🌹6. Mencari bukti

22.1K 2K 125
                                    

Langit pagi ini begitu gelap. Cuaca mendung menyelimuti bumi sejak subuh tadi. Mentari pun tak mau menampakkan diri, membuat udara dingin makin menusuk-nusuk kulit. Aila merapatkan cardigan-nya, dia sudah sampai di Arkadia jauh sebelum bel masuk berbunyi, lantaran takut kalau-kalau hujan sementara dirinya harus berjalan kaki dari halte bus ke Arkadia.

Karena masih sangat pagi, Arkadia tentu saja sepi. Hanya ada Satpam, OB, dan segelintir murid berkacamata tebal yang memang sudah biasa datang lebih awal. Namun tatapan Aila tiba-tiba bertemu dengan satu sosok yang nampak begitu mencurigakan.

"Ibu Zainuri pagi-pagi gini udah dateng?" Gumam Aila dalam hati.

Aila melangkah melewati lorong yang menuju ke ruangan kepala sekolah. Dengan langkah yang teramat santai, dia membuat dirinya tak terlihat mencurigakan. Begitu sampai di depan pintu yang tertutup, Aila langsung mengeluarkan sebuah tablet dari dalam tasnya.

Mata Aila nampak waspada mengamati ke sekeliling. Layar tabletnya menampilkan keseluruhan dari ruangan kepala sekolah. Tanpa sepengetahuan Ibu Zainuri, Aila telah memasang CCTV tersembunyi di ruangan itu di hari pertama dia menjadi murid baru.

Terlihat, Ibu Zainuri mondar-mandir dengan raut wajah gelisah. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi, yang membuatnya begitu tak tenang seperti ini.

Ibu Zainuri nampak mengeluarkan ponselnya menelpon seseorang. Aila langsung memasukkan IP dari nomor ponsel yang telah disadap itu untuk didengarkan juga. Tak lupa, dia memasang handset ke telinganya.

"Terus bagaimana? Denis sudah mengancam saya, dia akan membeberkan segalanya."

"Jangan cemas, Bu. Kita masih bisa membujuk Denis lagi."

"Saya mana bisa tenang! Denis itu tidak pernah main-main, Pak Handoko. Anda pengacara saya yang sudah saya bayar sangat mahal, anda harus bisa menyelesaikan ini!"

Tut. Tut. Tut.

Sambungan telepon langsung terputus. Aila tersenyum, Keyra sepertinya berhasil membuat Denis mau membongkar kejahatan Ibunya itu.

Tiba-tiba, alunan lagu dari seconhand serenade yang berjudul stay close, berbunyi memecahkan keheningan. Aila begitu terkejut karena dia lupa mematikan dering ponselnya itu.

"Siapa di sana?!" Suara Bu Zainuri.

Bu Zainuri pasti turut mendengar nada panggilan dari ponselnya itu. Aila dengan sigap langsung berlari sebelum ketahuan. Setelah dirasa aman, Aila mengeluarkan ponselnya. Ternyata Keyra yang menelpon, dia pun langsung menerima panggilan itu.

"Halo, Key..." Sapa Aila dengan tangan sibuk memasukkan tablet ke dalam tas.

"Hallo cantik..."

Aila mengerutkan keningnya. Dia langsung melihat layar hape untuk memastikan siapa yang menelponnya. Nama Keyra terpampang besar di sana, artinya memang penelpon berasal dari ponsel Keyra.

Kaival!

"Halo... Halooooooooo."

Dengan gerakan malas, Aila meletakkan ponsel ke telinganya kembali. "Mau ngapain sih Lo nelpon gue? Kenapa Lo pakek hapenya Keyra?" Todong Aila.

"Karena gue tau, kalo gue nelpon Lo pakek nomor gue sendiri, Lo pasti nggak akan angkat."

"Berarti Lo cukup pinter untuk tau kalo itu artinya gue emang nggak mau ngomong sama Lo."

Kaival terdengar tertawa.

"Ada apaan? Buruan!"

"Gue cuma mau bilang..."

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang