🌹8. Tamu tak diundang!

19.6K 2K 114
                                    

Aila merasa senang karena akhirnya dia tak lagi tinggal di rumah Keyra. Bukan karena dia tak betah berada di sana, melainkan karena Kaival yang terus saja mengganggunya. Jujur, Aila merindukan suasana hangat di rumah Keyra, kekeluargaan yang begitu kental, jauh berbeda dengan apa yang dia dapatkan saat di rumah. Aila sendirian di rumah sebesar itu, kesepian setiap saat.

Tok. Tok. Tok.

Aila menoleh ke pintu. Dia turun dari kasur dan langsung membuka pintu.

"Non, ada tamu yang cari Non Aila di bawah," ujar seorang ART di rumah Aila.

"Siapa, Mbok?"

"Nggak tau, Non. Katanya sudah ada janji sama Non Aila."

Aila mengerutkan keningnya. Dia tak merasa membuat janji pada siapapun malam ini. Malah Aila berencana untuk menghabiskan masa liburnya itu tanpa gangguan siapapun.

"Gimana, Non, mau diterima?"

"Iya, Mbok. Suruh tunggu sebentar," minta Aila.

"Baik Non, permisi."

Aila pun menutup pintu kembali. Dia mengambil ikat rambutnya, menguncir rambutnya yang berantakan dengan model updo. Tak lupa, Aila meraih ponselnya, lalu keluar dari kamar.

Aila menuruni tangga yang berliku-liku di rumahnya itu, dengan langkah cepat. Dia ingin segera tau siapa yang datang, apalagi orang itu sampai berbohong dengan bilang sudah membuat janji padanya.

Begitu Aila sampai di ruang tamu, senyum menyebalkan Kaival langsung saja menyapanya.

"Elo?!"

"Hai Aila..." Sapa Kaival sambil melambaikan tangan.

"Ngapain Lo ke sini?!" Sentak Aila.

"Ngapel lah. Ini kan malem Minggu," Kaival menaikturunkan alisnya.

"Gue lagi nggak nerima tamu!" Bentak Aila.

"Dan gue bukan tamu," sahut Kaival.

Kening Aila berkerut karena tak mengerti maksudnya.

"Gue ini calon pacar Lo," ujar Kaival menjawab kebingungan Aila itu.

Aila langsung memutar kedua bola matanya, jijik mendengar itu. "Kai, mending lo pulang deh. Karena beneran, gue lagi nggak mood banget ngeladenin Lo." Tanpa rasa segan, Aila mengusir Kaival.

"Nggak mau. Gue jauh kali ke sini. Dikasih minum juga belum. Enak aja nyuruh pulang," Kaival duduk kembali di atas sofa empuk di situ.

Aila melotot pada Kaival.

Kaival cuek. Dia mengedarkan pandangan menatap isi rumah Aila yang semuanya barang-barang mahal. Terutama pajangan guci, kritsal, serta lampu gantung di plafon yang harganya sudah pasti mencapai ratusan juta.

"Rumah sebesar ini, Lo tinggal sendirian?" Tanya Kaival, berusaha akrab dengan obrolan santai.

Aila pun duduk di sofa yang berhadapan dengan Kaival. Dia ikut melihat isi di dalam rumahnya itu. "Ada tukang kebun, sopir, satpam, pembantu dan..."

"Hewan peliharaan Lo," potong Kaival.

Aila mengangguk. Mungkin Kaival sudah bertemu dengan si anjing lucu yang berada di luar rumah. Meski memeliharanya, Aila sama sekali belum pernah menyentuhnya. Dia hanya suka melihat hewan mungil berbulu lebat, berjalan layaknya peragawati.

"Kenapa nggak pelihara kucing aja?" Tanya Kaival.

"Udah pernah, nggak hidup lama," jawab Aila.

Kaival mengangguk paham. "Itu karena Lo nggak urus dengan baik. Kucing itu sebenernya punya nyawa banyak loh, Ai. Tapi, dia rentan terhadap penyakit kalo Lo nggak rutin kasih makan. Saat dia udah kelewat lapar, dia justru udah nggak mau makan lagi. Lama-lama mati deh," Kaival menjelaskan secara detil.

Aila terperangah mendengar penuturan panjang lebar mengenai seekor hewan dari mulut hewan buas sendiri.

"Gini-gini, gue juga suka sama hewan apa aja. Pengen pelihara tapi nggak dibolehin Mama, soalnya Kak Keyra sejak kecil alergi sama bulu hewan."

Aila baru tau kalau Keyra punya alergi pada bulu hewan. Pantas saja Keyra cuma sekali mau diajak ke rumahnya, selebihnya nolak dengan berbagai macam alasan. Jadi karena ada anjing di rumahnya?

Kaival berpindah duduk ke sebelah Aila, membuat cewek itu refleks bergeser. Dia menatap Kaival dengan wajah penuh curiga, "mau apa Lo?" Tanyanya sambil memicingkan mata.

"Astaga, Lo ngeliat gue udah kayak ngeliat orang jahat tau nggak. Sakit hati gue..." Kaival berakting dengan memegangi dadanya yang dia bilang sakit karena cara Aila itu.

"Udah deh, Kai. Mending lo pulang deh dari pada gue naik ke atas dan ninggalin Lo sendirian di sini."

"Coba aja," tantang Kaival. "Gue mau lihat seberapa lama lo tega ngebiarin gue di sini sendirian dan gue nggak akan pulang sebelum Lo nemuin gue."

Aila menghela nafas. Kaival benar-benar membuatnya stres. "Kai, please... Gue bener-bener lagi nggak mood," bujuk Aila lagi.

"Gue bikin mood, mau nggak?" Pancing Kaival.

"Caranya?"

"Ciuman," jawab Kaival tanpa ragu.

"Mesum dasar!" Aila mendengus geram. Dia hendak berdiri tapi Kaival menarik tangannya hingga tubuhnya terguling di sofa dan seenaknya, Kaival malah menindihnya.

"Kaival gue teriak nih, ya!!" Ancam Aila sedikit marah.

"Teriak aja, Ai. Dikeroyok sama semua penghuni kompleks rumah ini juga gue rela," jawab Kaival.

"Lepasin..." Aila terus berontak. Entah bagaimana caranya agar dia bisa melawan kekuatan Kaival. Dia sudah dilatih untuk menghadapi musuh. Berbagai latihan militer yang begitu berat juga telah dia jalani. Tapi saat berhadapan dengan Kaival, Aila merasa tak memiliki sedikit saja tenaga.

"Gue mau buktiin sama Lo, ciuman itu emang bisa merubah mood menjadi lebih baik," bisik Kaival dengan wajah yang kian mendekati wajah Aila.

Nyaris saja bibir keduanya bersentuhan, tapi Aila bisa mengelak dengan melengos, sama seperti biasanya. Kaival tersenyum, dia merasa kagum dengan pertahanan tubuh Aila dalam menerima rangsangan yang dia berikan. Kalau cewek lain, sudah pasti akan menerkamnya duluan dalam kondisi seperti ini.

Aila terus saja menghindari ciuman. Dia benar-benar tak ingin disentuh oleh Kaival. Terutama saat mengingat Kaival pernah berciuman dengan banyak wanita.

"Hahhh," Kaival mendesah kecewa. Dia melepaskan Aila karena selalu mendapatkan penolakan. "Kalo aja cewek lain, Ai, gue bakal pakek tenaga buat maksa Lo ciuman," beritahunya.

Aila kembali duduk. Jantungnya berpacu cepat seiring dengan desiran aneh di tubuhnya yang begitu kentara. Tak bisa dipungkiri, Aila akan jatuh bila terus diuji oleh sikap Kaival yang seperti ini.

Kaival seperti roller coaster, kadang bersikap manis, cool, lembut, annoying, dalam satu waktu bersamaan.

"Kenapa sih Ai, nolak mulu? Cuma ciuman ini..." Karena Kaival yakin Aila mana mungkin tak pernah berciuman.

"Karena gue nggak suka, ciuman sama cowok yang udah dibekasin sama banyak cewek," tukas Aila.

Tepat mengenai jantung Kaival yang seketika terdiam dan membiarkan Aila meninggalkannya.

Apa gue sebajingan itu?

๑•ิ.•ั๑

PROMO EBOOK PDF KAILA 1-3 ONLY 100k

Untuk Ebook lainnya juga promo ya, jadi buruan mumpung murah dan dapetnya Original 100%

CHAT ADMIN:
WA 0813-777-333-41 (Fast Respon)

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang