Quiesha memasuki ruangan Daffa dengan tergesa-gesa, rindu katanya. Padahal baru sehari gadis itu tidak berkunjung keruangan kekasihnya. Seperti biasa, Sean yang akan mengantar Quiesha dengan selamat. Namun, alih-alih merasakan kesenangan yang luar biasa, Quiesha malah terlihat bingung dan merasa aneh. Gadis itu memandangi tubuh Daffa yang sudah tidak lagi terpasang alat-alat.
"Kok?" ucapnya singkat sembari mengarahkan jemari telunjuknya pada daffa. Ruangan itu benar-benar telah steril dengan segala peralatan mengerikan seperti EKG dan selang nafas. Hanya menyisakan selang infus.
Dan juga Naya tak terlihat seperti biasanya siang ini, gadis itu terlalu banyak melamun bahkan hingga Quiesha mendatangi ruangan Daffa. Biasanya Naya akan ceria dan pasti akan menyambut Quiesha dengan pertanyaan khas ibu-ibu yang baru bertemu anaknya.
Quiesha beralih mendekat dan menepuk pundak Naya singkat,"Kak Nay.." ucapnya pelan. Naya pun tersentak merasakn tangan yang menepuk pundaknya dan untung dirinya segera berbalik untuk melihat siapa pelakunya.
"Halo sayang. Kamu baru nyampe?"
Quiesha mengerutkan keningnya, ini ada apa?
"heem, Sean diluar kak. Kenapa semuanya dilepas?" tanya Quiesha to the point. Sungguh, saat ini kepala dan hatinya tengah memikirkan semua pikiran negatif yang sudah singgah sejak tadi malam.
Naya tersenyum, namun ini terihat sangat terpaksa."Daffa udah boleh lepasin alat-alatnya Sha. Bagus kan kalo udah ga pake alat itu?"
"kak Naya ga bohong kan?"
Naya menggeleng pelan."Coba aja raba nadinya Daffa." Buru-buru Quiesha meletakkan kedua jarinya ke pergelangan tangan Daffa,"Benerkan?" tanya Naya lagi memastikan dan dibalas anggukan oleh Quiesha.
Kemudian Naya berdiri dan berniat pamit untuk keluar dari ruangan itu agar mereka punya waktu berdua.
"Mata kak Naya kenapa?" tanya Quiesha tiba-tiba.
"oh ini? karena engga tidur makanya jadi bengkak, hehehe."
"abis nangis?"
"engga kok. Masa sedih sih Daffa udah hampir sembuh?"
Quiesha tak membalas lagi. Gadis itu mengabaikan Naya dan kembali fokus pada tujuan utamanya kemari.
☁☁☁
"Selamat pagi sayang." Ucap Quiesha pada tubuh kaku Daffa. Tangannya tak tinggal diam, bergerak beraturan untuk mengusap rambut hitam kekasihnya itu.
"Hari ini kamu udah ngelewatin apa aja?" tanyanya lagi."kalo aku tadi pagi melewati banyak hal, seru banget! Maaf ya aku jadi telat kesini? Ga apa-apa kan? Soalnya aku harus cari bahan obrolan yang baru buat kita, biar kamu engga bosen denger aku ngoceh-ngoceh engga jelas hehehe."
"tadi aku ngelewatin toko bunga tempat kamu dulu biasa mesen bunga buat aku loh Daf! Kamu tau ga sih kalo sekarang yang ngurusin masih sama!! Bedanya dia udah bawa cucu yang lucu, engga satu doang loh! 2 hihihi." Ucap Quiesha lagi dengan nada semangat. Namun tak lama, raut wajahnya berubah menjadi sendu. Tangannya beralih pada wajah tampan Daffa,"tapi pak tuanya ngeselin. Masa dia nanya kamu terus? Masa dia Cuma ingetnya sama kamu, padahal aku juga sering kesana!"
"hehehehe, tapi tenang. Aku bilang kamu lagi sibuk sama perjalanan kamu buat jadi calon suami yang lebih baik. Kamu sibuk memperbaiki semuanya biar kita siap hidup bareng lagi. Dan kamu tau apa katanya si Pak Tua itu? Dia ngedoain kita bakal jodoh selamanya loh Daf! Dia bilang kalo aku sama kamu emang terlahir buat saling melengkapi! Aku seneng banget dan aku yakin kamu juga pasti bakal seneng banget dengernya. Kan kamu sehati sama aku!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/156530551-288-k345377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
FanfictionCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...