🌹10. Disambut oleh peluru

19.6K 1.8K 72
                                    

Aila dan kawan-kawan akhirnya sampai di bandara Area Konflik. Bandara tersebut ternyata pernah terkena serangan bom dari para musuh, sehingga bangunannya nampak tak lagi utuh. Banyak puing-puing berserakan di lantai, dibiarkan begitu saja.

Kedatangan mereka dijemput langsung oleh pimpinan tertinggi di Area Konflik. Tidak ada formalitas yang berlebihan di sana, dikarenakan tempat itu terlalu berbahaya untuk didiami berlama-lama.

"Ayo kita harus cepat," ajak Sang Panglima agar semua segera masuk ke mobil khusus yang telah dipersiapkan.

DUARRR!!

semua merunduk kaget karena tiba-tiba terjadi ledakan di sekitar sana. Saling tatap dengan ekspresi cemas pun terjadi antara satu dan yang lainnya. Aila dan Keyra mengeluarkan pistol mereka, selalu siap jika dibutuhkan.

DUARRR!!

ledakan kembali terjadi, bersamaan dengan Kaival yang tiba-tiba memeluk Aila hingga keduanya jatuh ke lantai.

DUM!

Reruntuhan sebuah batu besar jatuh tak jauh dari tempat Aila berdiri tadi. Tanpa refleks dari Kaival, mungkin kepala Aila sudah dihantam oleh batu tersebut.

"Lo nggak papa?" tanya Kaival dengan ekspresi begitu cemas. Keyra dan yang lainnya pun ikut berdatangan untuk mengecek kondisi Aila.

Aila menggeleng. Dia masih shock, selebihnya dia baik-baik saja. Tak terluka sedikit pun. Dengan dibantu oleh Kaival, Aila segera berdiri. "Thanks," ucapnya dengan tulus.

"Ayo kita harus cepat-cepat bergerak," ajak Panglima dengan wajah yang sudah sangat khawatir. Jika berita ini sampai ke telinga Angkasa, maka dirinya akan mendapatkan masalah. Dia tak menyangka, rahasia kedatangan pasukan ini ternyata diketahui oleh musuh, padahal usahanya untuk menutupi hal ini sudah begitu maksimal.

DOR!

Baru saja beberapa langkah, suara peluru sudah terdengar. Semua terkejut sambil menoleh ke Keyra yang terkena tembakan.

Aila mengerang marah. Matanya langsung mencari pelaku, mengarahkan pistol di tangannya ke sebuah bayangan yang ada di balik tiang tak jauh dari sana. Kaki Aila melangkah mendekat, meski dirinya sendiri bisa saja berada dalam bahaya.

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Aila menembak tiang tersebut sebanyak 4 kali ke kanan dan kiri, atas dan bawah. Pelaku langsung menampakkan diri ingin balas menembak, tapi dengan gesit Aila menembakkan peluru terakhirnya tepat mengenai dada pelaku.

DOR!

Pelaku seketika tewas.

Aila lantas masuk ke dalam mobil, dimana Keyra sedang berusaha menahan rasa sakit akibat terkena timah panas.

"Lo nggak papa?" tanya Kaival cemas. Dia sangat ingin membantu Aila tadi, tapi Keyra juga membutuhkannya.

"Nggak papa," jawab Aila. "Gimana Keyra?"

"Gue butuh operasi darurat, Ai," minta Keyra.

"Gue harus keluar," kata Aila sambil memegang senjata laras panjang yang ada di dalam mobil itu.

"Lo gila?!" Maki Kaival. "Lo mau mati konyol di sana?!"

Keyra menyentuh lengan Kaival, menggeleng kecil agar Kaival jangan berbicara terlalu kasar. "Ai, sebaiknya kita tetap di sini," minta Keyra.

Aila mendengus saat menatap Kaival. Adiknya Keyra itu sudah sangat mengganggunya saat di Jakarta, dan sekarang pun tetap saja menganggu.

"Gimana tangan Lo?" Tanya Kaival pada Keyra yang tengah memegangi tangannya yang terus mengeluarkan darah.

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang