Good luck

278 38 23
                                    

Mahesa.

Gue bukan orang yang akan memaksakan keadaan sesuai dengan apa yang gue inginkan. Gue selalu menikmati segala sesuatu berjalan dengan sendirinya.

Seperti sungai, dia mengalir tanpa jeda, ke satu muara. Oh gue salah, mereka kadang engga bermuara ke satu titik, tapi ke tempat yang mereka mau.

Sungai,
Terlihat begitu tenang, padahal sebenernya engga.
Orang bilang gue seperti sungai.
orang-orang selalu melihat gue tenang, ga punya beban.
Tanpa tau sebenernya gue juga menikmati sisi lemah yang gue punya dan hampir menyerah.

Seperti gue mencintai gadis yang tangannya sedang gue genggam dengan sangat erat ini.
Gadis yang namanya selalu gue selipkan dalam doa, gadis yang selalu membuat hari-hari gue indah bahagia.

Iya, dia Quiesha.
Gadis yang membuat gue bertahan dalam indahnya cinta dalam diam.
Gadis yang membuat gue ragu untuk melawan arus.
Gadis yang membuat gue iri karena besar dan tulus rasa cinta yang dia miliki, yang sangat disayangkan bukan untuk gue, tapi untuk orang lain.

Tapi, sungai ga selalu tenang.
Mereka bisa mengalir dengan sangat derasnya hingga rela melawan arusnya.

Sambil memandangi wajah cantiknya Quiesha hari ini, gue ingin memantapkan hati.

Gue minta maaf ya Sha?
Gue ga bisa tenang kayak biasa lagi,
Gue ga akan bisa menahan diri gue untuk engga menghabisi orang-orang yang berusaha menyakiti lo.

Mulai hari ini, gue akan egois untuk melawan arus mempertahankan lo, Quiesha Shakira Byakta.

☁️☁️☁️

Daffa

Naya pernah bilang ke gue,"jangan hidup kayak layang-layang. Mau terbang aja harus nyusahin orang banyak."

Dan ya jawaban gue hanya sebatas ketawa dan mengiyakan dengan nada yang sama sekali engga ikhlas.

Setelah sekian lama, kenapa ucapannya yang itu harus terngiang-ngiang dalam otak gue sekarang?kenapa ucapan naya seolah sindiran untuk gue?

Gue yang sekarang, hah.
Lebih buruk dari sebuah layang-layang.
Seenggaknya layang-layang ngeribetin banyak orang cuma waktu mau terbang aja, pas udah terbang ya gantian, mereka bikin orang yang nerbangin jadi bahagia.

Sedangkan gue?
Jangankan terbang, mau duduk aja harus di bantu.
Mau berdiri apalagi, harus beneran di papah karena fisik gue yang sangat begitu lemah.
Nah udah gitu, orang-orang kalo abis bantuin gue boro-boro seneng, senyum aja engga. Karena udah capek duluan.

Asli. Gue jadi benci Naya deh, coba aja waktu itu dia ga asal jeplak kayak gitu gue mungkin masih baik-baik aja.

Dan gue tambah benci ketika Naya memusuhi gue karena keputusan itu. Kenapa sih membuat orang lain itu mengerti begitu sulit?

Silahkan menyalahkan gue sepenuhnya atas keputusan itu. Gue engga apa-apa. Tapi bisa engga disimpen sendiri aja? Bisa ga kalo misalnya ga perlu menentang gue dengan pikiran-pikiran yang kalian punya? Bisa engga kalo misalnya kalian engga perlu menghakimi gue sendirian? Bisa engga biarin gue sendiri menikmati apa yang gue mau?

Daf, gue ngerti gimana rasanya jadi lo. Gue bla—
bullshit. Coba jelasin kalian—mereka mengerti gue dari sisi mananya. Emang pernah ngerasain posisi gue gimana?

Daf, Quiesha cinta sama lo. Quiesha bakal nerima lo— Men, gue tau. Bahkan teramat sangat tau. Karena sama, gue juga mencintai dia sama besarnya.

Menurut gue, masing-masing orang mempunyai makna dan definisi sendiri tentang arti cinta— mencintai dan dicintai. Semua orang punya bagian yang mereka suka, Dan bagian favorit gue adalah mencintai. Karena ketika dicintai gue merasa terbebani. Gue seolah dituntut untuk bisa membuat dia bahagia saat dia mencintai gue, dan gue engga suka.

Baby,Good Night! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang