(Sedang dalam Proses Penerbitan dan sebagian part sudah dihapus).
Pemenang Wattys2019 kategori Romansa.
Sinopsis
Aarunya Hira Mahawira selalu merasa hidupnya sempurna. Ia dikelilingi cinta yang melimpah tanpa batas. Tertanam jelas di kepala bahwa ia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudahkah kalian membaca Simpul Mati?
Ini kisah tentang Sairaa seorang gadis desa yang jatuh cinta pada sahabat kakaknya. Abraham Alexander. Namun, sayang sekali, rasa cintanya yang teramat besar membuat Sairaa kehilangan segalanya. Kesucian, keluarga dan tentu saja janin yang coba ia perthankan, benih dari lelaki yang hanya menganggap Sairaa seorang Adik.
Kalian penasaran? 😊
😊😊😊😊😊😊😊
Aku menggelengkan kepala melihat Taksa yang masih kebingungan memilih tas yang ia inginkan. Hampir lima belas menit dan pilihan bocah itu berubah-ubah. Memang seperti anak seumurnya, tapi melihat keninganya yang terus menerus berkerut malah membuatku kasihan, seolah bocah itu sedang menghadapi pilihan termaha sulit menyangkut hidup dan mati.
"Kalau Adek bingung, ambil dua-duanya saja," saran Bayanaka, yang langsung membuatku melotot. Ck, itu pemborosan namanya, mengingat kemarin aku juga sudah membelikan Taksa sepatu dan tas.
"Tapi Aksa udah punya di rumah, kan kemarin dibeliin Kak Hira," jawab Taksa yang kini benar-benar tampak dilema dengan tawaran Bayanaka.
"Iya, tidak apa-apa, kan bagus kalau Adek punya tas banyak. Bisa diganti sering-sering." Pelotontanku bertambah tajam pada Bayanaka yang pura-pura tak melihatku.
"Tapi Aksa nggak butuh banyak, kata Bunda, mana yang perlu aja. Kalo banyak nanti nggak kepake, kasian."
Ada kagum terselip dalah hatiku mendengar jawaban Taksa. Tampak jelas bagaimana baik cara Bulan mendidik putranya, hingga bocah sekecil itu, mempertimbangkan segala sesuatu sebelum mengambil keputusan. Bukankah luar biasa? Aku sudah cukup berpengalaman berinteraksi dengan anak-anak seusia Taksa, di mana di umur seperti itu, mereka cenderung mengikuti keinginan mereka.
"Kali ini ambil saja. Anggap hadiah dari Kak Naka karena Adek sudah pintar sekali, gimana?" bujuk Bayanaka kembali.
"Nggak usah, Kak Naka, Aksa maunya satu, itu juga hadiah kan dari Kak Naka. Hadiah nggak usah banyak-banyak. Aksa tetep suka."
Bayanaka menghela napas dan aku menyeringai puas, lelaki itu akhirnya bertemu dengan lawan seimbang yang tidak bisa dia debat seenak hati. "Ya sudah, kalau begitu sekarang Adek pilih, maunya yang mana?"
Sebenarnya tak ada yang sulit untuk menentukan pilihan dari dua buah tas yang terpampang di depan Taksa. Tas yang telah dipilihkan dan masih dipegang dengan setia oleh pelayan toko yang aku yakin sudah mulai kesal. Kedua tas itu memiliki motif atau lebih tepatnya gambar yang sama, gambar Superman dalam pose sedang terbang, yang membedakan hanyalah tas yang dipegang di tangan sebelah kanan penjaga toko berhijab tersebut berwarna dasar merah, sedangkan yang di tangan sebelah kiri berwarna dasar biru. Selain itu sama sekali tak ada perbedaannya.
"Menurut Kak Hira, Aksa pilih yang mana?" Mungkin karena sudah sangat bingung dan terdesak, akhirnya Taksa memilih meminta pendapat padaku.
"Jangan tanya Kak Hira, Dek. Kak Hira itu tidak pernah suka Superman," sela Bayanaka.