Hari-hari berlalu seperti biasa. Quiesha yang bertahan dengan kepura-puraannya. Naya bersikap menyembunyikan semuanya, Anya yang bersikap profesial dibalik nama dokterya dan hanya seorang Rayshiva yang tidak tau apa-apa.
Rencananya pagi ini Quiesha akan datang lagi. Begitu, gadis itu tidak menyerah untuk membuat Daffa yang membuka mata untuknya. Quiesha tak pernah menyerah untuk meyakinkan Daffa bahwa gadis itu menerima Daffa apa adanya.
Dan setiap kunjungan quiesha, Daffa pasti harus disuntikkan obat tidur. Jika tidak lelaki itu akan mengurung diri dan tidak mengizinkan siapapun masuk ke ruangannya, terutama Quiesha.
"I will not give you this shit." Ucap Esa dengan suara tenangnya.
Daffa yang dari tadi sudah bersiap dengan memejamkan matanya tiba-tiba tersadar.
"Siapa lo?"
Mahesa tersenyum sinis, memandangi Daffa tajam seolah akan melubangi kepalanya.
"Stupid."
"Ah, lo yang sering sama Quiesha? Calon pacar atau udah jadi pacar?"
"Daffa El Syandana." Ucap Esa memandangi papan nama yang tertera di sampingnya."pengecut" bisik Esa lagi.
Tentu hal itu menyulutkan emosi Daffa. Ketika dirinya bersusah payah untuk bangkit dari tidurnya, Esa menahannya dan kembali berucap,"loser, you don't need to act like a cool."
"Bangsat!"
"You?"
"Keluar dari ruangan gue!"
"Kalau gue engga mau?"
Daffa mencari handphonenya, ketika sudah bertemu tangan Mahesa lebih dulu menarik handphone itu dari genggamannya.
"Stop being loser, stop being a bastard and stop being a liar."
"Jangan pernah ikut campur urusan gue."
"Masalah Quiesha, masalah gue."
Daffa terkekeh pelan, kemudian matanya menatap nyalang ke arah Esa."ah, cinta lo bertepuk sebelah tangan? Gue harus apa? Seneng atau sedih?"
Kemudian laki-laki itu terkekeh."ambil aja Quiesha buat lo. Gue udah ga butuh dia."
"Shakira bukan barang yang bisa lo oper seenaknya!"
Mahesa mulai menarik kerah baju yang dikenakan Daffa. Namun laki-laki itu hanya membalas dengan kekehan, serta mengusap singkat jas Dokter Esa. "Ambil bekas gue sana :)"
"Bajingan."
Buk! Buk! Buk!
Emosi Mahesa benar-benar sudah tak bisa di tahan. Wajah tampan Daffa bahkan sudah hampir tak berbentuk, namun lelaki itu masih sempat tersenyun mengejek Esa. Mengatakan bahwa Mahesa terlalu di bodohi cinta, sama seperti Quiesha.
"berhentiii!!!"
Jika saja Anya tidak datang tepat waktu, mungkin Daffa akan berakhir di kamar jenazah siang itu.
"Lo udah janji sama gue ga bakal macem-macem! Tapi kenapa jadinya lo kayak kesurupan sih Sa!"
Mahesa. Lelaki itu tak menghiraukan ucapan Anya, dirinya masih menatap nyalang ke arah Daffa yang menatapnya juga tak kalah tegang.
"Gue izinin lo buat ngasih obatnya bukan ngebiarin lo ngerubah kamar rumah sakit jadi arena tinju."
Anya yang tak henti-hentinya mengomel masih saja di tak dihiraukan Esa. Malahan, kini tangannya semakin terkepal tatkala mendengar ucapan Daffa,"silahkan ambil bekas gue. Pungut sana. Gue udah ga butuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
FanficCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...