BONCHAP: Alana's Day

545 38 3
                                    

"MAMAAAAAAAAA" Pekik Ala dari balik pintu. Sungguh tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana murkanya Ala saat ini. Tangan-tangan mungil yang tadi digunakan untuk mengetuk kayu jati di hadapannya ini sudah memerah.

"PAPAAAAAAA"

Masih sama. Ala berdiri disana dengan kepala yang sudah berasap berdiri disana dan setelah akhirnya berjuang selama 1 jam lamanya gadis itu menyerah.

Alana bahkan tidak menangis.

Pernah ga sih kalian kesel sampai engga bisa nangis?
Atau bahkan engga bisa murka karna saking emosinya?

Itulah yang dirasakan anak itu.

Ditambah om dan tantenya tidak ada yang menjawab telfon Alana.

Hingga akhirnya Alana dengan kesal berjalan keluar rumah dengan perasaan yang sudah tak bisa didefinisikan lagi perihnya.

Hingga akhirnya Alana dengan kesal berjalan keluar rumah dengan perasaan yang sudah tak bisa didefinisikan lagi perihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayang, sepertinya usaha Alana untuk berkunjung ke rumah Ray dan Anya adalah sia-sia. Tak ada satupun yang membukakan pintu untuknya, ketika mengintip pun tak ada tanda-tanda kehidupan disana.

Tapi Alana tak menyerah, gadis itu menempuh perjalanan baru menuju rumah Quiesha dan Esa dengan penuh harapan, karena dia yakin pilihan terakhir ini tak akan mengecewakannya.

Sesampainya disana, Alana bersemangat mengetuk pintu. Biasanya baru ketukan pertama, pintu akan terbuka dengan sapaan bayi kecil di gendongan Quiesha maupun Esa.

Namun sepertinya ini memang bukan hari yang baik untuk Alana. Lagi, tidak ada tanda kehidupan disana. Bahkan Alana baru menyadari bahwa Audi hitam yang biasa digunakan Esa juga tak terlihat.

Akhirnya Alana kembali berjalan ditengah matahari yang lumayan terik.

Air matanya tanpa sadar mengucur dari sana, tapi dia berusaha untuk tak terisak. Oh, Alana bukan gadis kecil yang cengeng.

Tau apa yang tidak disukai Alana?

Ya, menangis.

Menurutnya menangis itu bukan suatu hal yang keren dan memalukan. Prinsipnya, jika dia saja cengeng, bagaimana dia akan melindungi 2 krucil lain yang sangat bergantung padanya?

Sembari mengusap air mata yang terus mengucur, Alana tiba di warung Mak Lina.

Mak Lina yang sudah melihat Alana tertunduk langsung menghampiri gadis itu dengan wajah khawatir.

"Mbak Ala? Darimana kok panas-panasan mbak?"

Alana hanya menjawab dengan gelengan singkat dan terus menunduk.

"Sini duduk sama Mak dulu ya. Mbak Ala mau teh?" Tawar Mak Lina.

Mendengar kata "teh" membuat Ala segera mendongakkan kepalanya. Siapa yang bisa menolak segelas teh manis hangat? Apalagi Alana.

Baby,Good Night! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang