Aku terlalu banyak bercerita tentang Nesi. Oh ya, Farah gimana ya?
Sampai saat ini Farah baik-baik saja, perlahan dia melupakan seorang Aditya Basil, dia menyibukkan diri dengan organisasi di kampusnya begitu pula Nesi, perlahan tapi pasti Farah melupakan Ka Adit. Hingga keputusan ketua departemen yang membuat dia berhubungan lagi dengan ka Adit.
"Siapa SC nya?" tanyanya "Ada opsi ga?"
Kami menggeleng, bingung dengan siapa yang akan kami jadikan SC
"Ah gimana kalau Ka Adit aja" usulnya
"Emang bisa?" tanyaku meragukan
"Dia keren ko soal beginian pasti bisa" ucapnya meyakinkan
Setelah semuanya setuju dan aku pun pasrah saja, selamat datang ka Adit, selamat kembali di kehidupanku. Ucapku dalam hati
Dan terlebih aku lah yang harus menghubungi ka Adit karena aku sekretaris acara. Menyebalkan tidak sih? Aku memang belum 100% melupakannya, tapi setidaknya usaha melupakannya hampir berhasil, mungkin ini ujian dari usaha melupakan itu, uji coba apakah aku telah serius mengikhlaskannya atau tidak. Ya kehidupan harus terus berlanjut bukan?
Semuanya berjalan seperti biasa, hingga tragedi yang menyesakkan datang, ketua departemenku mengundurkan diri setelah beberapa hari sakit. Aku menangis tersedu-sedu, dia adalah manusia yang membuat kami semangat ditengah lelah dan kalut organisasi tapi kini tidak ada lagi.
Waktu berlalu dan kini sedang dalam tahap persiapan acara, aku semakin sering menghubungi ka Adit demi keberlangsungan acara dan meminta tanggung jawab dia sebagai SC.
"Ka Adit acara ada masalah..."
"Ka Adit hari ini ada rapat"
"Ka Adit sekarang evaluasi"
Ya sesering itu aku menghubunginya, aku bahagia namun juga aku harus mempertahankan apa yang sudah aku pilih dan perjuangkan yaitu mengikhlaskan.
Aku yang masih meraba-raba untuk melupakan tapi disela-sela itu semua terluka oleh sindiran dari temannya yang kebetulan satu kos dengan ku, saat itu ada acara di kosan.
"Eh ternyata disini ada juga loh yang suka sama KaBEM kemarin" ucapnya dengan menatapku sinis.
"Yang ini sialnya Adit itu loh" ucapnya, aku tertawa bersama namun hati aku sangat sakit, pasalnya dia tahu darimana aku menyukai Ka Adit.
Aku kembali ke kamar dengan tidak enak, badanku demam seketika
"Kalau tahu akan sesakit ini dulu aku tidak akan memilih untuk menyukainya"
Sedikit lebay sih tapi asal kalian tahu soal hal begini rasanya ingin mati saja, aku sudah mulai melupakannya dan aku tidak mau berurusan dengannya kecuali memang sebuah kebutuhan, aku tidak pernah mengatakan pada siapa-siapa terkecuali teman-teman dekatku terkait aku menyukai ka adit. Tapi siapa dia tiba-tiba, ya mungkin kalian berpikir aku kegeeran atau gimana namun kalian juga harus tahu aku peka terhadap tatapan manusia.
Tahu ga? Melupakan dan mengikhlaskan itu tidak mudah, mematikan rasa itu ga semudah tertawa dalam kepalsuan. Mau bagaimana pun aku tetap terluka, aku manusia dengan ego dan harga diri yang tinggi jadi saat aku dipermalukan aku akan sangat menyesal dengan diriku sendiri.
Ya keesokannya dan beberapa hari berikutnya aku mulai melupakan hal itu. Aku tidak mau terlalu berlarut dalam kesedihan yang sia-sia. Acara yang diadakan berjalan lancar walaupun pada saat hari pertama ka adit ga datang its okay bukan masalah besar ada atau tidaknya dia pada saat acara. Hari kedua dia datang hanya sebentar hingga hari terakhir acara dan dia memujiku, aku yang duduk menghadap audiens sangat bahagia dan malu hingga ketuplak di sampingku geram.
"Ah lebay lo Far" ucapnya "Cuma gitu aja juga" lanjutnya
Iya sih aku sadar aku terlalu berlebihan dengan hal itu namun serius deh saya ambyar seketika. Ucap temanku yang lain wajahku memerah akibat pujian itu.
Maaf ya perempuan itu suka tidak tahan saat dipuji bukannya begitu? Haha
Acara selesai dan semua kembali semula, kampus dan organisasi serta kosan adalah kehidupanku kini. Terus begitu bergulir dan ini di pengujung semester 3
Ya kejadian ini saat aku semester 3. Aku masih menyukai ka adit jujur, dan usaha melupakannya masih menjadi usahaku, hanya saja ada patah hati yang lain saat ini. Ketika Nesi menyatakan perasaannya pada Pras dan aku yang patah harti karena ka Adit. Aku bisa apa, ini bukan salahnya, dia kan matahari aku hanya gugus bintang yang jauh keberadaannya, walau akhir-akhir ini aku terlihat olehnya tapi prinsipnya masih sama.
Batu emas tidak akan pernah membersamai batu krikil. Bukan begitu?
Setelah acara selesai aku sesekali menghubunginya untuk kegiatan yang kami adakan namun tidak sesering itu. Oh ya aku belum bilang, aku patah hati kenapa kan?
Temanku menghubungiku dan mengirim foto ka Adit padaku yang merupakan fotonya bersama teman atau bahkan pacarnya
"Far, lihat" ucapnya dan see pembuat patah hati paling ampuh adalah sebuah bukti tentang dia yang bersama kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Dan Diaku
Non-FictionCerita ini mungkin sama dengan beberapa cerita soal penampilan luar, tapi cerita ini bukan cerita mereka ini ceritaku, tentang aku, dia dan Allah, tentang cinta diam ku, tentang mengagumi seseorang yang begitu saja. Tentang seorang pengagum rahasia...