Sha, Daffa udah sadar.
Isi pesan tersebut membuat Quiesha yang sedang menyantap makanannya tersedak.
"Dek, pelan-pelan."
Queisha tak menghiraukan ucapan Ray, malahan dirinya berlari mendekat kearah Ray dan memeluknya erat. Senyuman tak henti-hentinya terurai dari wajah cantiknya.
"Mas, Quiesha sayang mas!" Ucapnya tiba-tiba. Ray yang mendengarnya membalas pelukan Quiesha hangat.
"Mas Rayi lebih sayang Quiesha." Pelukan mereka terlepas, dan Quiesha meraih tangan, mencium punggung tangannya."Quiesha pamit ya mas." Ucapnya dan meninggalkan Sean yang hanya bisa menunduk disana bersama Ray yang merasa aneh dengan sikap adik kecilnya.
Sean bersikap tak mau tau. Bahkan dirinya tetap fokus pada makanan yang ada di hadapannya. Begitupun saat Quiesha tadi pamit padanya, senyuman yang di berikan Sean begitu terpaksa.
"Lo tau sesuatu?" Tanya Ray yang membuat Sean menatapnya.
"Daffa udah sadar." Jawab Sean pelan,
"Terus kenapa muka lo? Bukannya ini yang kalian tunggu?" Tanya Ray bertubi-tubi. Dirinya yakin bahwa ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh Sean.
Adik bungsunya hanya menggeleng pelan tanpa menatap matanya. Sean terus mencoba mencari perhatian lain, asalkan tidak berbicara dengan Ray.
☁️☁️☁️
"quiesha jangan lari!"
Gadis itu mendelik sebal ke arah Esa yang kini tengah memegangi pergelangan tangannya.
"Esa kayak ibu-ibu deh. Aku udah gede, jadi kenapa ga boleh lari?"
Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Quiesha. Dirinya hanya menarik Quiesha berjalan lurus. Jujur, perasaan Esa sangat tak karuan. Dirinya sudah terlanjur maju, namun Daffa muncul kembali.
Daffa seolah sedang mempermainkan dirinya. Kemarin lelaki itu dengan bangganya mengatakan bahwa dia sudah tidak mencintai Quiesha. Lelaki itu dengan gamblangnya menyuruh untuk membawa Quiesha menjauh. Tapi kenapa sekarang keadaannya seperti berbalik?
Ketika jarak pintu hanya beberapa langkah lagi, Quiesha berhenti. Membuat Esa kembali tersadar dari lamunannya.
"Aku udah cantik?"
Esa mengangguk, tangannya tergerak merapikan anak rambut Quiesha yang sedikit berantakan.
Tempat itu, masih bisa gue rebut kan Sha? Tanyanya dalam hati. Esa tersenyum kecut melihat bagaimana Quiesha yang begitu bersemangat menemui Daffa, kekasihnya. Gue cemburu, gue iri Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby,Good Night! (Completed)
أدب الهواةCukup. Hanya itu. Cukup bahagia, cukup tertawa. Hingga kecewa dan sedihpun tak akan terlalu terasa dalam dan menyakitkan. ''Harusnya dulu, gue ga memaksa keadaan untuk di samping dia setiap waktu'' Dan ketika katanya keajaiban itu hanya datang sekal...