🔥1.ANAK BARU🔥

6.2K 177 5
                                    

Hari masih menampakkan gelap gulita, matahari belum menampakkan senyumannya, hawa dingin masih terasa menyengat di kulit, membuat sebagian manusia yang ada di bumi malas untuk beranjak dari kasurnya. Ditambah lagi saat ini sedang memasuki musim penghujan.

Suara adzan shubuh mulai berkumandang merdu. Pagi yang begitu dingin ini tidak membekukan semangat seorang gadis berambut coklat, ia sudah siap untuk melaksanakan kewajibannya.

Setelah melaksanakan kewajibannya, kedua kakinya turun dari anak tangga dan menuju ke arah dapurnya.

"Eh non Cinta udah bangun?"

"Sudah bi, Cinta bantu masak ya."

"Eh gak usah non,ini kan udah jadi tugas bibi."

"Gakpapa kok bi."

Tidak terasa jarum jam menujukkan ke angka enam, gadis yang kerap disapa Cinta itu langsung bergegas mandi. Hari ini adalah hari pertamanya menjadi murid baru di salah satu SMA yang ada Jakarta. Di hari pertamanya ia tidak mau di cap sebagai siswi yang suka melanggar aturan.

"Bang anterin Cinta ya! Kampus bang Danu sama sekolahnya Cinta kan lumayan deket," ujarnya ketika dirinya sudah lengkap dengan seragam baru dengan rambut yang dibiarkan tergerai.

Danu menoleh ke adiknya sekilas, lalu ia kembali membalikkan badannya, "Kedua kaki lo masih utuh! Gak usah ngerepotin!"

Cinta menatap nanar kepergian kakaknya, di hari pertamanya mau tidak mau ia naik taxi.

***

Ragu-ragu, kedua kakinya melangkah masuk ke dalam pelataran sekolah barunya. Dirinya bernafas lega karena dirinya tidak menjadi pusat perhatian seperti yang ada di novel-novel.

Kedua kakinya berhenti ketika melihat sekelompok anak laki-laki bersenda gurau di pinggir lapangan. Dirinya menghela nafas sejenak, lalu kembali melangkah menghampirinya.

"Permisi, maaf menganggu waktunya sebentar."

Sontak saja mereka langsung menoleh ke arah sumber suara, mata mereka menilai penampilan Cinta dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Kenapa?" tanya cowok yang berambut sedikit gondrong maju mendekati Cinta.

Cinta melirik ke name tag yang melekat di seragam cowok itu, Alanker Revox.

"Mau nanya, ruang kepala sekolah di mana ya kak?"

"Di mana ya?" bukannya menjawab, Alan malah berbalik tanya,"Di mana Van?" tanya Alan kepada temannya.

"Di sini," jawab Devan sambil mengukir gambar hati di dadanya.

"Gila lo!" timpal teman satunya yang bername tag Erik Raxer, dia meninju kepala Devan, kemudian cowok itu beralih menatap ke arah Cinta, "Lo anak baru ya?"

Sudut bibirnya terangkat ke atas, "Iya kak."

"Ya udah berhubungan lo anak baru, jadi lo harus bayar pajak dulu, serahin uang lo ke gue!" timpal Alan sambil mengulurkan tangan kanannya.

Sementara, salah satu alis Cinta terangkat ke atas, matanya menyipit, "Uang? Uang apa kak?"

"Lo tau uang gak sih!" gertak Devan melototkan matanya.

"Iya gue tau, maksudnya uang buat apa? Kenapa kalian minta sama gue?" tanya Cinta sekali lagi, datang nanya baik-baik tiba-tiba ditanyain masalah uang, siapa yang tidak aneh coba.

"Bacot! Serahin uang lo sekarang!!"

"Tapi gue gak punya uang." Cinta mencoba untuk menahan kekesalannya, jangan sampai dirinya di cap jadi anak jelek di sekolah barunya.

"Gue sumpahin jadi pinicio lo! Btw hidung lo mancung banget, operasi di mana?" tanya Devan dengan kekehannya seraya mendekatkan diri kearah Cinta.

"Stop Dev! Lo itu malah bercanda. Aura kejantanan kita berkurang gara-gara sikap lo kek orang sinting!" ujar Erik  mulai kesal dengan tingkahnya konyolnya Devan. Tidak Alan tidak Devan sama aja.

Sementara Alan membuang permen karet yang sudah tidak ada rasanya ke tanah, dengan gerakan cepat tangannya merampas kasar tas bewarna tosca yang melekat di punggung Cinta.

"Sabar Cin sabar," batinnya sambil memejamkan matanya sejenak.

"Kalau lo mau tas lo! Ambil nih!"

Cinta menjinjitkan kakinya untuk menggapai tasnya yang ada di tangan Alan,"Kak balikin!"

"Lo mau tas lo balik kan?"

Dengan polosnya Cinta menganggukkan kepalanya, menampilkan wajah imutnya agar Alan itu sedikit luluh.

"Yaudah ambil aja." Bukannya menyerahkan tas itu kepada sang pemilik, cowok berambut sedikit kriting itu mengangkat tangannya lebih tinggi lagi.

Sementara Erik dan Devan hanya tertawa menyaksikannya.

"Makanya tumbuh itu ke atas dek!" ucap Devan disela-sela tawanya.

Erik menghentikan tawanya, lalu ia memandang remeh gadis yang menjadi sasaran bullyan temannya, "Udah kecil, kurus, pendek, dekil lagi hahaha."

"Anjay! Apa yang kalian lakukan!"

Tidak jauh dari tempat lokasi di mana gadis itu di bully, munculah seorang cowok maskulin dan bermata hazel berdiri dengan gagahnya. Matanya menatap tajam terhadap objek di depannya.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Follow IG ku
Mau follback tinggal DM aja okey!

Jangan lupa tinggalkan jejak yaFollow IG kuMau follback tinggal DM aja okey!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang