🔥33. BERUBAH?🔥

1.2K 64 35
                                    


***

Bara membanting tasnya ke atas meja dengan kasar, membuat seisi kelas menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Bara memejamkan mata sejenak mencoba mengatur nafasnya yang masih memburu, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk bahunya dengan pelan. Dengan rasa malas kedua matanya terbuka, dan di sana sudah terpampang jelas wajah cewek yang menyebelkan untuk di lihat, lalu gadis itu duduk di sebelahnya.

"Apa?!"

"Pagi-pagi mukanya kok ditekuk gitu? Ada masalah apa Bar?" tanya Amel mengenggam tangan Bara.

"Bukan urusan lo!" jawab Bara ketus menghempaskan kasar tangan Amel dari tangannya.

"Kok gitu sih Bar? Gue kan cuma nanya keadaan lo dong. Kok lo sekarang jahat sih sama gue? Gue salah apa?"

"Gue bilang ini bukan urusan lo!"

Pandangan Bara kini beralih kepada Kinanthi. Gadis itu berjalan melewatinya.

Bara langsung berdiri dari tempat duduknya dan ia menyusul langkah Kinanthi, lalu mencekal lengannya.

Kedua mata Kinanthi melotot, ketika ada yang menyentuh tangannya.

"Apaan sih lo?! Lepasin nggak?!" teriak Kinanthi galak, mungkin gadis itu masih dendam kepadanya.

"Ikut gue bentar!"

"Ogah!"

"Tanpa ada penolakan!"

Bara pun menyeretnya menuju halaman belakang sekolah.

Setibanya

"Lepasin! Gak usah pegang-pegang! Gue gak sudi disentuh oleh kuman kayak lo!"

Mendengar ucapan dari Kinanthi, Bara menatapnya sinis.

"Gini-gini lo juga pernah suka sama gue!"

"Haha ternyata lo masih kayak gini ya.. Murahan tau gak?!"

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kinanthi, Bara menggeram marah, bahkan ia hampir menamparnya namun ia urungkan karena ia sadar Kinanthi itu seorang perempuan. Hanya orang banci yang berani main kasar terhadap seorang wanita.

"Kenapa? Tampar aja! Ayo tampar!" ujar Kinanthi menantang sambil menunjuk-nunjuk pipinya sendiri.

"Lo?!" Bara menunjuk wajah Kinanthi dengan jari telunjuknya.

"Apa? Denger ya Abyan Bara Wiryamata, lo itu tetap sama! Bara yang murahan! Semua cewek lo mau! Ckck dasar murahan!"

"Diem lo bitch!"

Kinanthi tersenyum sinis, melipat kedua tangannya di dadanya,"Gimana rasanya jadi cowok murahan? Eh ralat, tampangnya aja cowok, tapi tuh mulut udah sebelas duabelas sama cewek!"

"Jaga ucapan lo! Lo itu cewek gak punya perasaan apa hah?!!"

"Ngaca sana Bar! Justru lo itu yang gak punya perasaan!"

"Maksut lo apa hah?! Lo masih dendam sama gue?!"

"Gue cuman pengen tau aja, sakit gak di bilang murahan?!"

Bara terdiam.

"Sakit kan? Lo cowok aja  sakit hati, apa lagi cewek yang dikatain murahan apa gak hancur hatinya!"

"Maksut lo apa? Jangan basa-basi!"

"Lo udah nyakitin Cinta! Dan gue gak terima! Mau apa lo hah?!"

Jadi Kinanthi tau pertengkarannya dengan Cinta?

"Lo gak tau apa Kin!"

"Gue tau lah karena gue cewek! Lo pikir dengan mulut lamis lo dia gak sakit hati apa?!"

"Gak usah ikut campur deh lo! Di sini lo bukan siapa-siapa!"

"Cewek itu diciptakan untuk dilindungi bukan disakitin! Kalau seseorang memang tulus mencintai, dia  gak bakal berani menyakiti!" ujar Kinanthi lalu ia pergi meninggalkan Bara yang mematung di tempatnya.

Bara terkekeh pelan.
Jelas saja Cinta lebih memilih Singgih karena Singgih tidak pernah menyakitinya. Sementara dirinya? Hahaha Orang bodoh pun bisa memilih kalau Singgilah memang terbaik.

Arggghh
Penyesalan memang selalu datang di akhir

***

Sedari tadi Cinta duduk melamun di bangkunya, tanpa ia sadari Abel sudah datang dan duduk di sebelahnya.

Seketika lamunannya buyar

"Eh hai Bel! Sudah dari tadi ya?"

Abel tidak menjawab dan juga tidak menoleh, gadis itu fokus dengan buku yang ada di tangannya.

"Yah dicuekin, btw sejak kapan lo suka baca?"

Lagi-lagi Abel mengabaikannya ia masih setia membaca buku tanpa ia sadari bukunya terbalik.

"Abel! Dengerin gue dong, gue mau curhat nih!"

Abel menoleh dan menatanya malas, "Apaan sih?! Gak usah ganggu gue bisa?"

"Haha lo kenapa sih Bel? Gak nyadar ya buku yang lo baca itu terbalik?"

Abel yang menyadarinya langsung melotot dan langsung menutup buku tersebut lalu menaruhnya kembali ke dalam tasnya. Setelah itu ia berdiri dari bangkunya dan meraih tasnya lalu...

"Eh Vik tukar bangku ya! Gue duduk di bangku lo dan lo duduk di bangku gue."

Cinta yang mendengarnya itu langsung berdiri dari tempat duduknya, dan menatap heran ke arah Abel.

"Biar gue aja yang duduk di bangku lo dan lo duduk di bangku gue," ucap Nada sambil menenteng tasnya.

"Oh oke."

"Maksut lo apa sih Bel? Kenapa lo kaya gini? Lo itu aneh, gak kaya biasanya tau nggak?"

Abel tidak menghiraukan pertanyaannya, gadis itu memilih duduk di bangkunya Nada.

Sementara Nada mulai duduk di bangku Abel yang bersebelahan dengan Cinta, bisa dikatakan satu meja.

Cinta menatap sinis ke arah Nada duduk di sebelahnya.

"Gak usah sinis-sinis gitu kali, gue bukan macan."

"To the point. Mau apa lo sebenarnya?"

"Gue cuman ingin memperbaiki kesalahan gue ke lo Cin, gue mau berubah."

"Maksutnya?"

"Bantu gue jadi orang baik lo."

"Lo serius? Atau jangan-jangan ini sebagian dari rencana lo?"

"Gue serius Cin, gue pingin jadi orang baik karena itu permintaan Nyokap gue. Nyokap gue sekarang lagi sakit gue gak mau ngelihat dia sedih dengan sikap gue."

Cinta menatap kedua mata Nada, dan benar saja, tidak ada kebohongan di sana.

Cinta menghela nafasnya, "Oke gue percaya, lo emang harus berubah Nad."

"Maafin kesalahan gue ya Cin. Gue banyak salah sama lo."

"Iya gue udah maafin."

"Cin, boleh gak gue minta satu permintaan?"

"Apa?"

"Lo mau gak jadi sahabat gue?"

***

Hallo apa kabar?

Jangan lupa vote and komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote and komen

Bara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang