🍒25. Bulshit!

23.6K 2.2K 392
                                    

"Kenapa diem aja, Ai? Kenapa nggak coba buat protes dan bilang kalau aku itu punya kamu!" Jerit Kaival.


Aila meremas tangannya sendiri. Sulit untuknya bersikap biasa aja di saat Kaival menggunakan keluarganya untuk memintanya jujur. Aila bahkan tak berani berbalik, menatap semua orang yang turut menunggu jawaban atas pertanyaan Kaival tadi.

Kaival berjalan mendekati Aila, berhenti tepat di depan cewek itu. Mereka berdua bertatapan, dengan jenis kerinduan yang sama.

"Bilang ke aku, kamu baik-baik aja saat Oma bilang ingin menjodohkan aku. Bilang Ai," suruh Kaival.

Keyra dan Rayen telah selesai bersiap, begitupun Triva. Ketiganya memilih untuk bergabung menyaksikan drama apa yang akan dipertontonkan oleh Kaival dan Aila.

"Kamu tinggal bilang, kamu izinkan aku untuk menerima perjodohan itu, maka aku akan terima."

Aila hendak melangkah pergi namun tangan Kaival menahan tangannya. "Jawab-aku-lebih-dulu," tekan Kaival.

"Seru banget," Vallen berbisik pada Felisha. "Jangan berisik," sahut Felisha tak mau diganggu.

Lagi-lagi Aila berniat pergi, membuat Kaival kesal setengah mati. Kaival memutar tubuh Aila, dengan cekatan tangannya mengambil pistol di tubuh Aila lalu menodongkan pistol itu ke kepala cewek itu. Membuat semua orang terkejut bukan kepalang. Para orangtua menjerit meminta Kaival jangan main-main dengan benda itu.

"Aku lebih suka liat kamu mati, dari pada kamu tinggalin kayak gini. Aku hampir gila, Ai, nyoba buat ngelupain kamu!" Kaival berkata jujur. Dia tak lagi bisa menyembunyikannya.

"Aku nggak pernah ninggalin kamu," sahut Aila kemudian.

"Bulshit! Terus kenapa kamu nggak dateng malam itu?!" Kaival melempar pistol itu hingga terpelanting jauh ke ruang tamu.

Semua menahan nafas, emosi Kaival yang meledak menciptakan suasana mencekam di rumah itu. Mereka tak ingin ikut campur, tapi kasihan melihat Aila dibentak-bentak seperti itu.

"Mama sih, main jodoh-jodohin segala," keluh Tansa pada Oma Vanessa.

"Mama kan cuma mancing doang," sahut Oma Vanessa yang seketika menyesal.

"Kamu pemain yang hebat, Aila," puji Kaival dengan desisan senyum sinis. Kaival kemudian melangkah, memilih untuk pergi daripada terus dibuat kecewa oleh sikap Aila.

"Malem itu aku dateng, tapi kamu udah nggak ada," kata Aila kemudian.

Langkah Kaival seketika terhenti, dia berbalik untuk menoleh dan menatap Aila. Kaival meneliti wajah Aila, mencari kejujuran di balik deretan kalimat yang diucapkan cewek itu tadi.

"Maaf kalau aku terlambat dateng, sampe akhirnya Cleopatra lebih dulu nemenin kamu," Aila tersenyum miris.

Kaival terkejut, jika Aila mengetahui soal Cleopatra maka berarti Aila memang benar-benar datang malam itu.

"Aku terlambat karena saat di jalan menuju ke sana, aku dikejar oleh segerombolan orang nggak dikenal. Aku terpaksa harus selesain mereka dulu, sebelum nemuin kamu. Tapi ternyata..." Aila menunduk, tak sanggup menyebut nama Cleopatra untuk kedua kalinya.

Kaival langsung mendekati Aila, menangkup pipi cewek itu dan menariknya ke atas agar mereka bertatapan. "Kenapa kamu nggak nelpon aku?" tanyanya.

"Buat apa? Mengganggu kesenangan kamu sama cewek itu?"

Kaival tertegun. "Siapa yang bilang yang bilang sama kamu?" tanyanya.

"Nggak perlu ada yang bilang Kaival. Kami para Agent bisa melacak keberadaan siapapun, bahkan melihat apa yang mereka lakukan cuma dengan menempelkan ini..." Aila menekan tengkuk belakang Kaival, lalu menunjukkan benda lempeng berukuran kecil, berwarna hitam yang dalam beberapa detik kemudian langsung berasap.

Kai-LaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang