Jadi jadi, janji dulu menahan amarah sebelum baca? Oke? Siap?
Enjoy guys!
☁️☁️☁️I still believe that beautiful hearts fly freely
Like butterflies looking for flower to rest on.
I'm still tryin' to figure,
If I'm the flower or the butterfly?
-Quiesha Shakira Byakta-Quiesha berjalan mengendap-endap menuju rooftop. Berharap dirinya menemukan harapan hidup yang lebih baik di alam yang berbeda. Quiesha ingin meminta maaf kepada orangtua yang setiap hari dirindukannya. Namun, alasan Quiesha mengakhiri hidup sebenarnya adalah karena Daffa. Saat bertemu Daffa pertama kali, gadis itu merasa hidupnya adalah untuk Daffa, dan jika Daffa pergi, untuk apa dia hidup?
Gadis itu menatap keindahan dibawahnya. Tentu ini akan sangat menyenangkan jika dinikmati bersama orang yang paling kau sayang. Ketika sebelah kakinya sudah berada diawang-awang,
"QUIESHAAAAAAA!!!!!!!!!!"
Greb
Quiesha merasa tarikan yang sangat keras, hingga tubuhnya menabrak sesuatu.
Plak
Pelukan Quiesha dilepas dengan cepat dan Quiesha di tampar dengan sangat teramat keras untuk kedua kalinya. Anehnya, Quiesha tak merasakan apapun. Tamparan itu terasa hambar bagi Quiesha. Benar benar hambar. Karena Quiesha hanya terpaku dengan sosok yang ada di depan Quiesha sekarang, sosok yang sangat Quiesha rindukan, sosok yang sangat Quiesha dan Sean sayangi.
Tak peduli Quiesha ditampar berkali-kali, jika dia akan mendapat yang lebih, bisa dipikirkan nanti. Quiesha menerjang tubuh sosok yang ada dihadapannya erat. Dipeluknya seolah tak akan dilepaskan lagi.
"ayi...?" Hanya satu kata itu yang bisa diucapkannya. Seketika semua penyakit jiwa yang ada ditubuh Quiesha menghilang.
Air mata itu mengalir deras."ayii... ini beneran Ayinya Quiesha kan?" ucap Quiesha lagi dengan sesegukan. Dengan tangan yang gemetar Quiesha menyentuh wajahnya. Sumpah demi apapun Quiesha sangat teramat merindukan dia. Dia yang selama ini entah dimana.
Selama ini dia kemana?
what if kalo dia disini Quiesha ga akan terluka?
what if dia selalu disamping mereka, Quiesha ga bakal sakit?
what if dia mendampingi mereka, Sean ga menderita sejauh ini?dan masih banyak what if yang bersarang dibenak Quiesha.
Tak ada lagi yang membuka suara. Dia semakin mempererat pelukannya. Beberapa kali hidungnya ditaruh lama di pucuk kepala Quiesha. Quiesha rindu, sangat dan teramat.
"i.. miss.. you.. so.. bad.. yii," ucap Quiesha lagi. Isakan Quiesha semakin kencang. Quiesha ga pernah selega ini rasanya ketika menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
FanfictionCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...