Aku membalik halaman kertas berikutnya, berusaha berkonsentrasi penuh menyerap informasi dari rangkaian kata yang terusun dan lembar demi lembar yang semenjak tadi kutekuni di tengah celoteh Osha yang solah tiada henti. Ini memang terdengar kejam, tapi kedatangan Osha yang tidak diundang sore ini benar-benar menganggu. Dia bukanlah tipe manusia yang kuingunkan dalam kondisi perasaan yang tidak bisa membaik ini. Osha terlalu berisik dan sikapnya yang kadang berlebihan dalam menanggapi sesuatu sangat tidak cocok untuk manusia yang telah memutuskan menjadi hamba ketenangan sepertiku.
"Sekarang aku benar-benar percaya bahwa pasti ada hikmah di balik sebuah musibah."
Aku mengabaikan celetukan Osah yang diucapkan dengan bibir melengkung sempurna, wajahnya berseri-seri bertolak belakang dengan ekspresiku yang kini muram. Aku hanya berdecih pelan tak menanggapi lebih lanjut karena sedang membaca RPPH di tanganku. Meski menyusun sendiri, aku selalu mengulang mempelajari rencana pembelajaran yang akan kuterapkan esok hari.
"Ugh ... bukankah itu sangat seksi? Ya Tuhan makhluk indah itu seharusnya berkeliaran di halaman rumahku, bukan malah menjadi penjaga yang tak diharapkan di kediaman gadis yang tidak tahu lagi caranya bersenang-senang."
Aku tahu bahwa Osha sedang menyindirku, tapi perkataannya hanya terdengar seperti racauan yang tak berguna. Iya, tidak berguna karena segala sesuatu yang menyangkut Bayanaka adalah hal-hal tidak berguna dan tak perlu diindahkan bagiku. Lelaki itu adalah contoh makhuk penganggu paling nyata, bahkan ketika dia tidak melakukan apa-apa seperti sekarang, aku tetap bisa terganggu hanya dengan mengetahui bahwa sedari tadi sepupuku terus menerus memperhatikannya dan melontarkan rangkaian kalimat pujian yang membuatku mulai kesal. Ide untuk pura-pura tidur saat Osha datang tadi harusnya benar-benar kulakukan. Lihatlah sekarang, dia terus menerus menganggu konsentrasiku dengan kalimat-kalimat tidak jelas yang ia tujukkan pada Bayanaka.
"Siapa yang butuh dijaga oleh dia? Jika bisa aku malah berharap dia enyah dari hidupku."
Mata Osha memicing sebelum seringai menyebalkan ia lemparkan setelah mendengar ucapanku. "Apa sih yang telah Bayanaka lakukan hingga membuat gadis manis sepertimu bisa menunjukkan sikap permusuhan seperti ini?"
Untuk beberapa saat aku menatap Osha tanpa bicara sebelum mengedikkan bahu, memberi tanda bahwa aku sama sekali tak ingin menjawab pertanyaannya. Jika ingin jujur tidak ada tindakan Bayanaka yang menunjukkan usaha untuk menyakitiku, malah dia selalu berusaha bersikap akrab dan mendekat, hanya saja fakta bahwa dia adalah putra dari wanita lain papa, sudah bisa membuatku menganggapnya sebagai sosok yang harus dihindari dan secara alami aku begitu saja tidak menyukainya.
"Jangan terlalu benci, kata orang-orang benci dan cinta itu beda tipis."
Aku melotot pada Osha yang kini meringis. Dia tahu bahwa aku sangat membenci teori konyol seperti itu. Jika saja dia bukan sepupuku dan mengusirnya tidak akan membuat mama bersedih maka aku sudah meminta gadis berambut sebahu ini untuk hengkang dari rumahku.
"Lagi pula apa kamu tidak merasa berdosa telah mengabaikan nikmat Tuhan yang terpampang di depan matamu?"
Aku memejamkan mata, ternyata Osha belum selesai dalam usaha memancing reaksiku. Aku tahu sedari dulu ia sangat tidak suka diabaikan. Osha adalah tipe spontan dan kadang implusive dalam bertindak, sebuah gabungan yang harus kuterima apa adanya dalam diri gadis yang hampir selalu bersamaku sejak kami kecil. Menghembuskan napas perlahan dari mulut. Menutup RPPH milikku dan meletakkan di atas meja yang membatasiku dan Osha, aku menatap gadis berambut bergelombang yang kini sedang tersenyum lebar dengan tatapan yang tidak beralih dari sosok lelaki yang sedang bermain dengan Taksa di halaman rumahku, siapa lagi jika bukan Bayanaka.
"Dia tidak memiliki daya tarik yang bisa membuatku memperhatikannya secara lebih."
Osha menoleh padaku dengan sangat cepat. Aku meringis ngilu saat membayangkan jika hal yang dilakukan Osha bisa saja membuat tulang lehernya bergeser. Pemikiran yang jelas berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Akhir
Romance(Sedang dalam Proses Penerbitan dan sebagian part sudah dihapus). Pemenang Wattys2019 kategori Romansa. Sinopsis Aarunya Hira Mahawira selalu merasa hidupnya sempurna. Ia dikelilingi cinta yang melimpah tanpa batas. Tertanam jelas di kepala bahwa ia...