🌺11. Sorry...

17.9K 1.8K 154
                                    

Saat sedang asyik bercanda, tiba-tiba tirai penutup base camp dibuka seseorang dari luar. Semua sangat terkejut melihat Rayen berdiri dengan wajah yang begitu masam, nampak marah menatap pada Keyra.

Aila menyikut lengan Kaival, memberikan kode pada cowok itu untuk pergi dari sana segera. Untungnya Kaival tak begitu keras kepala, dia hanya menatap Rayen dengan tajam namun segera keluar mengikuti langkah Aila.

"Gue nggak akan ampuni dia kalau kedatangan Keyra ke sini malah jadi sia-sia," ujar Kaival dengan wajah yang tetap tegang.

"Rayen nggak sejahat itu, Kai." Aila bukannya membela Rayen. Hanya saja dia cukup memahami dalamnya cinta antara dua makhluk Tuhan itu. Sekeras-kerasnya Rayen, dia tak akan tega menyakiti Keyra saat tau kalau cewek itu mengandung anaknya nanti.

"Lo bisa sepaham itu tentang cowok lain. Tapi nggak bisa paham tentang gue," lirih Kaival dengan senyuman yang begitu sinis.

Aila menghela nafas, Kaival selalu saja menyangkut-pautkan masalah hati setiap kali mereka berbicara.

"Ai, gue..."

"Gue laper," potong Aila yang langsung setengah berlari mendekati pemanggangan yang sedang dikerumuni oleh banyak Agent.

"Malem semua!" sapa Aila sok akrab.

"Kapten Aila!" sapa salah seorang, membuat beberapa di antaranya melotot menatap Aila.

Aila langsung membekap mulut cowok yang memanggilnya dengan sebutan Kapten itu. "Lo kalo becanda suka kelewatan. Lo mau kite ditembak karena sembaranyan nyebut gelar," ujar Aila dengan penuh penekanan.

Cowok yang Aila bekap langsung mengangguk berulangkali. Dia paham, dia tak akan memanggil Aila dengan sebutan Kapten lagi.

Aila meniupkan nafas lega dari mulutnya. Sepertinya semua agent yang ada di sana percaya kalau cowok tadi memang hanya bercanda. Semua nampak rileks saat Aila duduk lesehan di atas rumput bersama mereka.

"Eh bagi dong. Gue laper banget!" minta Aila.

Semua Agent langsung berlomba memberikan Aila panggangan daging rusa yang sudah matang. Membuat Aila tertawa lepas bingung harus memilih yang mana.

"Kayaknya dateng ke sini emang pilihan yang tepat," canda Aila.

Semua ikut tertawa. Mereka terlihat begitu akrab, padahal sebelumnya hanya pernah bertemu sesekali saat ada upacara khusus di RIA. Itupun, tak saling menyapa hanya tersenyum dari kejuahan saat saling bertemu mata.

Sementara Kaival hanya melihat dari kejuahan, tanpa berniat untuk mendekat sama sekali. Dia tak ingin merusak kesenangan Aila. Sekaligus merasa perih saat melihat cewek itu jauh lebih bahagia saat bersama orang lain, dibandingkan dirinya.

๑•ิ.•ั๑๑•ิ.•ั๑

Diam-diam, Aila dan Kaival mengintip perkembangan antara Rayen dan Keyra dari depan tirai base camp. Dari tempatnya berdiri, Kaival mengendurkan kepalan tangannya. Wajahnya yang sedari tadi tegang, sudah berubah rileks kembali. Rasa bencinya pada Rayen, berubah menjadi ucapan terima kasih karena cowok itu membuat Keyra kembali tertawa.

"Nggak sia-sia kita ke sini," ujar Aila saat melihat Rayen dan Keyra telah kembali seperti dulu lagi

"Terus, kita kapan?" Tanya Kaival, memulai usahanya kembali.

Aila langsung berbalik. Dia tak siap dengan pertanyaan itu. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba Kaival memeluknya dari belakang. "Aku tau kamu nggak bisa sepenuhnya percaya sama aku. Tapi akan aku buktikan kalau aku bisa berubah untuk kamu," bisik Kaival.

Cara Kaival memanggil dengan menggunakan aku-kamu membuat suasana terasa semakin canggung.

"Berubah sekalipun, tetap nggak membuat yang hitam menjadi putih, Kaival," sahut Aila, mengeraskan hatinya.

Seketika pelukan Kaival terlepas. Dia menatap Aila yang berbalik, menatapnya seakan dia itu bajingan.

"Kenyataan kalau kamu sudah menyentuh banyak perempuan, membuat aku nggak mungkin bisa nerima kamu." Aila pun tertular dengan panggilan aku-kamu itu.

Kaival benar-benar tak bisa lagi berkata-kata.

"Maaf Kaival, perbedaan usia kita, masa lalu kamu, semuanya menjadi alasan kuat kalau kita nggak akan bisa bersama."

Kaival menjadi marah. "Kamu menghakimi aku untuk dua alasan itu? Apa salah aku, kalau kamu lahir lebih dulu dari aku, Ai? Salah aku juga, seandainya aku menjadi bajingan sebelum aku kenal sama kamu? Andai aku lahir lebih dulu dan aku ketemu kamu lebih cepat, aku pasti nggak akan seperti ini, Aila!"

Aila tersentak, terdiam tanpa kata.

"Aku bener-bener jatuh cinta sama kamu. Selain alasan ingin melindungi Keyra, aku berada di sini juga untuk melindungi kamu. Apa kamu nggak bisa ngerti juga?"

Aila tetap tak merespon.

"Kamu bisa kasih aku kesempatan, Ai. Kamu boleh tinggalin aku kalo emang aku nggak berubah sama sekali atau kamu tetap nggak bisa nerima aku. Just give me one chance, no more."

"Maaf Kai, aku nggak bisa," jawab Aila akhirnya.

Kaival tersenyum sinis mendengarnya. Lalu wajahnya berubah datar, menatap Aila begitu tajam. "Kenapa? Apa alasannya?"

"Karena aku nggak punya rasa apapun sama kamu," jawab Aila lagi.

Detik selanjutnya, Kaival menarik pinggang Aila dengan kedua tangan cewek itu dikunci di belakang. Tangan satunya Kaival gunakan untuk menarik leher belakanga Aila agar tak bisa menghindar lagi.

"Kaival!" Aila benar-benar tak bisa bergerak, memiringkan wajah sekalipun dia tak bisa.

"Buktiin ke aku, kalo kamu emang nggak punya rasa sedikutpun," Kaival mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Aila.

Karena Aila terus berontak, Kaival mencengkram kedua tangan Aila serta tengkuk cewek itu semakin erat.

"Kamy nyakitin aku, Kai..." desis Aila dengan air matanya yang menetes.

Kaival tertegun. Bibirnya sudah akan menempel dengan bibir Aila, sedikit lagi. Dia langsung melepaskan Aila, menatap cewek itu dengan tatapan yang aneh.

"Sorry," ucap Kaival nyaris tanpa suara.

Aila semakin tersentak ketika Kaival berbalik dan langsung mmeninggalkanya yang masih mematung. Kaival terlihat begitu marah dan kecewa.

๑•ิ.•ั๑๑•ิ.•ั

Pengen tau pendapat kalian tentang:

-Aila

-Kaival

-Endingnya

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang