🔥6. KEMBAR YANG BERBEDA🔥

2.5K 99 4
                                    

Cinta menatap Singgih, saat itu juga jarak wajah mereka dekat sekali, sampai hembusan nafasnya terasa.

Entah siapa yang memulai, salah satu dari mereka mengalihkan pandangannya.

"Kita duduk di sana ya, "ujar Singgih sambil menunjuk bangku yang tidak jauh darinya.

Cinta melirik ke arah bangku itu, di sana ada tas hitam yang ia yakini itu milik kakak kelasnya yang ada di depannya ini, kemudian pandangan gadis itu beralih menatap Singgih seraya mengaggukkan kepalanya, "Iya kak."

Singgih membantu Cinta berdiri lalu memapahnya menuju bangku yang ia tunjuk sendiri. Setelah itu ia meraih tasnya dan membuka resletingnya, di dalam sana tangan kanannya mengeluarkan kantung putih, ditengahnya bersimbolkan tanda plus bewarna merah.

"Kak Singgih selalu bawa p3k ke sekolah?"

"Jatuh di saat tanding itu udah biasa. Jadi ini buat siaga aja," jawabnya sambil meneteskan betadin ke arah luka yang ada di lutut Cinta.

"Sstt awww."

Mendengar ringisan yang keluar dari mulut Cinta, membuat Singgih mendongakkan kepala menatapnya, "Sakit?"

Cinta menyengir lalu menganggukkan kepalanya, "Sedikit."

Singgih kembali mengobati lutut Cinta kali ini lebih hati-hati lagi.

Sementara Cinta terus memperhatikan Singgih yang telaten mengobati luka di lututnya, "Kak Singgih kalau luka ngobatin sendiri ya? kenapa gak minta bantuan PMR?"

"Kalau bisa sendiri kenapa minta bantuan orang lain, "jawabnya datar tanpa mengalihkan pandangannya.

"Tapi manusia kan makhluk sosial, butuh bantuan."

Barulah Singgih mendongak dengan wajah datar seperti biasanya, "Itu berlaku buat mereka. Enggak buat gue. " Setelah itu ia memasukkan obatnya ke dalam kantung, lalu beranjak dan meraih tasnya, "Gue ke kelas dulu."

Sementara tidak jauh dari Cinta dan Singgih berada, dua perempuan sedang mengamati mereka berdua.

"Mel itu yang tadi sama Singgih itu siapa?"tanya Kinanthi matanya terus mengamati ke arah Singgih yang mulai melangkahkan kakinya meninggalkan seseorang gadis.

Sementara Amel melihat Cinta dengan tatapan tidak sukanya, "Masa sih pacarnya?!"

Mata Kinanthi beralih menatap Cinta, "Dia adek kelas ternyata."

"Baru tau kali ini gue lihat Singgih dekat banget sama cewek! Apalagi pake segala ngobatin lukanya lagi!"

"Iya. Singgih kan anti sosial benget ya. "

"Gak! Ini gak bisa dibiarin! Tuh cewek adik kelas gatel banget! Gue harus kasih pelajaran biar tau rasa!"

Kinanthi menghela nafasnya, menoleh ke samping, "Lo tuh apa apaan sih Mel?! Kita itu kakak kelas, seharusnya kasih contoh yang baik ke adik adiknya."

Sementara Amel memanyunkan bibirnya, mendapat ceramahan dari Kinanthi sudah menjadi makanan keseharian-hariaannya.

Kinanthi tersentak ketika ada seseorang yang memeluknya dari belakang, "Pagi sayang, ngapain kok ada di sini hm?"

Tanpa membalikkan badannya ia tahu siapa pemilik suara itu, "Pagi juga sayang."

Bara melepaskan pelukannya, lalu mengusap puncak kepala kekasihnya dengan sayang, "Ngapain pagi-pagi kok udah ada disini?" tanyanya lagi.

"Oh gak  apa-apa kok, btw tumben datangnya pagi-pagi gini?"

"Hmmmm kenapa yaa? mau tau aja atau mau tau banget nih?"

Bara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang