🌺13. War is begin!

17.9K 2.1K 290
                                    

DUAARRR!!

Suara ledakan tiba-tiba terdengar tepat di saat semua orang sedang terlelap tidur. Ledakan itu begitu keras hingga semua terbangun dalam keadaan yang begitu cemas. Satu persatu mulai keluar dari dalam Base Camp, mencari tau dimana asal ledakan.

Aila dan Kaival yang sedang tidur nyenyak dengan jarak yang terpisah cukup jauh, sama-sama terbangun. Mereka saling tatap dengan wajah pucat. Keduanya pun keluar untuk ikut melihat apa yang terjadi

"Ruang persediaan makanan!!" Pekik salah seorang prajurit yang lebih dulu melihat asap mengepul di atas, dari jarak yang cukup jauh.

Tenda tersebut berisi supply makanan untuk para prajurit. Letaknya cukup jauh dari tempat mereka tinggal saat ini, sengaja karena musuh biasanya selalu bisa mendeteksi keberadaan supply makanan lebih dulu sehingga mengira mereka semua juga tinggal di dekat situ. Jika supply makanan diledakkan, maka selanjutnya nyawa mereka pun akan berada di ujung tanduk.

"SIAGA SATU!!" teriak komandan Area Konflik.

"SIAGA PERANG!!" teriak Rayen memerintahkan para bawahannya.

"SIAP SIAGA!!" teriak semua prajurit yang langsung masuk ke tenda untuk memakai perlengkapan perang mereka.

Aila dan Kaival berlari ikut masuk ke tenda Keyra. Terutama Aila, dia harus mendiskusikan sesuatu pada Rayen.

"Kapten, kita nggak bisa membiarkan Keyra ikut," ujar Aila.

"Loh, nggak bisa gitu dong Ai!" protes Keyra seketika.

"Key, lo lagi hamil. Pikirin kandungan lo," ujar Aila lagi agar cewek itu tak salah paham.

"Aila bener, kamu nggak bisa ikut. Tolong..." mohon Rayen sambil menangkup kedua pipi Keyra.

"Tapi kalian harus hati-hati. Harus pulang," lirih Keyra dengan mata berkaca-kaca.

Rayen mengangguk. "Aku pasti akan pulang untuk anak kita. Aku nggak akan ninggalin kalian," janji Rayen. keduanya pun berpelukan, dengan Keyra yang mulai menangis.

Aila menoleh pada Kaival. "Kai, lo jaga Keyra di sini. Kami akan mengalihkan perhatian mereka. Tempat ini akan aman," minta Aila.

Tanpa menunggu persetujuan dari Kaival, Aila sudah berbalik untuk kembali ke Base Camp-nya, bersiap memakai semua perlengkapan perang. Belum jauh dia melangkah, Kaival sudah menarik tangannya.

"Terus gimana sama lo? Apa lo juga nggak bisa tinggal di sini aja?" tanya Kaival dengan tatapan cemas.

"Gue seorang prajurit, Kai. Tugas gue adalah berperang, bukan berlindung." Aila tersenyum tipis.

"Lo bakal baik-baik aja, kan?" lirih Kaival.

Aila melepas pegangan tangan Kaival. "Gue akan baik-baik aja," sahut Aila. Namun jawaban itu nampak tak meyakinkan, karena Aila akan pergi berperang, bukan ke pasar.

Kaival menangkup kedua pipi Aila. Dia mendaratkan kecupan yang begitu dalam ke kening cewek itu. Membuat Aila memejamkan matanya, meresapi hangatnya kecupan Kaival. "Hati-hati," minta Kaival.

Aila mengangguk. Mereka bertatapan cukup lama. Lalu setelah itu, Aila keluar dari tempat itu. Langkahnya begitu mantap, persis seperti prajurit sejati. Kaival menatap kepergian Aila dengan mata yang tak berkedip sama sekali.

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang