Tunggu sebentar, coba ku pikir dulu, ini aku sedang dilamar? Umurku saja baru akan menginjak 20 beberapa bulan lagi, ya memang dia sudah mapan, dia udah menjadi TNI menggapai cita-citanya, tapi aku belum menggapai cita-citaku, aku bingung.
"Teh?" panggil bibi melihatku menunduk beberapa detik, aku menoleh.
"Jawabannya apa?""Um...beri saya waktu boleh? Dan selama berjalannya waktu kita jalani dulu saja" ucapku dan dijawab oleh anggukan, syukurlah mereka mengiyakan.
"Oke baiklah berapa lama?"
"1 bulan" ucapku "3 hari" ucap Anto bebarengan, dan kamipun beradu pandang.
"1 bulan" ucapku lagi, kali ini sambil melotot ke arah Anto, sebenarnya menatap tajam sih bukan melotot karena mataku sipit(katanya) jadi ga bisa melotot haha...
"Oke oke" pasrah Anto, yang mengetahui aku ga akan mengalah, aku tersenyum menang.
Keluarga Anto pun pulang, aku langsung kabur ke kamar, ayah berpamitan juga untuk pulang, ya aku kan ada di rumah bibi jadi ayah pulang ke rumahnya.
Aku keluar kamar lagi dan membantu merapikan rumah dan tidur, aku hanya bangun saat waktunya solat, ini adalah rutinitas aku untuk mengusir stress jadi aku lampiaskan ke tidur.Besoknya aku pulang lagi ke tempat rantauan, awalnya Anto ingin mengantarku tapi aku tolak, aku sedang tidak ingin bertemu dia, aku pulang naik bis bersama Nesi seperti biasanya.
"HAH!!! KAMU DILAMAR WOUWOO" aku tahu Nesi syok tapi ya ga perlu teriak juga gitu.
"Stttt....!
"Ah sorry, ah apa kataku juga" ya Nesi dulu pernah nanya "Bagaimana kalau Anto datang ngekhitbah?" dulu aku jawab ga tau, lagian ga mungkin eh ternyata sekarang beneran ngelamar.
"AAAA! kamu sih kan jadi nyata, ngapain coba ngomong kaya gitu, ucapan adalah do'a itu nyata" ucapku menyalahkan
"Lah salah aku gitu? Haha ya sorry mana aku tau bakal jadi nyata, btw kamu jawab apa?"
Aku menatap ke arahnya seaat lalu menunduk lagi dan menggeleng."Kamu tolak?"
"Eh...belum aku jawab, aku minta waktu 1 bulan"
"Oh....pikir baik-baik ya jangan egois" ingatnya, aku tersenyum dan mengangguk.
Perkuliahan dimulai, hari berlalu dengan cepat, kini tidak ada lagi ka Aditya Basil yang membuat aku cuci mata, semua berjalan tanpa begitu saja tanpa rasa aneh penyesat pikiran, namun aku juga harus memikirkan perasaan Anto yang keluarganya dan keluargaku sangat dekat. sebenarnya siapa yang memiliki rencana begini? Apa karena aku suka tahu bulat di goreng dadakan jadi di lamar juga dadakan? Oh my.... aku harus jawab apa?
Hampir setiap malam di sepertiga malam aku meminta petunjuk darinya, setelahnya aku shalat istikhoroh untuk memantapkan hatiku, semuanya belum jelas semuanya masih jadi rahasia, hatiku masih entah untuk siapa. Jika aku menolaknya aku hanya berharap semua baik-baik saja seperti semula, saat aku menerimanya aku ingin dia tetap begini, membebaskanku, aku tidak mau terkekang walau dengan ikatan, tapi bagaimana orangtuaku yang susah payah menyekolahkanku? walau di Universitasku tidak melarang jika ingin menikah tapi aku tidak ingin itu, aku ingin mendapatkan baju wisuda lalu bekerja setelah itu menikah, itu rencanaku tapi kenapa harus sekarang? Aku tahu Anto sangat tahu, pasalnya dulu aku pernah bilang padanya bahwa aku tidak ingin menikah sebelum wisuda dan bekerja tapi mengapa begini?
Satu bulan aku memikirkan semuanya, satu bulan aku meminta petunjuk dan aku tidak boleh egois, perasaanku pada Anto semakin hari semakin pudar walau dia selalu menghubungiku, walau dulu rasaku sangat menggebu, namun itu dulu. aku tahu jawabannya sekarang dan hari ini aku akan bertemu dengannya jadi aku putuskan untuk pulang ke rumah.
"Jadi gini To" ucapku menggantung, perasaan tidak enakpun menjalar ke seluruh tubuhku, bagaimana jika dia marah? atau tiba-tiba beda? aku tidak ingin itu
"Iya gimana?"
"Jadi gini" aku menggantung lagi
"Udah jangan ga enakan gitu, bilang aja" ucapnya
"Hehe iya ini mau bilang ko" ucapku menggaruk tekuk yang di tutupi khimar yang aku kenakan
"Far tenang aja, aku gapapa kok, aku terima semuanya, aku tahu kamu belum siap, aku juga tahu kamu sangat ingin membahagiakan orang tua dulu, aku sangat mengerti itu, maaf ya aku membuatmu bingung padahal aku seharusnya sabar tinggal 2 tahun lagi, tapi aku tidak ingin kamu jatuh hati dengan yang lain, egois ya? Tapi itu faktanya, aku belum menemuka seseorang seperti kamu" dia bicara seperti itu tanpa beban sungguh sangat pengertian.
"Apa yang kamu suka dariku hingga kamu melamarku begitu?"
"Kamu tahu? Perasaan itu datang begitu saja tidak mengenal waktu juga tidak mengenal alasan karena perasaan itu murni dan aku hanya ingin memuliakanmu dengan ini aku tidak berani mengajakmu berpacaran, karena aku tahu kamu sangat menjaga diri agar tidak pacaran, walaupun dulu aku salah dengan menghubuhngimu terlalu sering dan menelponmu dengan sangat intens, maafkan aku" aku diam sesaat dan menunduk.
"Terimakasih banyak, aku minta maaf, aku belum bisa menerimamu, tapi jika 2 tahun lagi mungkin aku berubah pikiran" ucapku semakin menunduk
"Prf.....hahaha" dia tertawa?
"Kenapa?"
"Kamu lucu" ucapnya "Lega kan sudah mengutarakannya? Mari pulang"
"Aku di jemput" ucapku
"Yasudah aku temani sampai kamu ada yang menjemput"
Semuanya baik-baik saja, aku mengobrol dengannya seperti biasa seakan-akan aku belum pernah menolaknya dan dia belum pernah melamarku, kami berteman seperti biasanya, walau dalam lubuk hati Anto yang sangat dalam dia terluka dia tertawa keras untuk menyembunyikan lukanya, karena sebenarnya dia sudah tahu jawaban Farah dan dia harus menguatkan hatinya untuk itu, dan dia tidak akan mengambil kesempatan kedua yang diberikan Farah, juga Farah tidak pernah tahu akan semua itu. Karena hati manusia itu rahasia antara dirinya dengan Tuhannya.
=============
assalammu'alaikum hai semuaaaaa
maafin baru upmakasih banyak loh yang setia nunggu, kemarin tu aku sibuk namatin drakor muehehe
maafin ya wqwqwqoke happy reading <3<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah Dan Diaku
Non-FictionCerita ini mungkin sama dengan beberapa cerita soal penampilan luar, tapi cerita ini bukan cerita mereka ini ceritaku, tentang aku, dia dan Allah, tentang cinta diam ku, tentang mengagumi seseorang yang begitu saja. Tentang seorang pengagum rahasia...