🌹1. Dia kan...?

30.9K 2.4K 180
                                    

Aila diajak ke rumah Keyra untuk pertama kalinya. Dia akan menginap di sana dalam rangka membantu sahabatnya itu untuk sebuah misi.

"Ai, makasih ya. Lo bener-bener udah bantu gue malem ini," ujar Keyra dengan tulus.

Aila mengangguk sembari tersenyum. "Kalo Rayen nelpon gimana?" Tanya Aila.

Keyra sengaja meninggalkan ponselnya agar signal keberadaannya tak terlacak oleh Rayen. "Lo angkat aja, bilang gue udah tidur."

"Oke," Aila menyanggupi.

"Eh Lo kalo mau makan, minum, atau apapun itu nggak usah segan-segan ambil aja di dapur. Anggep rumah Lo sendiri. Gue udah kabarin Mama Papa kalo ada Lo di sini, mereka biasanya pulang tengah malem setelah Coffee shop tutup." Keyra menjelaskan segalanya.

"Iya tenang aja," Aila mengacungkan jempolnya.

Tin!

Keyra dan Aila berjalan cepat ke teras. Mereka menoleh ke bawah, mobil sedan berwarna hitam telah terparkir di sana. Sepertinya milik Denis.

"Semoga berhasil!" Ujar Aila menyemangati.

Setelah Keyra pergi, Aila seketika merasa sepi. Dia tak terbiasa berada di rumah orang lain dengan si pemilik rumah yang sedang pergi. Aila mengamati kamar Keyra yang terlihat cute, terutama pada hiasan dindingnya yang terkesan unik. Dia tersenyum melihat foto-foto kebersamaan Keyra dan Rayen, pasangan yang terkenal paling goals di kalangan Agent.

Karena merasa begitu lapar, Aila pun memaksakan diri untuk ke dapur. Rumah Keyra sedikit gelap, lampu-lampu yang tak dibutuhkan telah dimatikan, termasuk ruangan dapur. Sementara Aila sama sekali tak mengetahui dimana letak steker lampu di rumah itu. Berbekal senter dari ponsel, Aila masuk ke dapur dan membuka kulkas. Di sana, dia menemukan begitu banyak jenis buah-buahan.

Aila mengeluarkan sebutir apel dari dalam kulkas. Dia menggigit ya sedikit, rasa manis langsung terasa di lidah. Aila pun menutup kulkas. Saat hendak berbalik, tiba-tiba...

Deg!

"Dapet Lo, ya! Mau kabur kemana Lo, maling?"

Seseorang memeluk Aila dari belakang. Mengapit kedua tangannya hingga tak bisa bergerak. Dari suaranya, pelaku adalah seorang cowok. Sepertinya dia salah satu penghuni di rumah itu yang mengira dirinya maling.

"Gue bukan maling," desis Aila sambil berusaha melepaskan diri.

"Mana ada maling yang ngaku," balas cowok itu.

"Apaan sih, gue bukan maling!" Sentak Aila lebih keras. Aila tak mengerti mengapa dirinya lemah, sedikitpun tak mampu melawan cowok di belakangnya ini. Padahal biasanha, dia mampu melawan dua orang sekaligus dalam satu pukulan.

Aila diseret ke belakang, tetap dengan posisi dipeluk seperti itu. Dia meronta, meminta dilepaskan tapi si cowok malah makin menguatkan pelukan.

Klik.

Lampu menyala. Suasana menjadi terang benderang. Aila menginjak kaki si cowok dengan keras, hingga ada suara pekikan dan pelukan yang terlepas. Dengan cepat Aila berbalik, lalu mundur beberapa langkah.

"Kasar banget sih Lo jadi maling!" Jerit cowok itu sambil memegang satu kakinya yang nyeri karena diinjak tadi.

Kening Aila berkerut, seakan wajah di depannya ini sudah tak asing lagi. Dia kan...? Secara bersamaan, ingatan dalam memori otaknya berputar pada kejadian di club' malam, dimana seorang cowok tengah bercumbu mesra bersama banyak cewek.

Cowok mesum!

Cowok itu mengangkat wajahnya dengan benar, balas menatap Aila dengan kening berkerut. "Lo beneran bukan maling?" Tanyanya.

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang