Long Distance

308 44 17
                                    

"Halo..."

"....."

"boleh kenalan ga? Hehehe." Ucap lawan bicara yang ada dihadapan Quiesha saat ini. sembari tangannya terulur agar Quiesha mau berjabat tangan dengannya.

"Ha-halo.." balas Quiesha tanpa berani menatap. Sudah terbiasa berada dalam lingkup yang sempit membuat Quiesha enggan bertemu orang baru, cukup Esa, orang terakhir yang menjadi temannya.

"Kamu engga mau salaman sama aku?" Tanya nya lagi, namun Quiesha tak menjawab. Hanya tertunduk, ragu apakah harus menjawab pertanyaan orang asing di hadapannya ini atau tidak.

"Yaudah engga apa-apa kok kalo kamu engga mau kenalan sama aku, kamu pasti malu ya? Apa takut sama mata aku yang aneh?"

"Eng-engga. Bukan gitu."

"engga apa-apa kok kalo misalnya iya. Mata aku emang udah kaya gini sih dari lahir. Suka ilang-ilang gitu kalo senyumnya kelebaran, apalagi ketawa hehehe. Aku jadi nakutin kamu, maaf ya."

Dalam lubuk hati yang terdalam Quiesha ingin sekali berbicara dengan orang yang kini pindah kesebelahnya, karena ia merasa gadis ini akan menjadi bagian keluarga. Ah, Quiesha jadi rindu Naya. Baru 48 jam berpisah kenapa Jakarta bikn kangen? Sean apakabar ya? Apa Sean benar-benar sibuk hingga tak bisa mengantar Quiesha waktu itu ke bandara? Apa Sean sesibuk itu hingga belum menghubunginya hingga sekarang?

"Kamu ngelamun lagi." Lagi, dengan pantang menyerah orang ini terus mengaja Quiesha berbicara.

Merasa tidak enak mengabaikan orang lain, Quiesha akhirnya tersenyum canggung. Sebisa mungkin dirinya ingin terlihat normal, tidak ingin menyusahkan lebih banyak orang karenanya. Alasannya untuk ikut Ray kesini adalah memperbaiki diri. Dengan berat hati Quiesha berkata,"Halo kak, aku Quiesha."

"Wah, Halo cantik! Finally i met you! You're too much beautiful.. sorry sorry aku seseneng itu kamu akhirnya ngomong!! Hihihi,"

Lagi, Quiesha hanya tersenyum canggung mendengar pujian-pujian yang diucapkan kepadanya. Dalam hati ia meringis, iya aku cantik, tapi sayang aku gila.

"Oh iya, aku Hefanya Latteshia, kamu boleh panggil aku Anya. Hehehe, maaf ya aku tiba-tiba masuk ke apartnya Rayi dan bikin kamu kaget."

Quiesha mengangguk mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quiesha mengangguk mendengarnya. Dalam hati iya bertanya-tanya, apakah gadis ini yang menjadi alasan Ray untuk menetap disini?

"Mas ada di atas kak. Naik aja,"

Kedua sudut bibir anya terangkat, sangat lebar."Aku kesini emang mau ketemu sama Rayi. Tapi ga penting-penting banget kok. Aku maunya ngobrol sama kamu aja boleh ga? Sekalian kenalan lebih dekat mungkin, hehehe. Aduh maaf ya aku emang bawel kayak gini."

"Boleh kok kak Anya. Jangan minta masf terus kak, kakak kan ga salah apa-apa hehe."

Anya semakin senang, karena Quiesha mau diajak bicara. Benar apa kata Ray, Quiesha gadis yang baik dan tidak sombong. Dirinya semakin ingin mengenal dan dekat dengan Quiesha."Kamu baru balik dari Jakarta ya? Gimana di Jakarta? Seneng ga?"

Baby,Good Night! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang