🍒24. Dijodohkan

22K 2.3K 403
                                    

Siapa yang gemes sama cerita ini?

Ayooo sebelum lupa kasih vote lebih dulu, biar cepat update.
Juga, komen di setiap part yg kalian suka, biar spam komen.

Happy reading beibbbsss

🔥🔥🔥

Kaival mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Tak perlu menoleh, dari harumnya saja Kaival tau kalau yang ada di belakangnya itu adalah Aila. Dia berpura-pura tak perduli, meneruskan kegiatannya membongkar isi kulkas karena merasa begitu lapar. Dikarenakan rumah lagi ramai, Kaival menahan diri untuk ke Club agar orangtuanya tak merasa malu dengan perbuatannya yang suka pulang dalam keadaan mabuk.

"Kai, aku perlu ngomong sama kamu," suara Aila itu membuat pergerakan tanhan Kaical berhenti pada sebuah kaleng beer.

Kaival menegakkan tubuhnya setelah menggenggam kaleng beer tersebut. Dia menutup kulkas, berbalik dan menatap Aila yang juga sedang menatapnya.

"Aku..."

Baru saja Aila ingin bicara, Kaival sudah melangkah melewati cewek itu. Kedua bahu mereka bersinggungan seperti sapuan angin. Aila menatap Kaival tak percaya akan sikap cowok itu padanya, padahal dia sudah menahan gengsi untuk memulai.

Kaival, seakan sudah sangat tak perduli, terus melangkah tanpa menoleh ke belakang lagi. Dia terus menaiki anakan tangga, lalu masuk ke kamarnya dengan menutup pintu dengan bantingan sedikit keras.

Di kamarnya, Kaival melempar kaleng beer tadi ke cermin hingga percah berantakan. Dia tak bisa menahan diri lebih lama untuk mengabaikan Aila, terlebih saat melihat bola mata indah yang menatapnya bagaikan magnet. Untuk itu Kaival tak mau menatap Aila lebih lama, karena dia tak ingin menjadi lemah.

"Jangan muncul, Ai. Kalo kamu muncul, aku susah buat bertahan," lirih Kaival sambil meremas rambutnya sendiri.

Seharian ini Kaival sudah berdiam diri di kamar, tak ingin keluar hanya karena tak mau melihat Aila. Dia sampai beralasan sedang tak enak badan pada mamanya saat diajak berkumpul tadi.

"Jangan buat ini semakin sulit, Ai. Aku mohon pergi..." lirih Kaival lagi.

Tok. Tok. Tok.

Kaival menoleh ke pintu. Setelah diketuk, pintu itu terbuka tanpa izin. Kaival pikir itu Aila, tapi ternyata Keyra.

"Lo belum tidur?" tanya Kaival pada Kakaknya itu.

"Gimana mau tidur, lo berisik," jawab Keyra sambil melangkah masuk. Keyra langsung menemukan sumber dari berisik yang didengarnya tadi, ternyata berasal dari pecahan kaca di kamae Kaival. "Lo apain?" tanyanya tanpa terkejut sama sekali.

"Biasalah cowok," jawab Kaival bangga.

Keyra mendengus. "Berantem sama Aila bikin lo jadi tambah gila gini, Kai?" sindirnya.

"Apaan sih lo, Kak. Kalo kedatangan lo kesini cuma untuk ngomongin Aila, mending lo keluar deh."

Keyra menggelengkan kepalanya, Kaival memang keras kepala. "Gue nggak akan ikut campur kalo bukan karena ngeliat sahabat gue itu nangis. Lo apain?"

Kaival sebenarnya terkejut mendengar Aila menangis, tapi dia langsung memasang wajah tak perduli. "Emang mau gue apain?" tanyanya balik.

"Kai, kenapa sih keras banget gini? Gue tau lo masih cinta banget sama dia. Ngapain coba bohongin perasaan sendiri sampe sakit kayak gini?"

Kaival tersenyum sinis. "Gue lebih menikmati sakit karena menahan perasaan gue, ketimbang mencinta sendirian, Kak."

"Jadi lo berpikir, Aila nggak cinta sama lo? Lo buta, Kai?"

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang