Hari ini aku tidak bareng Nesi gatau tuh kemana dan katanya tadi menyuruhku untuk duluan yasudah aku duduk saja di pinggiran lapang sebelum masuk kelas, ada orang yang duduk di sampingku namun aku tidak peduli padanya dan aku masih fokus menulis di buku diary yang selalu aku bawa.
"Nyatanya bintang itu masih berusaha sekuat tenaga agar sinarnya tidak redup walaupun sang matahari mengabaikannya" aku diam mendengar suara itu yang sedang membacakan tulisanku tepat di sampingku.
Aku menengok ke arahnya setelah dia tidak bersuara lagi, aku menatapnya sekejap dan kemudian kembali menunduk.
"Aku pikir suatu saat matahari akan melirik bintang itu" ucapnya membuat aku diam membeku "Karena matahari juga bintang kecil saat kamu melihatnya dari planet lain, misalnya di planet farout" ucapnya kini aku menapnya yang sudah dulu menatapku, lalu dia memalingkan menatap lapang lagi.
"Aku tidak begitu mengerti tapi tidak ada yang tidak mungkin, berpikir positiflah pada Allah, dia pasti datangkan yang terbaik" ucapnya menyelesaikan lalu berdiri dan berlalu pergi.
Aku masih memaku di tempat dudukku, bagaimana aku bisa melupakannya, bagaimana aku bisa menjatuhkan hatiku ke yang lain, jika dia dengan segala kelebihannya membuat aku tidak bisa terbang mencari yang lain, dengan segala ketidak mungkinan bagaimana bisa, apa aku akan jatuh hati lagi? atau aku harus menahan semua rasa menggebu itu? cinta itu membuat kekacauan yang besar bagi semua orang yang merasakannya, contohnya tidak bisa melepaskannya walau kamu tahu dia tidak ditakdirkan untukmu.
"Farah!!!" teriak Nesi menyadarkanku "Ngapain ngelamun disini ayok ke kelas" ucapnya menarikku dan akupun mengikutinya.
Perkuliahan hari ini usai namun tidak ada kebahagiaan yang menciptakan senyumku, hari ini dia palsu maksudku senyumku hari ini palsu.
"Aku lapar, jajan dulu yu" ajak Nesi
"Okay" ucapku dengan senyum itu
"Kamu kenapa Far"
"Aku? Engga apa apa kok" ucapku dengan senyum lagi
"Bohong kamu lupa aku super peka"
"Iya aku lupa itu maafkan aku" ucapku
"Tuh dari nada suara aja kamu beda, kenapa?"
"Itu..anu..em..."
"Yaudah entar aja ceritanya, aku lagi laper" ucapnya menarikku agar mengikutinya dengan cepat, aku menurut saja berjalan di belakangnya.
Aku sudah berada di kontrakan Nesi dan menceritakan semua dia manggut manggut ga jelas sambil makan.
"Kayanya Ka Adit ada rasa deh" ucapnya
"Ke siapa?"
"Kamu lah! Iiih Farah bego di piara" ucapnya
"Ngalem jangan ngegas plis haha"
"Lagian ya kali dia suka sama aku, tapi gapapa sih lagian di anggurin mulu ya tau tau tar di tikung hahaha"
"Hm...do'anya" ucapku murung
"Ya kaga deh kaga, ya makanya peka dikit kek"
"Aku mau peka tapi takut geer"
"Ahaha iya bener"
"Kan apalagi kan Ka Adit baik ke semua orang"
"Hm...bener juga dia kan cokibar"
"Apa itu?"
"Cowok kita bersama hahaha" tawanya pecah
"Kata dapet dari mana tuh?"
"Dari wattpad sebelah yang aku baca, seru loh haahaa" ucapnya
Aku menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Nesi, besoknya aku pergi ke kampus bareng Nesi, Nesi memintaku menunggunya karena dia ingin pergi ke perpustakaan sebentar akupun mengangguk dan menunggu di depan lab, aku sedang menggambar sesuatu di buku diaryku dan karena bosan aku edarkan pandanganku, aku melihat Naf yang sedang berhadapan dengan ka Adit, mereka mengobrol dan apa peduliku, aku kan sudah tidak ingin peduli.
Rasa penasaran itu semakin menjadi, ah ini gila! Ngapain juga aku harus kepo sama kehidupan orang, ngapain juga aku penasaran sama yang mereka bicarakan?! Oke fine aku akan jadi mata-mata untukku sendiri. aku mendekat dan menguping pembicaraan mereka.
"Ka yang ini kan harusnya begini pake rumus ini" kata Naf aku tidak melihat mereka aku hanya menguping.
"Ah ini harusnya pake rumus yang satunya bukan yang ini" ucap ka Adit aku masih menguping di balik tembok, duduk di sana sambil menggambar sesuatu
"Oh salah toh ka, terus terus kalau yang ini kan harusnya pakai rumus ke dua tapi aku sudah coba kerjain tapi ko salah mulu ya, ga ada jawabannya gitu"
"Mungkin kamu salah hitung"
"Ah iya mungkin ya" Aku masih menyimak serius di balik tembok
"DARRRR!!!!" teriak Nesi di sampingku, aku kaget dan melempar diaryku ke arah Nesi dan dia tertawa terbahak bahak, aku sedikit melirik ke arah ka Adit yang kini melihatku dan Naf yang menatapku sedikit marah, aku salah apa? Kan aku cuma kepo. Akupun berjalan cepat meninggalkan Nesi.
"Far tungguin" ucap Nesi berlari menyejajarkan jalannya denganku "Lagian kamu ngapain sih di situ?"
"Nguping lah" ucapku jujur
"Oh...Far nguping itu enggak boleh entar telinga kamu panas apalagi jika kamu mendengar perasaan ka adit yang suka ke orang lain, sakit men hahaha"
"Bicara aja sesukamu Nes, BTW diary aku mana?" ucapku
"Diary apaan?"
"Yang tadi aku lempar ke kamu"
"Oh itu diary, too aku kira...HAH??! Diary kamu?"
"Iya mana?"
"Engga aku ambil, aku kira itu buku biasa"
"Ah gimana ini?" tanyaku mulai resah
"Ya itu kamu kenapa main lempar-lempar aja, bukannya itu barang penting?" tambah Nesi membuat aku menggerutu kecil
"Yaudah bantuin nyari"
Kamipun kembali ke tempat tadi namun tidak ada aku yakin aku lempar ke arah jalan dan Nesi yakin melihat itu ah sial, ga ada, bahkan sampai kami cari ke tempat sampahpun tidak ada. Aku pasrah saja dan kembali ke kelas.
=========
assalammu'alaikum, semoga kelanjutan ceritanya tidak mengecewakan ya hehehe
happy reading semuaaa <3/////<3Maaf banget makin gaje aja ya perasaan hehe...^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Dan Diaku
Non-FictionCerita ini mungkin sama dengan beberapa cerita soal penampilan luar, tapi cerita ini bukan cerita mereka ini ceritaku, tentang aku, dia dan Allah, tentang cinta diam ku, tentang mengagumi seseorang yang begitu saja. Tentang seorang pengagum rahasia...