Lamaaa ya aku gk update? Hehe abis gk ada yg nagih, so aku slow bebih😏
Aku dan Osha sama -sama menghabiskan perjalanan pulang dalam kebisuan, maksudku aku lah yang berubah menjadi lebih pendiam, interaksi kami yang membutuhkan suara hanya terjadi saat Osha menanyakan martabak manis dengan toping apa yang harus ia pesen sebagai oleh-oleh untuk mama dan orang di rumah.
Benar, semenjak pembicaraan terakhir kami di restoran itu, aku lebih banyak membungkam mulut. Bukan karena tersinggung dengan apa yang diucapkan Osha, malah keterdiamanku karena aku tahu apa yang dia ucapkan memang benar adanya. Aku sedang berjalan menuju masalah-tepatnya aku sudah berada di dalam masalah. Ini semua karena perasaan tidak menentu yang kurasakan untuk Bayanaka.
Jujur saja, alasanku menggeret Osha menuju pantai itu, selain karena memang ingin membicarakan mama, juga karena perasaan kalut yang merudungku akibat tingkah Bayanaka. Demi Tuhan, aku uring-uringan dari semalam karena lelaki itu sama sekali tak mengirimkan satu chat atau meneleponku seperti kebiasaanya beberapa hari ini. Ternyata menerima perhatian darinya membuatku mulai terbiasa dan entah bagaimana hal itu bekerja, nyatanya aku merasakan gundah yang membuatku lelah. Mengerikan bukan?
Aku tidak bisa seperti ini, Bayanaka dan aku memiliki tembok tinggi yang terlalu sukar dilampaui. Papa dan bundanya telah membangun pemisah itu sejak awal. Aku bukan gadis yang cepat merasa ciut dalam menghadapi tantangan-yang dalam hal ini berarti masalah, hanya saja 'bersama' Bayanaka berarti menciptakan drama baru dalam kehidupan keluargaku. Tunggu sebentar, ada apa dengan kepalaku ini? Kenapa aku malah mulai memikirkan kemungkinan tentang kami sekarang?
"Kita sudah sampai, Sepupu. Ayo kita turun, jujur aku sudah bosan melihat tampang penuh dilema yang kamu tunjukkan dari tadi." Osha tak menunggu jawabanku, karena gadis berambut ikal itu sudah lebih dahulu turun dari mobil dengan menenteng plastik berisik kotak martabak manis yang ia beli dalam perjalanan pulang tadi.
Aku menyusul Osha kemudian, memasuki rumah yang sore ini tampak agak lenggang. Osha sudah mengucapkam salam dengan suara yang lantang, membuat Bi Maryam tergopoh menyambut kedatangan kami, lalu menerima buah tangan yang Ohsa sodorkan untuk kemudian di sajikan.
Mama tak lama muncul kemudian, menyapa Osha yang kini sudah meraih tangan mama untuk bersalaman, aku pun melakukan hal yang sama. Namun, saat bertatapan dengan mama, aku menatap kilat aneh dari sorot mata mama untukku. Mama mengajak kami duduk di sofa ruang keluraga dan aku menerutinya, meski di dalam hati yang ingin kulakukan adalah langsung mrrebahkan badan di atas tempat tidur karena merasa sangat lelah.
Dari Mama aku mengetahui bahwa kini Taksa sedang berada di kamarnya, bermain dengan action figur Superman yang baru dibelikan mama untuk bocah itu.
Bi Maryam datang tak lama, lalu menata cangkir-cangkir teh dan kartabak manis di atas meja, kemudian undur diri untuk kembali ke dapur. Osha dengan segera meraih cangkir tehnya, menyesap sedikit lalu mencomot satu potongan martabak manis yang kemudian berakhir di mulutnya. Osha dan mama terlibat percakanpan, sementara aku hanya menimpali beberapa kali jika ditanya. Aku sedang malas membuka suara. Dan sepertinya dua orang itu mengerti.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Osha pulang. Menyisakan aku dan mama sekarang. Aku baru hendak menuju dapur untuk mengambil satu piring kecil sebagai wadah martabak manis yang akan kubawakan untuk Taksa saat suara mama terdengar. "Mama ingin bicara, Sayang, bisakah?"
Aku menatap mama dengan kening berkerut. Kami memang tidak terlalu sering berinteraksi, tapi komunikasi kami juga tidak separah dulu, saat aku baru mengetahui kebenaran tentang hubungan papa dan Bulan. Namun, kini ekspresi yang ditampilkan mama hampir sama tegangnya seperti saat Mama harus menyampaikan kebenaran itu padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Akhir
Romance(Sedang dalam Proses Penerbitan dan sebagian part sudah dihapus). Pemenang Wattys2019 kategori Romansa. Sinopsis Aarunya Hira Mahawira selalu merasa hidupnya sempurna. Ia dikelilingi cinta yang melimpah tanpa batas. Tertanam jelas di kepala bahwa ia...