Sang Pendistraksi Vs Sang Matahari

1.6K 57 10
                                    

Hari terakhir acara dan aku masih belum sepenuhnya lupa, apa lagi ikhlas. Ternyata tidak semudah yang sudah-sudah.

Aku kegirangan mendapatkan foto dengan sengaja tanpa memberi tahu, ya paparazzi begitulah, tapi akhirnya aku yang menginginkan foto bersama dengannya sudah terealisasikan dan aku harap ini adalah awal yang baik untuk segera pergi dan tidak menghubunginya lagi. Selain itu sebentar lagi dia wisuda kan?

Pada akhirnya aku berjuang kembali, berjuang tentang mengikhlaskan, sebenci apapun aku melihat ka adit dengan yang lain, se-sakit apapun goresan luka, sang bintang kecil tetap menatap ka Adit dengan tatapan penuh harap.

Tidak kah bodoh orang seperti aku ini? Sudah tahu dia mengacuhkan tapi tetap saja menaruh harap!

Sudahlah kamu terlalu lelah untuk berucap, kamu terlalu lelah untuk membuka hati lagi, tapi jangan biarkan apa yang kamu pertahankan membuat kamu menggali kuburanmu sendiri. Lepaskan, pertolongan Allah itu pasti, seseorang yang lebih baik itu pasti adanya.

Perlahan tapi pasti kamu akan segera melupakannya, tidak hanya tentang melupakan tapi mengikhlaskan pun pasti akan terjadi. Ikhtiar dan berdoa pada tuhan semesta alam untuk kebaikanmu sendiri.

"Farah kenapa? Sini cerita" ucap seseorang pada ku, aku menatapnya nanar. Dia adalah pendistraksi paling ampuh.

"Tidak ada, terima kasih" ucapku yang sejujurnya sedang tidak baik baik saja.

"Yakin? Farah jika kamu perlu tempat untuk menjadi pelarian dan berkeluh, saya siap" ucapnya meyakinkan.

"Farah gapapa terima kasih" ucapku berlalu meninggalkannya.

Aku hanya takut saat aku mulai percaya dan membuka hati untuknya, dia sama seperti manusia sebelumnya. Aku hanya sedang tidak ingin terluka kembali dan anxiety ku muncul kepermukaan. Let it flow semua akan baik-baik saja pada saatnya.

Semakin hari rasa terhadap ka Adit semakin memudar, aku semakin lupa akan hadirnya. Tapi anehnya saat aku bertemu dan dia tersenyum, membuat benteng perthanannku hancur. Ya aku kembali gagal dalam upaya mengikhlaskan.

Terbesit di alam pikir, sesulit ini kah move on? Sesulit ini kah mengakhiri perasaan untuk pembuat luka paling disengaja? Sesulit ini kah menerima candaan semesta?

Ayolah aku bukan manusia yang dengan mudah untuk membuka hati, dan aku yakini perasaanku terhadapnya hanyalah kagum, ya kagum... seperti seorang fans yang megagumi idolanya. Cukup untuk kali ini saja, aku masih ingin sendiri merenungi dan mencoba percaya bahwa aku telah melupakannya hingga aku dengan mudah mengikhlaskannya.

Suatu hari aku selesai praktikum dan beranjak untuk pulang. Aku mengambil sepatuku yang aku simpan di depan rak dekat pintu keluar. Aku mengambilnya dan membalik ke arah pintu. Debaran jantung tidak henti-hentinya saat aku bersua dengan sosok paling aku ingin hindari. Dia tersenyum kearahku.

"Farah.." ucapnya dengan lembut beserta senyuman manis khasnya.

"Eh Ka" ucapku langsung pergi keluar meninggalkannya. Aku berjongkok dengan sepatuku yang masih belum dikenakan.

Ambyar ambyar dah disapa lagi :( benteng yang sudah kubangun dimohon jangan hancur kembali kumohon).

Emang ya manusia satu itu paling ampuh menggagalkan pertahanan mahluk lemah seperti saya. Niatnya baik, ramah pada semua orang tapi ya masa gini aja aku ambyar si, ga lucu banget.

"Farah sampe kapan kamu mau bengong? Ayo pulang" ucap Nesi meng intrupsi ku dan menyadarkanku pada dunia dan kamipun akhirnya pulang bersama.

Allah Dan DiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang