Pagiii... duh kok aku rajin banget sih up cerita?😆😆😆
PEKAT, A SINNER DAN TITIK AKHIR... berasa baik aku nih. Hahahhaha...
Cusss lah kalian baca😊😊😊
*******
Taksa menatapku yang kini mengancingkan baju rompi seragam TK-nya. Pakaian berwarna biru muda itu tampak sangat serasi dengan kulit Taksa yang putih. Saat aku memasangkan topi untuknya, harus diakui bahwa bocah ini terlihat sangat imut dan tampan."Sekarang tinggal pakai kaus kaki dan sepatu." Aku berjalan menuju rak kecil di samping lemari pakaian Taksa, mengambil sepasang sepatu berwarna biru juga, dengan gambar Superman tentu saja. Kaus kaki berada dekat kaki Taksa yang berdiri, karena memang kuambilkan saat menyiapkan pakaian Taksa tadi.
Benar sekali, hari ini aku bangun lebih awal, mandi lalu mempersiapkan diri, sebelum kemudian menuju kamar Taksa, berniat membangunkan bocah itu, mengingat ini hari pertama ia akan masuk sekolah. Namun, betapa terkejutnya aku saat menemukan Taksa sudah terbangun lebih dahulu. Bocah itu sedang mengikuti gerakan Bayanaka yang mencontohkan cara melipat sarung yang telah mereka gunakam sholat.
Tadi malam pembicaraanku dengan Bayanaka berakhir dengan aku yang berubah menjadi patung, tidak bisa mengeluarkan kata-kata untuk mengembalikan akal sehat lelaki itu. Mungkin karena memahami keterkejutanku, akhirnya Bayanaka berbaik hati dengan memintaku untuk beristirahat lebih dahulu. Permintaan yang tentu saja langsung kuturuti.
Jadi ketika menemukan Bayanaka dan Taksa berada di dalam satu ruangan, tentu saja aku terkejut dan kemudian diserang canggung. Sayangnya, Bayanaka seperti tidak terpengaruh reaksiku karena alih-alih bersikap hati-hati, lelaki itu langsung menyapa dengan ceria. Seakan pernyataan cintanya itu hal wajar dan bukan persoalan besar.
Bayanaka menawarkan untuk memandikan Taksa, meski bocah itu menolak karena mengatakan ia sudah besar lalu berlalu meninggalkanku dengan kakak lelakinya. Alhasil aku merasa terjebak dengan Bayanaka yang menatapku dari pinggir ranjang tanpa suara, sedangkan aku mulai mengalihkan perhatian dengan segera mempersiapkan keperluan sekolah Taksa.
Harusnya aku bisa bersikap biasa saja bukan? Aku terbiasa mengendalikan keadaan. Namun, dengan jujur kali ini aku harus mengakui bahwa Bayanaka adalah lawan yang cukup sulit. Dia tidak seperti lelaki yang biasa mendekatiku. Yang akan pasrah menerima penolakan atau merasa tak cukup percaya diri karena pembawaan dan latar belakang keluargaku.
Bayanaka berbeda, ia lelaki yang sangat percaya diri. Sosok yang seakan mengetahui apa yang ia inginkan, memperhitungkan setiap tindakan, dan mengucapkan kalimat yang memang sulit didebat dan mengandung kekukuhan. Selama ini, bahkan di keluargaku, aku dikenal sebagai tuan putri kesayangan papa yang tegas, tapi baru kali aku merasa bahwa ketegasanku tidak berefek apa-apa, yang tentu saja itu karena Bayanaka. Bahkan ketika aku menegaskan mengambil batas jelas diantara kami dan menolaknya terang-terangan, lelaki itu tidak menyerah. Ia menolak mentah-mentah gagasan untuk mundur dan melupakan kemungkinan romansa diantara kami seperti yang ia angankan. Jadi katakan, bagaimana aku harus menghadapi makhluk itu? Sungguh menangani tante Pian saja tidak sesulit ini.
Beruntunglah sehabis Taksa mandi, Bayanaka memilih keluar kamar, mengatakan bahwa ia juga harus bersiap-siap karena hari ini akan kembali ke SPN, tugas menantinya disana.
"Aksa bisa pake sepatu sendiri, Kak Hira. Makasi bantuannya." Taksa langsung bersuara saat aku meraih sepatunya. Bocah itu memilih duduk di karpet yang memang terletak di tengah ruangan dan menjadi alas kami sedari tadi. Dengan gerakan perlahan Taksa memakai sepatunya satu persatu setelah menggunakan kaus kaki terlebih dahulu.
Tanpa sadar aku tersenyum simpul saat melihat Taksa berhasil memakai sepatunya sendiri. "Aksa diajarin kak Naka. Kak Naka bilang, cowok itu baru gede kalo udah bisa pake sepatu sendiri," ucap Taksa saat melihat aku bangga padanya. "Oh satu lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Akhir
Romansa(Sedang dalam Proses Penerbitan dan sebagian part sudah dihapus). Pemenang Wattys2019 kategori Romansa. Sinopsis Aarunya Hira Mahawira selalu merasa hidupnya sempurna. Ia dikelilingi cinta yang melimpah tanpa batas. Tertanam jelas di kepala bahwa ia...