakkan, ada goresan di hati Farah, jujur dia menyukai ka Adit, tapi mungkin Naf benar, perasaan cintanya tidak sebanyak rasa yang dimiliki Naf.

Farah melepaskan pelukanku, menatapku. "Semangat :), assalammu'alaikum" ucap Farah lalu berlalu pergi.

"Wa'alaikumsalam"
Aku tersenyum menatap Farah yang semakin menjauh, dia mendukungku semudah itukah melupakan orang yang dia suka? Aku tidak mengerti tapi terima kasih atas dukunganmu Farah.

Disisi lain Farah yang tidak kuasa menahan air matanya, air matanya sudah lolos dari pelupuk matannya, mengalir deras. ia memutuskan untuk pergi ke masjid terdekat untuk mengadukan semuanya pada tuhannya.

Lagi-lagi air matanya terus mengalir membasahi mukena yang ia kenakan, di dalam isaknya dia tidak bisa berkata-kata hanya air mata dan isakkan tangisan lah yang terdengar, namun dia percaya Allah tau apa yang terjadi padanya, tanpa sepatah katapun yang keluar Allah pasti mengerti.

Allah Dan DiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang