🔥3.BUDAK?🔥

3.7K 118 4
                                    

PERHATIAN!
Banyak mengandung kata-kata kasar dan tidak baku. Jadi, berbijaklah dalam berkomentar😊

***

Bel istirahat pun berbunyi nyaring memekikkan telinga, namun hal itu justru membuat siapa yang mendengarnya langsung memasang wajah berseri-seri.

Termasuk Cinta dan Abel kini sudah duduk anteng di kursi panjang yang ada di kantin.

"Cin lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin, lo tunggu di sini aja. "

"Bakso sama es teh Bel. Oh ya es batunya dibanyakin ya!"

"Okey siap." Abel beranjak dari tempat duduknya, lalu ia bergegas memesan makanan.

Sementara Cinta mengamati suasana kantin yang lumayan ramai. Ada yang menggerutu karena mengantre panjang, ada yang sudah menyantap makanannya dengan khidmat, ada yang melamun entah memikirkan apa, ada yang bernyanyi dengan sapu yang menjadi gitarnya, ada yang menjahili temannya, dan ada juga yang sibuk dengan ponselnya.

Sudut bibirnya terangkat ke atas, ternyata seperti ini suasana kantin sekolah yang ada di Jakarta.

Lamunannya buyar ketika mendengar suara decitan kursi di depannya. Ternyata itu Abel sudah datang membawa nampan berisi dua gelas es teh, satu mangkok bakso, dan satu mangkok mie ayam.

"Makasih ya Bel," ujar Cinta dengan senang hati sambil menima mangkok baksonya.

"Okey sellow aja babe."

Tangan kanan Cinta menyendok sambal sebanyak dua sendok teh, lalu memasukkannya ke dalam mangkok baksonya.

Asap yang masih mengepul, membuat Cinta menggeser mangkoknya, mungkin ia harus menunggu beberapa menit untuk menyantapnya. Karena di dalam agamanya, dianjurkan tidak meniup makanan saat makanan itu masih panas.

Tangan kanannya beralih meraih es tehnya, mengambil es batu dengan sendok yang sudah disediakan, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Es batu merupakan makanan favnya ketika lagi gabut.

"Kak Singgih!" Suara lengkingan yang berasal dari mulut Abel membuatnya mendongak.

Sementara yang dipanggil menghentikan langkahnya mencari sumber suara.

"Sini kak! Di sini!" Abel melambaikan tangannya penuh semangat.

Sementara yang dipanggil langsung menuju ke meja di mana Abel berada, ia melangkah santai dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celananya.

Cinta memilih kembali fokus dengan es tehnya, tidak sopan kalau dirinya ikut mencampuri urusan Abel.

"Kak! Nanti calon osis kumpulnya di mana?"

"Aula, infokan juga kepada lainnya," jawabnya yang terdengar cuek.

"Oke kak siap!" Tangan kanan Abel terangkat membentuk sebuah hormat, kemudian ia beralih menoleh ke sampingnya, "Oh ya Cin lo kok gak ada niat ikutan nyalon jadi anggota osis gitu? Ikutan yuk bareng gue!"

Ucapan Abel membuat Cinta kembali mendongakkan kepalanya, ia menatap cengo, masa iya dirinya masih anak baru di suruh ikutan osis, Ia menggaruk tengkuknya yang sama kali tidak gatal, "Hmm gimana ya... Enggak deh Bel."

"Ikut aja lah biar gue ada temennya. Ayolah ikut Cin bareng sama gue, ikut ya ya ya, pliss lo harus ikut ya! Tapi gue gak maksa kok. "

Cinta melongo, gak maksa katanya? Terus tadi itu apa? Gadis itu kembali menggaruk tengkuknya, "Lihat nanti deh Bel."

Abel tersenyum kemudian Ia kembali menatap Singgih yang masih setia berdiri di sampingnya, "Oh ya kak kenalin, temen gue, dia masih baru di sini."

Singgih melirik ke arah Cinta, entah kenapa ia merasakan aneh dengan jantungnya sendiri , "Singgih dua belas mipa satu," ucapnya singkat tanpa mengulurkan tangannya.

Bara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang