Last Adit

1.9K 63 4
                                    

Ka Adit kini sudah bekerja di sebuah Laboratorium perusahaan kimia terbesar di Indonesia, yang aku tahu kini dia belum menikah, entahlah aku manusia yang menyukai orang-orang baik hehehe, baiklah mari kita lihat kisah ka Adit.

========

ka Adit pulang ke kampung halamannya saat itu, dia adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, Ka Adit pulang ingin memperkenalkan calon yang dia pilih sendiri kepada orang tuanya, kamu tahu siapa wanita beruntung itu? ya kamu pasti tahu bukan aku tetapi seseorang yang memang menurutku pantas, dia teh Osa, pada akhirnya perasaan teh Osa terbalaskan, teh Osa tidak ikut ke rumah Ka Adit saat itu , harapan teh Osa bahwa orang tua ka Adit akan merestui mereka.

"mah, pa, Adit mau minta restu"

"sama siapa?" tanya mamah ka Adit sedikit sumringah

"orang yang membuat Adit sampai seperti ini" raut wajah mamah Ka Adit seketika berubah bingung

"orang mana?" tanyanya

"jawa mah" jawab ka Adit

"jangan yang jauh-jauh yang dekat sini saja, yang satu suku" ucap papah Ka Adit

seketika ka Adit menunduk dia bersikukuh dengan keputusannya namun dia tetap tidak mendapatkan restu dari kedua orangtuanya, berhari-hari dia mencoba untuk meyakinkan kepada kedua orang tuanya namun tetap saja di tolak mentah-mentah oleh keduanya.

"kamu ga boleh sama dia mamah akan menjodohkan kamu" ucap mamah ka Adit padanya membuat ka Adit syok berat seketika.

namun ka Adit tidak menyerah dia masih terus mencoba meyakinkan keduanya dengan pilihannya, hingga suatu hari teh Osa dibawa untuk menemui kedua orang tua ka Adit.

"oh ini yang namanya Rosa?" ucap mamah Ka Adit dengan nada keberatan

"iya tante" jawab teh Osa sambil tersenyum dan menunduk lagi

"oh iya Dit kamu udah ketemukan sama Nisa?" tanya mamah ka Adit

"mah" ka Adit tidak menjawab namun malah meminta mamahnya berhenti

"kenapa? sebentar lagi kalian nikah kan?"

"mamah!"

"apa sih dit, bukannya bener ya?" Teh Osa menyela dan ka Adit menatap teh Osa begitu saja, tampak dalam raut wajah teh Osa yang menahan tangis.

"om tante, aku ada urusan lagi terima kasih waktunya" ucap Teh osa  berdiri dan berlalu keluar dari restaurant tersebut.

"mamah ko gitu?" tanya ka Adit

"ya kan biar tahu kalau kamu sudah di jodohkan" jawab papah

"Adit tahu kalian tidak menyukai Osa, tapi jangan begini pah mah" ucap ka Adit dan pergi menyusul teh Osa.

===========

Osa berjalan sendiri keluar dari restaurant itu entah dia mau pergi kemana nampaknya tempat ini asing baginya, tidak ada tempat yang harus dia tuju kecuali hotel yang dia pesan untuk beberapa hari. Namun Osa tidak mau untuk pergi kesana dia putuskan berjalan tanpa arah, mengabaikan setiap tatapan orang yang lalu lalang di sekitarnya. Dia hanya ingin berada di suatu tempat sendirian, langkahnya terhenti ketika dia menyadari bahwa langkahnya menuntunnya untuk sampai di sebuah pantai, Osa duduk sendiri di bibir pantai menikmati ombak dan angin yang menari mencoba menghiburnya, matahari yang akan terbenam itu sungguh indah, se,ua orang menyebutnya senja. Osa menatap senja dengan nanar, berbalut luka yang tanpa bahagia. "Sebenarnya sejak kapan aku akan bahagia bersama adit" ucapnya pada dirinya, semuanya akan berakhir seperti senja yang menghilang digantikan dengan kelam. Osa berdiri dan berjalan ke arah ombak yang bermuara di bibir pantai, meyapu lembut kaki dan pasir yang terkena anak ombaknya, semua hal yang indah ini tidak ada apa-apanya jika hatimu sedang terluka.

Osa menunduk dan mulai menangis

"kenapa semuanya begini?" tanyanya pada ombak namun ombak hanya menyapu kakinya
"apa dia bukan yang terbaik bagi ku?" tanyanya lagi
"apa aku masih terlalu buruk untuknya? apa aku tidak pantas dengannya? apa aku hiks.... harus mengikhlaskannya? apa perasaanku hiks.... harus selesai disini? apa hiks... semuanya harus usai kembali?" tanyaku pada senja yang kini nampak makin indah, seperti tidak mau tahu tentang rasanya patah hati.

"kamu sangat baik Osa, tidak ada orang lain yang sebaik kamu!!" teriak seseorang Osa berbalik dan menemukan Adit disana dia tersenyum ke arah Osa "kamu amat sangat baik hingga aku tidak ditakdirkan untukmu" ucapnya lagi.

Osa mendekat dan memeluk Ka Adit sesaat dan melepaskannya. mereka berdua duduk di bibir pantai dambil menikmati senja, tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga matahari benar-benar telah menghilang dan menciptakan langit gelap dipenuhi bintang. ya Osa sadar dibalik kelamnya malam akan ada seribu bintang untuk menghiasinya. dama seperti luka. Allah tidak menitipkan luka melainkan dengan bahagia selanjutnya.

"seharusnya kamu beritahu aku" ucap Osa membuat ka Adit menengok kearahnya

"aku sudah berjuang Sa, aku hanya takut jika aku bilang kamu akan terluka" ucap Adit

"ini malah lebih sakit Dit, seharusnya aku menolak saat kamu mengajakku untuk menemui orang tuamu, karena aku sudah tahu semua, seharusnya kamu bilang saja jika kamu sudah mengkhitbah seorang wanita, aku akan terima karena jika kamu jujur aku akan mengikhlaskanmu dengan mudah namun dengan kamu begini, rasanya luka yang tertoreh bahkan lebih dalam dari apa yang aku kira"

"maaf Sa"

"tak apa Dit aku tahu kamu pasti berjuang untukku, terima kasih banyak sudah memperjuangkanku, mungkin takdir tuhan bukan untuk mempersatukan kita Dit, aku yakin dia yang di jodohkan denganmu akan bahagia jika dia mendapatkanmu, aku yakin ada seseorang yang juga menungguku, aku amat berterima kasih, karena kamu telah membalas perasaanku. kini waktunya kita berpisah, aku dengan seseorang yang memang ditakdirkan untukku, dan kamu dengan seseorang yang ditakdirkan untukmu. aku harus lebih bahagia dengannya karena aku sempat bahagia dengan mu." Osa tersenyum kearah Adit yang masih diam terpaku, Osa berdiri.

"sudah selesai ya? aku mau pulang" ucap Osa dan tersenyum ke arak Adit dan Aditpun berdiri

Adit mengantar Osa ke hotelnya setelah mereka shalat di masjid terdekat.

"selamat tinggal Dit, semoga bahagia ya, dan jangan membangkang pada kedua orang tuamu lagi ya" ucap Osa menyodorkan tangan dan di jabat oleh Adit dan tersenyum.

"kamu juga ya Sa jangan galau gara-gara aku hehe, semoga bahagia" ucapnya Osa mengangguk dan mereka melepas jabatan tangan itu dan Osa masuk ke hotelnya juga ka Adit berjalan pulang senidirian.

Osa menutup pintu kamar hotelnya dan langsung terduduk lemas dan menangis sekeras-kerasnya, sudah cukup senyum palsu itu sudah cukup pertahanan saat itu sudah cukup dengan pura-pura baik-baik saja nya, semua itu sudah cukup, tangisnya pecah, di ruangan itu sendirian, semuanya sudah selesai bagi siapapun ini sudah selesai.

==========

beberapa hari kemudian Farah mendaapat kabar tentang pernikahan ka Adit namun sangat disayangkan itu ka Adit bukan bersanding dengan teh Osa. Osa pun sama dia mendapat kabar itu dan dia harus ikhlas, dia mendatangi pernikahan ka Adit dengan tersenyum tulus, seakan akan semua rasa yang tumbuh lama itu kini benar benar menghilang dan selesai. Naf? dia tahu namu dia tidak datang, karena seperti katanya, dia hanya mencintai dalam diam tanpa harus memiliki pun tak mengapa, namun aku mengetahui Naf pasti syok berat.

dan pada akhirnya Ka Adit bahagia dengan pilihan orang tuanya, Teh Osa tak lama setelah pernikahan ka Adit di khitbah oleh seorang pria shaleh Insyaa Allah, aku datang ke pernikahannya dan kelihatannya dia sudah bahagia sekarang.

"semoga bahagia teh Osa" ucapku padanya

"makasih banyak Farah" ucapnya tersenyum kearahku.

oh aku lupa menceritakan tentang teh Gadis, dia kini sudah menikah bahkan sudah memiliki anak, tepatnya sebelum ka Adit menikah dia sudah menikah dengan pria lain dan setelah semua hal yang terjadi, setelah perjalanan panjang, setelah semua nya bahagia, dengan adanya pengikhlasan tulus dan harapan yang pupus semua berakhir indah. Jalan takdir tuhan memang penuh rahasia, semua akhir adalah bahagia jika kamu melihat dari sisi yang lain.

======

assalammualaikum, akhirnya ketahuankan, ya walaupun Farah menyukai ka Adit tapi Farah tidak pernah mengharapkan dia untuk menjadi pendamping setia sampai surga.

happy reading....
part selanjutnya akhir kisah nesi dan farah tentunya wqwq

Allah Dan DiakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang